Amanda menatap ke arah Samuel yang mengatakan semua itu dengan begitu santai. Kenapa dia harus menikah dengan pria berdarah dingin seperti itu? Tapi kalau tidak menikah dengan Samuel, mungkin ibunya tidak akan selamat, dan sebenarnya bukan mungkin. Tapi pasti ibunya tidak akan selamat.
Dan ayahnya, harus menanggung hukuman akibat kesalahan yang tidak pernah dia buat.Saat Amanda terdiam, tatapan mata Samuel yang sepertinya sudah tidak sabar menyentuh istri baru yang akan menjadi istri simpanannya, yang bahkan hanya dia, Amanda dan Marko saja yang mengetahui hal itu, begitu tajam dan terkesan seperti serigala kelaparan membuat Amanda merinding."Aku tidak perlu mengulangnya kan Amanda?" ucapan Samuel mulai terdengar tidak sedatar tadi. Nadanya mulai meninggi.Amanda menundukkan kembali wajahnya. Dan melepaskan satu persatu kain yang menutupi tubuhnya sampai benar-benar polos. Rasanya sangat malu, Amanda bahkan ingin menangis.Setelah semua pakaiannya terlepas, Amanda meletakkan tangannya di area sensitifnya dengan posisi menyilang supaya bisa menutupi sedikit dadanya jugaSamuel memandang istri barunya itu dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Tapi jelas terlihat di manik mata amber itu terlihat kabur gairahh yang begitu besar dan tak tertahankan ketika kedua tangan Amanda menyilang menutupi bagian paling sensitifnya.Jakun pria beristri itu juga naik turun, sebelum dia berkata."Kemarilah!" katanya sambil mengulurkan tangannya pada Amanda.Amanda yang sudah tidak punya harga diri lagi, tidak punya rasa apapun selain hanya bisa pasrah pada apa yang akan terjadi. Melangkah maju dengan perlahan. Dia memang tidak bisa bicara apapun dan melakukan apapun selain apa yang di perintahkan oleh Samuel sekarang."Buka pakaianku!" perintah Samuel lagi.Dan Amanda pun melakukan semua itu, Amanda sudah mengubur rasa malunya sangat dalam. Benar-benar sangat dalam. Perlahan Amanda melakukan apa yang di perintahkan oleh Samuel.Satu persatu pakaian Sam, di buka oleh Amanda. Dengan telapak tangan yang terasa dingin saat menyentuh kulit Samuel. Sentuhan skin to skin yang di lakukan Amanda, berhasil membuat nafsuu Samuel naik dengan cepat. Samuel juga heran, kenapa bisa begitu. Mungkin karena dia memang sudah menyukai Amanda sejak lama. Makanya dia bisa sangat bergairahh saat wanita itu menyentuhnya.Amanda tak sengaja melihat sesuatu yang sudah berdiri tegak di sana.Amanda langsung memalingkan wajahnya. Tetap saja, rasanya sangat risih melihat pemandangan itu. Dia memang belum pernah melihatnya sebelumnya."Bukan pertama kali kan? Bisa memasukkannya sendiri kan?" tanya Samuel yang sepertinya sudah tidak sabar lagi.Samuel pikir Amanda sama dengan wanita modern lain, yang menganggap berhubungan badan dengan pria yang dia suka, itu normal saja, biasa saja. Tapi sebenarnya Samuel salah."Ini... ini... pertama kalinya bagiku," kata Amanda yang merasa takut dan gugup.Meski memang belum pernah, tapi dia banyak mendengar tentang rasa sakit yang tidak akan dia duga saat pertama kali melakukannya. Itu dari beberapa rekan kerja yang membicarakan itu di toilet, dan Amanda tidak sengaja mendengarnya.Mata Samuel sedikit melebar."Benarkah?" tanya Samuel.Amanda baru akan menjawab, tapi Samuel langsung berkata."Baiklah, aku akan buktikan itu sendiri" kata Samuel yang lantas berdiri dan mulai mencumbu Amanda.Di awali dengan