Home / Romansa / Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis / Bab 6. Rapat penting dan kesalahan fatal

Share

Bab 6. Rapat penting dan kesalahan fatal

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-03-21 11:38:41

Investor mulai saling melirik. Beberapa tampak bingung, sementara yang lain menahan tawa dengan susah payah.

Perlahah sangat perlahan, Alister menoleh ke arah Harika. Tatapannya mengatakan, “Aku harap ini bukan ulahmu.”

Harika ingin menghilang jadi butiran debu.

Astaga, ini pasti file yang ia buat bersama Fenny kemarin! Kenapa bisa masuk ke laptop bos?! KENAPAAAA?!

Alister menarik napas panjang, mencoba bersikap profesional. “Maafkan kesalahan teknis ini.”

Tangannya bergerak cepat mencari file yang benar. Namun, slide kedua otomatis muncul.

“Kenapa Bos Virgo Lebih Seram dari Polisi Tilang?”

Investor mulai tertawa.

SITUASI DARURAT. SIAGA SATU. INI KEBODOHAN LEVEL INTERNASIONAL.

Harika langsung berdiri dengan panik. “PAK, SAYA AKAN PERBAIKI INI!”

Dalam kepanikan luar biasa, ia meraih laptop Alister dan buru-buru menutup file itu. Tangannya gemetar saat membuka file presentasi yang benar. Namun, semua sudah terlambat. Investor kini tertawa terang-terangan. Beberapa bahkan menepuk meja sambil tertawa sampai bahunya naik-turun.

Harika tersenyum canggung. “Hehehe Kesalahan teknis, Pak. Maklum, teknologi kadang suka bandel.”

Alister tetap diam. Namun, auranya sudah seperti bos mafia yang baru kehilangan kesabaran.

Harika menelan ludah. Dari sudut matanya, ia melihat Fenny dari luar ruangan. Wanita itu memegang ponsel, merekam dari celah pintu sambil nyengir puas.

Astaga. Aku pasti dipecat setelah ini.

Setelah insiden file presentasi maut, Harika berusaha menebus dosa dengan mengambil alih tugas sebagai moderator rapat. Sayangnya, nasib buruknya masih betah menempel.

Saat hendak memperkenalkan para investor, ia membaca daftar nama di tangannya dengan percaya diri.

“Selamat pagi, semuanya! Saya Harika, sekretaris Pak Alister. Hari ini kita menyambut tamu spesial dari perusahaan Johnson & Wang Group.”

Ia tersenyum manis ke arah dua pria paruh baya yang duduk di depan. Namun, bukannya tersenyum balik, keduanya malah menatapnya seperti ia baru saja mengklaim diri sebagai ratu kerajaan asing.

Alister berdeham pelan. “Harika.”

Harika menoleh. “Ya, Pak?”

Alister menatapnya datar. “Perusahaan mereka bukan Johnson & Wang Group.”

Harika membelalakkan mata. “Bukan?”

Alister mengerjapkan mata sekali, lalu berkata tegas, “Mereka dari Anderson Holdings.”

Ruangan hening lagi.

Investor mulai saling melirik. Harika ingin menggali lubang di karpet dan masuk ke dimensi lain.

Astaga, bagaimana bisa aku salah nama perusahaan mereka?!

Investor yang baru saja dipanggil “Pak Johnson” akhirnya tertawa kecil. “Yah, meskipun nama kami bukan Johnson & Wang, setidaknya kami merasa cukup dihormati.”

Tawa pecah di ruangan.

Harika tersenyum canggung. “Hahaha, iya, Bapak pasti cocok jadi Pak Johnson. Eh, maksud saya.…”

Diam, Harika. Semakin banyak bicara, semakin dalam liang kuburmu.

Sementara itu, Alister menutup mata sebentar, mungkin sedang menenangkan diri agar tidak melempar laptop ke kepalanya.

Harika langsung menundukkan kepala. “Maaf, Pak. Saya akan lebih teliti lagi.”

Alister hanya menghela napas panjang, seolah sedang mempertanyakan kenapa Tuhan memberinya sekretaris seperti ini.

Setelah rapat selesai, Harika pikir ia bisa sedikit bernapas lega. Namun, hidupnya memang tidak bisa berjalan normal.

Saat hendak mengambil tumpukan dokumen dari meja rapat, hak sepatunya tersangkut di kabel proyektor, lalu dalam hitungan detik, ia jatuh dengan dramatis, menjatuhkan semua dokumen dan laptop yang ada di tangannya. Bukan hanya itu.

Kertas-kertas berhamburan ke segala arah.

Laptop meluncur ke meja seperti seluncuran. Salah satu dokumen penting mendarat tepat di wajah Alister.

Oh, Tuhan. Ambillah aku sekarang juga.

Ruangan kembali sunyi. Investor menatap dengan ekspresi kaget sekaligus bingung.

Alister? Diam. Sangat diam.

