LOGINNo one knows about her work. Amora Salvatore, a full-package type of woman lost her virginity to a man who was soon to be her next target. She was tasked to become the assistant of the ruthless, cold-hearted, and the man of few words, Aiden Hemsworth also called Mr. Hemsworth. He was also the same man who took her virginity at the bar when she was drunk. Amora wants to back out, but there is no way for her to escape from the aunt of the Billionaire Mr. Hemsworth. She was tasked seducing Mr. Hemsworth, the man she hated most. Would Amora succeed with her plans of seducing Mr. Hemsworth? What if she fell in love with him at the wrong time? Will Mr. Hemsworth love her back when he found out about Amora's plans? Will she choose her mission over Mr. Hemsworth who made her feel crazy in love and who unwraps her wildness in bed?
View MoreDi kamar yang sunyi dan remang, kehangatan malam terasa menekan, membungkus mereka dalam suasana yang berat dan penuh ketegangan. Aroma parfum lembut bercampur dengan keringat, menciptakan hawa yang hampir menyesakkan. Tirai setengah terbuka membiarkan sinar bulan samar menerobos masuk, menyoroti seprai yang kusut di atas tempat tidur, yang kini menjadi saksi pergulatan fisik dan emosional di antara mereka.
Tubuh Anya bergetar halus di bawah Valdi, mengikuti irama yang telah berlangsung terlalu lama. Matanya terpejam rapat, dan air mata mulai menggenang di sudut matanya, meskipun bibirnya terkatup rapat. Setiap gerakan Valdi terasa seperti beban yang semakin berat, mendorongnya ke titik di mana ia tak sanggup lagi bertahan. Anya mulai menggelengkan kepalanya perlahan, seolah menolak kenyataan yang tak bisa ia hindari.
"Cukup, Valdi... cukup..." bisiknya, suaranya terdengar serak dan penuh dengan keputusasaan.
Valdi yang berada di ambang puncak kenikmatan, hampir tidak mendengar bisikan Anya di tengah-tengah derasnya sensasi yang meluap dalam dirinya. Namun, gerakan kepala Anya yang menggeleng perlahan menarik perhatiannya. Dia melihat Anya dengan pipi yang sudah basah oleh air mata, kepalanya masih bergerak, seolah memohon agar semuanya berhenti.
Anya menggigit bibirnya untuk menahan isakan yang tak bisa lagi dia bendung. Kedua tangannya mengangkat sedikit, seolah ingin mendorong Valdi menjauh, namun kekuatan itu dengan cepat memudar dalam kelelahan yang mendalam.
"Tolong... cukup," suaranya kini lebih jelas, namun masih diwarnai isak yang tertahan.
Namun, Valdi terlalu tenggelam dalam hasratnya untuk sepenuhnya menyadari kehancuran yang dia sebabkan. Detik-detik terakhir itu terasa seperti keabadian bagi Anya, yang hanya bisa menunggu, dengan perasaan pasrah, sampai semua ini berakhir.
Setelah dua jam bercinta, Valdi mencapai puncaknya dengan erangan yang menggema di seluruh ruangan. Tubuhnya menggigil dalam kenikmatan yang meluap, sementara di bawahnya, Anya terbaring dengan tubuh yang lelah, bergerak tanpa semangat mengikuti irama yang telah terlalu lama menuntutnya. Air mata jatuh perlahan dari sudut matanya, membasahi pipinya yang dingin.
Setiap sentuhan Valdi terasa seperti beban yang tak tertanggungkan, dan setiap desahan adalah pengingat akan jarak yang semakin lebar di antara mereka. Anya berusaha memenuhi kewajibannya sebagai istri, namun hatinya menjerit dalam diam, terperangkap dalam lingkaran yang tak kunjung usai. Tangisnya tak bersuara, hanya air mata yang membasahi bantal, menciptakan pola keputusasaan yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang merasa terjebak.
Setelahnya, Valdi merebahkan diri di samping Anya, menghela napas panjang saat tubuhnya mulai rileks di atas kasur. Tapi Anya, dengan hati yang berat, segera berguling menjauh, memunggungi Valdi, membiarkan air matanya jatuh tanpa henti.
"Aku nggak bisa lagi, Valdi," suaranya pecah dalam keheningan, menyuarakan beban yang lebih berat daripada sekadar kata-kata.
Valdi menoleh, meski dalam hatinya dia sudah tahu.
"Maksudmu...?" tanyanya dengan suara yang lebih lelah daripada bingung.
Anya menghela napas panjang, suaranya terdengar getir dan penuh kelelahan.
"Ini bukan pertama kalinya kita bicara soal ini. Aku sudah coba, Valdi. Aku benar-benar sudah berusaha. Tapi aku nggak bisa lagi. Setiap malam rasanya seperti siksaan, bukan cinta."