kecupan mesra, lalu semakin lama semakin bersemangat, dan membuat Amanda kesulitan mengimbangi apa yang di lakukan oleh Samuel.Tangan Samuel juga terus membuat Amanda menggelinjangg tak karuan. Amanda merasakan sengatan di seluruh tubuhnya yang membuatnya bahkan tidak bisa mengendalikan gerakan tubuhnya sendiri.Sampai pada akhirnya Samuel mendorong Amanda ke tempat tidur. Dan ternyata benar, saat penyatuan itu akan terjadi, Samuel butuh usaha lebih untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.Amanda menangis sambil menutup mulutnya ketika dia merasakan tusukan yang membuatnya merasakan sakit, perih dan ngilu di saat yang sama. Sangat sakit, dia ingin menjerit dan menangis sekuat-kuatnya. Tapi dia tidak bisa melakukan itu, pria di atasnya itu sepertinya sangat menikmati apa yang dia lakukan, yang membuat Amanda kesakitan.Amanda masih menangis, setelah beberapa lama rasa sakit itu mulai berkurang. Tapi meskipun ada rasa lain yang amanda rasakan, sakit dan perih adalah yang paling dominan. Dia bahkan harus meremass ujung bantal karena tak sanggup menerima hujaman demi hujaman yang semakin membuat Samuel menggilaa, sesekali bahkan meraup bibir Amanda dengan bibirnya, mengeksplor seluruh isi mulutnya dan membuat Amanda kesulitan bernafas.Samuel tersenyum puas, dia bahkan tak berhenti hingga Amanda tak sanggup lagi dan sampai akhirnya pingsan. Bagaimana bisa bertahan, dia terus di hujam di bagian bawah, di remass di bagian dada, dan tak diberikan kesempatan mengambil banyak oksigen karena Samuel terus mencium, dan melumatt bibir Amanda.Satu jam berlalu, Samuel berdiri di dekat dinding kaca apartemennya yang menunjukkan pemandangan kota yang begitu ramai. Di tangannya segelas minuman tampan sesekali dia putar perlahan, agar lebih terasa dingin.Samuel menoleh ke arah wanita yang berada di atas tempat tidurnya. Yang sudah menjadi miliknya, dan pingsan beberapa saat yang lalu karena tak sanggup menahan hujaman gairahh Samuel yang sebenarnya sudah terpendam selama satu tahun belakangan ini. Senyum puas terus terpancar dari wajah Samuel, seperti mendapatkan apa yang selama ini dia idamkan dan inginkan"Amanda, akhirnya kamu menjadi milikku" gumamnya sambil memandang Amanda yang masih tidak sadarkan diri setelah pengalaman pertama yang begitu mengejutkannya itu.Terlihat jelas, wajah pria itu sepertinya memang sangat puas.***To be continued...Amanda masih berusaha membuka matanya, tubuhnya serasa remuk, dan bagian intinya lebih parah. Rasanya kebas dan sepertinya bengkak. Saat Amanda menyentuhnya, ternyata benar, sangat perih dan sedikit membengkak. Amanda rasanya tak kuasa untuk bangkit dari tempat tidur itu. Tapi saat dia melihat jam di dinding, itu sudah jam 1 siang. Dia juga tidak melihat kehadiran Samuel di kamar itu. Tapi di sampingnya, di samping persis dia tidur. Ada beberapa paper bag dan sebuah memo sepertinya. Dengan tulisan yang agak besar 'Sebelum jam 2, kamu harus sudah sampai di resto D'Sas di depan apartemen. Jika tidak, lihat apa yang akan aku lakukan padamu'Mata Amanda melebar. Pria bernama Samuel Watson itu manusia atau bukan sih? itu yang ada di pikiran Amanda. Mau turun dari tempat tidur saja susah, bagaimana bisa dalam satu jam, Amanda mandi, ganti pakaian dan berjalan menuju ke restoran di depan apartemen. Alih-alih mengikuti perintah Samuel. Amanda memilih berbaring kembali dengan menjatuhkan tu