Harika menatapnya dengan ekspresi ngeri. Ini… ini adalah akhir dari segalanya.

Dengan perlahan, Alister mengambil kertas yang menempel di wajahnya, lalu meletakkannya di meja dengan tenang.

Tatapannya lurus ke arah Harika. Harika menelan ludah. “P-Pak… saya….”

Alister tidak berkata apa-apa. Ia hanya bangkit dari kursinya, menatap Harika sejenak, lalu berjalan keluar dari ruang rapat tanpa sepatah kata pun.

Mampus. Beneran mampus.

Investor akhirnya tertawa kecil. “Sepertinya Anda punya sekretaris yang sangat unik, Pak Alister.”

Harika hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Setelah semua investor pergi, Harika kembali ke meja kerjanya dengan perasaan hancur berkeping-keping. Namun, sebelum ia bisa bernapas lega pintu ruangan Alister terbuka.

“Harika.”

Harika langsung menegang.

Astaga, ini saatnya interogasi!

Ia berdiri pelan dan masuk ke ruangan bosnya. Alister duduk di kursinya, menatapnya dengan ekspresi dingin.

“Duduk!"

Harika menelan ludah dan duduk dengan hati-hati. Alister menatapnya lama, seolah sedang menimbang apakah akan memecatnya atau mengirimnya ke Mars. Lalu, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Pria perfeksionis itu tersenyum kecil. Senyum yang sangat jarang muncul.

“Tapi setidaknya rapat tadi jadi lebih menghibur dari biasanya.”

Harika langsung menegakkan punggung. “Jadi Bapak tidak marah?”

Alister menyesap kopinya. “Marah? Tentu saja marah, tapi mengingat kau adalah Harika, aku mulai berpikir kalau kekacauan adalah bagian dari paketnya.”

Harika mengedip. “Paket apa?”

Alister menggeleng. “Lupakan!"

Harika tersenyum kecil.

Mungkin dia tidak seburuk yang kupikirkan.

Tapi tentu saja, itu tidak berarti ia akan berhenti membuat kekacauan di hari-hari berikutnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 96. Pelarian Manis Harika, Jatuh Ke Pelukan Bos

    Gerbang besar itu terbuka, seorang pria berjas hitam yang wajahnya terlihat tegas dan dewasa keluar menyambut. "Pak Alister?"Alister menoleh. "Erwin."Pria itu tersenyum tipis. “Saya sudah menunggu Anda.""Kenpa kamu bisa tahu ini rumah Harika?" Nada suara Alister ada rasa tidak suka karena Erwin lebih tahu tentang keluaga Harika."Semasa kami kecil, saya pernah diundang ke sini, jadi aku tahu."Alister mengangguk mengerti. Begitu masuk ke ruang tamu, ia langsung disambut Ratih, Rendra, Yudhistira, dan Kakek Gunawan. Wajah mereka semua tegang, jelas-jelas cemas karena Harika yang menghilang."Selamat malam, Pak Alister!" Ratih menyapa dengan suara bergetar. Alister mengangguk dalam, suaranya berat. "Saya sudah dengar dari Erwin, karena itu saya langsung datang. Saya ingin membantu menemukan Harika."Ayahnya Harika menatap Alister lekat-lekat. "Terima kasih! Harika sudah banyak bercerita tentang Anda, tapi sebelum itu mungkin ada sesuatu yang perlu Anda tahu."Alister terdiam. Jantu

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 95. Pelarian Tanpa Naskah

    Harika menempelkan pipinya ke kaca jendela gudang kosong tempat Adeline mengurungnya. Ia bergumam lirih sambil mengembungkan pipi, "Ya ampun, ini kayak film thriller tapi versi low budget. Mana aku jadi pemeran utama yang nggak dikasih naskah."Pintu berderit, Adeline masuk sambil membawa segelas air. Senyumnya tampak manis, tapi tatapannya menusuk."Kamu pikir bisa lolos dariku, Harika?"Harika langsung cengar-cengir, "Eh, lolos? Siapa juga yang mau lolos. Aku mah lagi staycation. Tuh, lihat!" Ia menunjuk lantai berdebu, "Ini kayak karpet hotel bintang minus lima."Adeline menyipitkan mata. "Kamu selalu bisa membuat orang lain tertipu dengan kelakuan bodohmu."Harika mendecak, pura-pura tersinggung. "Bodoh? Halo, Mbak, ini namanya improvisasi. Kalau aku nggak bodoh, mana bisa bikin orang bingung?"Adeline menghampiri lebih dekat, wajahnya tegang. Harika pura-pura ketakutan, lalu ia tiba-tiba bersin keras. hachiii! Hingga air di gelas Adeline muncrat ke bajunya sendiri."Ya ampun, ba