Dia menoleh, menatap Valdi dengan mata yang sembap dan penuh luka.
"Aku udah capek. Bukan cuma tubuhku yang nggak sanggup lagi, tapi juga hatiku. Aku mau cerai."
Valdi terdiam, kata-kata Anya menembus sisa-sisa pertahanannya yang sudah lemah. Dia tahu keinginannya yang tinggi sering kali tak bisa dikendalikan, dan Anya selalu mengeluh tak mampu mengimbanginya. Tapi dia tak pernah membayangkan bahwa itu akan menghancurkan pernikahan mereka.
"Maaf, Anya. Aku tahu ini berat... Aku tahu aku minta terlalu banyak..."
Anya menutup matanya, menahan lebih banyak air mata yang ingin tumpah.
"Aku butuh keluar dari ini, Valdi. Aku nggak bisa terus merasa seperti ini, terjebak dalam sesuatu yang nggak lagi membuatku bahagia. Ini harus berakhir."
Valdi terdiam, rasa sakit mengiris hatinya saat menyadari bahwa ia mungkin akan kehilangan wanita yang pernah menjadi cinta sejatinya. Di tengah keheningan yang mencekam, Valdi menyadari bahwa apa pun yang terjadi selanjutnya, hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.
****
Valdi duduk di kursi tunggu rumah sakit, tangannya memijit pelipis yang berdenyut. Pikiran dan perasaannya masih berkecamuk, dibayangi proses perceraian yang baru saja berakhir. Valdi tidak menyangka di usianya yang baru menginjak 32 tahun dirinya sudah menjadi seorang duda.
Sejak Anya meninggalkannya, rumah terasa kosong, dan kenangan yang pernah manis kini menjadi pahit. Namun, hari ini, pikirannya harus terfokus pada Ibu Retno—pembantu yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama lebih dari dua puluh tahun.
Ibu Retno, yang selalu setia melayani keluarga Valdi, kini terbaring di rumah sakit, kondisinya semakin memburuk akibat COVID-19. Valdi merasa ada beban tambahan di hatinya, seolah-olah kehilangan orang yang setia mendampinginya hampir sepanjang hidup. Pikirannya masih terpecah antara rasa bersalah dan kesepian yang menggerogoti sejak perceraian, ketika sosok yang tak terduga menarik perhatiannya.
Langkah-langkah ringan mendekat, dan Valdi menoleh, melihat seorang wanita paruh baya yang tampaknya kerabat Ibu Retno, diikuti oleh seorang gadis muda. Saat pandangannya bertemu dengan gadis itu, jantung Valdi seolah berhenti sejenak. Gadis itu adalah Mayang, anak Ibu Retno, yang sekarang sudah berusia 18 tahun.
Valdi teringat saat pertama kali bertemu Mayang, seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang pemalu dan pendiam. Tapi kini, di depannya berdiri seorang wanita muda yang telah tumbuh menjadi sangat menawan. Wajah Mayang cantik, dengan mata besar yang berkilauan, dan tubuhnya telah berkembang menjadi bentuk yang menggoda. Namun, yang paling mencolok adalah kesan lugunya yang luar biasa. Meski penampilannya telah matang, kepolosan itu masih terpancar jelas dari cara dia menunduk malu-malu dan senyum tipis yang muncul di bibirnya.
"Selamat sore, Om Valdi," sapanya dengan suara lembut, nyaris berbisik. Senyum yang dulu terkesan kekanak-kanakan kini lebih halus, namun tetap menyimpan kehangatan dan kepolosan yang sama.
Valdi menatap Mayang, senyum manis dan polosnya seolah-olah tak menyadari badai yang sedang berkecamuk dalam diri Valdi. Dalam pikirannya, Valdi merasakan pergulatan yang semakin intens—dorongan liar yang tak bisa dia redam, hasrat yang semakin sulit untuk dikendalikan.
Dia begitu dekat... begitu polos... pikir Valdi, merasakan adrenalin memacu lebih cepat dalam nadinya. Aku tahu ini salah, tapi kenapa aku tidak bisa berhenti membayangkannya?
Valdi menelan ludah, matanya tak bisa lepas dari sosok Mayang. Setiap gerakan gadis itu, setiap senyum kecil yang dia berikan, seolah-olah menarik Valdi lebih dalam ke dalam jurang keinginan yang tidak seharusnya.
Dia adalah milikku, dia harus menjadi milikku... pikirnya, hampir tak percaya dengan dorongan yang kini mendominasi pikirannya.
Bagaimana caranya? benaknya terus berputar, mencari cara,
Bagaimana aku bisa mendapatkan dia tanpa dia menyadari niatku?