Dengan langkah yang lumayan sulit, Amanda berusaha sampai di ruangannya untuk mengambil ponselnya sebelum jam 3. Karena di jam itu, dia sudah harus berada di ruangan meeting. Tapi begitu Amanda sampai di ruangannya, dia bahkan tidak menemukan ponselnya di manapun. Seingatnya, Samuel mengatakan padanya kalau ponselnya ada di ruangannya. Tidak bisa menemukan ponselnya, Amanda coba menghubungi ponselnya. Dan anehnya, ada yang menerima panggilan itu. "Halo, selamat siang," sapa Amanda. [Ponselmu ada padaku, ambil jika kamu menginginkan nya. Tapi sebelum itu, ambil semua laporan dari divisi produksi, jika sampai jam 3 belum sampai di ruang rapat. Jangan harap bisa mendapatkan kembali ponselmu] Tut Tut TutDan panggilan itu terputus. Amanda memejamkan matanya dan menghela nafasnya panjang. Pria itu bahkan memintanya berjalan ke divisi produksi, yang jaraknya lumayan jauh. Tapi Amanda membutuhkan ponselnya. Banyak file yang tersimpan di sana, banyak foto keluarganya, momen-momen yang
"Pengantin baru ya?" tanya dokter Miska pada Amanda. Amanda terdiam, memangnya apa yang harus dia katakan. Apa dia harus bilang iya, kalau dia adalah pengantin baru, tapi pernikahannya bahkan tidak boleh di ketahui oleh siapapun. Lantas bagaimana mungkin dia mengatakan semua itu. Amanda hanya diam, dan itu sudah membuat dokter Miska memahami segalanya. "Baiklah, tidak masalah. Aku pikir, itu privasi masing-masing di antara kalian. Hanya saja, kalau aku boleh memberi saran. Katakan pada pasanganmu, agar jangan terlalu brutall seperti itu! dan kamu nona, jangan biarkan di perlakukan seperti itu. Kalau sampai infeksi, atau peradangannya makin parah, kan kamu yang rugi." jelas dokter Miska. Amanda hanya bisa mengangguk paham. Dan mengucapkan terimakasih pada dokter itu. Amanda baru akan pergi setelah Marko masuk ke dalam ruangan dokter Miska bersama Kevin. "Rawat inap saja" kata Marko pada dokter Miska. "Aku sudah menawarkannya, tapi nona Amanda mengatakan tidak perlu" jawab dokter
Remuk redam rasanya tubuh Amanda, dia bahkan tak bisa merasakan apapun di bagian bawahnya. Dengan posisi terbaring, dia melihat ke arah Samuel yang sedang mengenakan pakaiannya kembali. Bahkan untuk menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos, Amanda begitu susah payah. Ketika dia berhasil melakukan itu, dan menutupi tubuhnya. Tangannya kembali terkulai lemas di atas tempat tidur. Amanda memiringkan tubuhnya membelakangi Samuel dan pintu keluar. Setelah berpakaian rapi, Samuel menoleh sekilas ke arah Amanda. "Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah menerima tawaran dari pria manapun untuk mengantarmu. Atau kamu akan menerima akibat yang lebih dari ini. Nanti malam adalah ulang tahun ibu mertuaku. Carikan hadiah untuknya, dan cari juga pakaian untukku" Setelah mengatakan itu, Samuel pergi dari ruangan istirahatnya dan menutup pintu. Amanda hanya memejamkan matanya, rasanya dia sudah seperti budakk saja. Di bayar, dan harus menurut pada apapun yang di kat