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 94. Kursi Reyot

    Alister duduk di ruang tamu rumah besar keluarganya. Hujan gerimis di luar membuat suasana semakin muram. Di depannya, Tirtakusuma, ayahnya, duduk dengan wajah serius, sementara ibunya, menatap penuh tanya. "Ada apa kau datang malam-malam begini, Alister?" suara Tirtakusuma dalam dan mengandung nada ketidakpercayaan. Alister menarik napas panjang. "Aku datang bukan sekadar untuk bicara. Aku ingin kalian tahu kebenaran tentang Adeline." Gayatri berkerut. "Adeline? Apa maksudmu?" Alister mengeluarkan map cokelat besar dari tasnya dan meletakkannya di meja. Tangan ayah dan ibunya refleks menoleh pada map itu. "Adeline bukan seperti yang kalian kira," ucapnya dengan tegas. "Dialah yang menyebabkan dua anak panti itu meninggal. Semua bukti ada di sini. Dia juga mengidap skizofrenia, tapi dia membalikkan fakta, membuat semua orang percaya bahwa justru Harika yang punya penyakit itu." Gayatri langsung menutup mulutnya dengan tangan. "Tidak mungkin." Tirtakusuma menggeleng pelan,

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 93. Tawanan Yang Bikin Pusing

    Ratih menggenggam erat ponselnya yang kini terasa seperti batu. Nafasnya memburu, matanya mencari-cari ke luar jendela, berharap Harika tiba-tiba muncul sambil membawa kantong belanjaan. "Aku nggak bisa duduk diam," katanya lirih Ia meraih jaketnya. "Rendra, ayo kita keliling komplek, tanya orang-orang mungkin ada yang lihat Harika lewat." Rendra langsung mengangguk. "Aku ikut. Kita pisah jalan biar lebih cepat." Kakek Gunawan menahan tongkatnya kuat-kuat, wajah tuanya tegang. "Aku juga ikut. Jangan larang aku! Harika cucuku dan aku tidak akan tinggal diam di rumah menunggu kabar." Ratih sempat ingin membantah, tapi melihat sorot mata keras ayahnya, ia urung. "Baik, tapi jangan jauh-jauh dari aku." Mereka berempat keluar rumah dalam keadaan setengah berlari. Hujan tipis mulai turun, menyisakan aroma tanah basah. Ratih berkeliling dan bertanya pada salah satu warga di sana. "Bu, lihat Harika lewat nggak?" tanyanya kepada seorang ibu yang sedang menyapu teras. Ibu itu menggeleng.

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 92. Di balik senyum Adeline

    Harika mencoba menghela napas panjang. Semua orang di rumah tampak lebih tenang setelah pesan itu datang, tapi ia justru merasa sebaliknya. Jantungnya tak pernah berhenti berdebar."Aku sebentar ke mini market ya, cuma beli permen sama susu. Nggak lama kok," katanya sambil meraih jaket tipisnya.Ibunya refleks menatap tajam. "Harika, apa nggak bisa nanti saja?"Harika memaksakan senyum. "Kalau aku cuma diam di rumah, kepalaku bisa pecah, Bu. Aku butuh udara segar."Akhirnya dengan berat hati, ibunya mengangguk. Harika keluar, menutup pintu perlahan. Udara pagi masih lembap sisa hujan semalam. Jalanan sepi hanya suara motor sesekali melintas. Ia berjalan sambil memeluk tubuhnya sendiri.Mini market hanya berjarak dua gang. Namun baru setengah jalan, sebuah mobil hitam melaju perlahan dari arah belakang. Harika sempat melirik, tapi tidak curiga. Mobil itu berhenti tepat di sisinya."Harika!"Seseorang dari dalam mobil membuka pintu belakang. Sebelum Harika sempat menoleh sepenuhnya, kai

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 91. Langkah Yang Tertunda

    Malam itu rumah terasa berbeda. Sunyi, tapi sarat ketegangan. Harika masih duduk di samping ibunya, sementara Pak Gunawan menatap kosong ke arah jendela yang dipenuhi rintik hujan. Ayahnya mondar-mandir dan tak bisa duduk diam.“Kita tidak bisa hanya menunggu,” ucap ayahnya akhirnya. “Besok aku ikut, titik. Kalau dia macam-macam, aku tahu harus bagaimana."“Tapi kalau kita datang beramai-ramai, dia bisa curiga," kata Harika pelan. "Pesannya jelas aku harus sendirian.""Sendirian!" Pak Gunawan menggebrak tongkatnya ke lantai. "Adeline sudah keterlaluan. Kalau kau ke sana sendirian, itu sama saja kau menyerahkan diri. Tidak akan kubiarkan cucuku masuk ke sarang harimau."Harika menggigit bibirnya. Air matanya sudah kering, tapi matanya tetap merah. "Aku juga nggak mau sendirian. Aku takut," suaranya pecah.Ibunya kembali memeluknya erat. "Kamu nggak perlu menanggung ini sendirian. Kalau Adeline memang mau balas dendam, biar kita hadapi sama-sama."Namun Harika tahu yang paling dituju Ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status