Amora's POVMabilis lang lumipas ang panahon at halos dalawang buwan na pala ang nakalipas nang magkabalikan kami ni Aiden. Dinala niya ako pabalik sa mansyon niya. Nagsama na kami at isang buwan na lang ay ikakasal na rin kami. Hindi na ako makapaghintay na mangyari iyon sa dami ng mga nangyari sa buhay namin.Sa mga oras na ito ay wala si Aiden sa bahay dahil may mahalaga siyang pinuntahan. Gusto ko pa sana sumama sa kaniya subalit nahilo ako kanina at ang sama ng pakiramdam ko. Narito rin sina Sheila at ang tita ko kaya hindi ko sila puwedeng maiwan.Kahit masama ang aking pakiramdam ay pinilit ko pa rin bumangon pero mali yata ang ginawa ko dahil nahilo na naman ako at kasabay no'n ay tumakbo ako sa loob ng banyo saka doon nagsuka. Hindi ko alam kung ano ang nangyari at kahapon ko pa napansin ito.“Ano ba ang nangyayari?”Hindi ko maiwasang itanong sa sarili iyon habang tinititigan ang repleksyon sa salamin. Isang malakas na buntonghininga ang aking pinakawalan at nagdesisyon na l
Amora's POVTumakbo na ako para makarating nang mabilis sa munting kubo ng tiyahin ko para doon magtago. Hindi ko alam kung paano ko haharapin si Aiden ngayon at hindi dahil galit ako sa kaniya kung hindi dahil sa takot at kaba. I swear I tried to move on and start my new life without him but I couldn't make it. Hinahanap ko pa rin talaga ang mga halik niya at ang mga yakap niya. Alam ng diyos kung paano ko siya hanapin bawat araw at gabi sa loob ng isang buwan na wala siya sa tabi ko.Gustong-gusto ko siyang yakapin kanina subalit mas nangibabaw sa akin ang takot at pag-aalangan na baka ayaw niya sa akin.“Mahal pa rin kita, Aiden subalit hindi ko alam kung paano kita haharapin ngayon.”Kaagad akong pumasok sa kuwarto ko saka nagbihis. Nagbago na rin kasi ang isip ko at sana maintindihan ni Sheila kung bakit hindi na ako tutuloy. Ipaliwanag ko na lang sa kaniya kinabukasan at nawa'y kausapin ako ng babaeng iyon. Kaagad naman akong nagbihis at nahiga sa kama ko habang nakatitig sa kis
Amora's POVHalos isang buwan na rin pala ang lumipas nang tuluyan na akong umalis sa puder ni Aiden Hemsworth. Inaamin ko na hanggang ngayon ay siya pa rin ang hinahanap ng puso ko at wala na akong narinig pa tungkol sa kaniya. Hindi na ako nabalitaan ng mga malalapit niyang kaibigan at nag-aalala na ako sa kaniya.Nagising na lang ako sa malalim na pag-iisip nang biglang may magsalita sa aking likuran.“Bakit ka pa narito, Amora? Dapat ka na kumilos at magbihis dahil mamaya ay darating na ang mga bisita ng mga Lorenzo.” Napalingon ako sa biglang pagsalita ni Sheila kaya napangiti ako. Halos makalimutan ko na may magaganap pala na malaking handaan mamaya sa mansyon at sobrang abala ang lahat sa paghahanda na ito.Ang tita ko naman ay kaninang umaga ko pa hindi nakakausap dahil sa sobrang abala nito sa paghahanda. Siya rin kasi ang naatasan sa mga ihahanda sa mansyon at kanina tinulungan ko siya subalit nagpaalam din ako sa kaniya na lumabas muna para magpahangin.Naalala ko kasi si
Amora's POVNakayakap si Aiden sa akin subalit hindi ako gumalaw. Hindi ko tinangkang yakapin siya pabalik dahil ayokong isipin niya na pinapatawad ko na siya at naramdaman naman niya ang hindi ko pagyakap pabalik sa kaniya kaya bumitaw siya sa pagkakayakap sa akin. Akmang magsasalita pa sana si Aiden nang may biglang pumasok sa loob at ang tita niya ito na may hawak na baril upang tumayo si Aiden para harapin ito.“Hayop ka, Aiden! Bakit hindi ka namamatay!”Galit na boses ni Agatha ang bumungad sa amin ngayon. Nagdesisyon na rin ako na tumayo para harapin ang tita niya na ngayon ay nanginginig pa habang nakatutok ang baril sa aming dalawa.“Why are you doing this, Tita? Bakit kailangan pa natin umabot sa ganitong punto? I trusted you because you are my aunt. You are my father's sister, but why?”Ngumiti si Agatha sa tanong ni Aiden sa kaniya.“Tinatanong mo ako kung bakit ko ginagawa ito? Gusto kong makuha lahat ng kayamanan na meron ang kapatid ko. Ako dapat ang namamahala ng mga i






Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.