"Ini pakaian anda pak, dan ini hadiah untuk ibu mertua anda," kata Amanda yang meletakkan pakaian yang terbungkus rapi dengan hangernya itu di sandaran sofa. Dan sebuah paper bag yang berisi set perhiasan untuk ibu mertua Samuel di atas meja kerja Samuel. "Saya permisi." Setelah mengatakan itu Amanda berjalan mundur lalu berbalik hendak keluar. "Sidik jari ayahmu di temukan di stik golf yang di gunakan untuk menghabisi nyawa Yossy Dibyo, kamu yakin bukan ayahmu yang melakukan pelenyapan itu?" tanya Samuel. Amanda menghentikan langkahnya, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan dari Samuel. Amanda berbalik dan menghampiri Samuel. "Ayah tidak melenyapkan om Yossy, pak. Mereka teman, mereka sering bermain golf bersama," jelas Amanda. "Tapi di malam tewasnya Yossy Dibyo, rekaman CCtv menunjukkan ayahmu yang terakhir pergi ke rumahnya. Di saat keluarganya sedang berada di luar kota. Untuk apa ayahmu datang kesana?" tanya Samuel lagi. Amanda terdiam, dia tidak tahu semua
"Sepertinya kamu salah paham kakak ipar...""Aku tidak bicara padamu Mason!" sela Samuel dengan tatapan yang sangat tajam pada Mason. Amanda mundur menjauh dari Mason. "Mana hadiah untuk ibu mertuaku?" Yahya Samuel pada Amanda. "Ini pak" kata Amanda memberikan paper bag yang dia bawa pada Samuel. Samuel meraih paper bag itu."Ambil minuman untukku!" perintah Samuel pada Amanda. "Baik pak!" jawab Amanda dengan cepat. Mason yang melihat perlakukan Samuel pada Amanda sangat tidak tega. Samuel memang sangat galak, kasar dan dingin. Pantas saja tidak ada sekertaris yang sanggup bertahan lebih dari satu tahun kecuali Amanda. "Permisi Mason...""Amanda, kamu tidak perlu mengambilkan minuman itu. Aku akan minta pelayan yang melakukannya." ujarnya pada Amanda. "Tidak perlu Mason, terimakasih atas niat baikmu. Tapi, pak Sam akan lebih marah padaku kalau pelayan yang membawakan minuman untuknya" kata Amanda yang pergi dari sana dengan cepat lalu menuju ke mini bar yang ada di tempat itu.
Amanda bisa melihat semua orang sedang memperhatikan mereka, dirinya dan juga Mason. Amanda akan sangat tidak sopan, kalau sampai menolak Mason dan pergi dari tempat ini. Bukan hanya akan membuat malu Mason. Tapi pasti akan membuat dirinya di musuhi dan di anggap sombong juga tidak sopan oleh seluruh keluarga Carter. Sementara kalau melihat ke arah Samuel. Tatapan pria itu mungkin bisa menusuknya karena memang begitu tajam. Rahang pria itu tampak mengeras, jelas sekali tidak memperbolehkan Amanda berdansa dengan Mason. "Amanda, would you like to dance with me?" Tanya Mason begitu sopan. Amanda masih sangat bingung, yang akan membantunya adalah Samuel, bukan Mason, apa yang harus dia lakukan?Amanda menyatukan kedua telapak tangannya dan meminta maaf di depan Mason. "Maaf, aku tidak bisa berdansa denganmu. Aku tidak pantas. Maafkan aku!" kata Amanda yang langsung berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan acara itu. Samuel tampak merenggangkan dasinya. Tadinya kalau Amanda meneri
"Kakak...""Maafkan aku Amanda, aku hanya bisa menambah masalah saja. Kamu pasti tidak mengeluarkan uang sedikit untuk menjamin ku keluar. Sedangkan uang itu harusnya kamu gunakan untuk membayar pengacara ayah. Aku anak tertua, tapi sangat tidak berguna!" Dimas menyalahkan dirinya sendiri, dia merasa menjadi anak tertua yang tidak berguna. Dia bahkan memperburuk situasi yang ada. Membuat Amanda harus mengeluarkan uang lebih untuk membebaskannya. Amanda mengusap lengan kakaknya dengan lembut. Siapa yang bisa menyalahkan seorang ayah yang sangat merindukan anaknya. "Aku mengerti perasaan mu kak. Kamu sangat rindu pada Revan, aku juga. Tapi kakak tahu ibunya kak Diana itu seperti apa kan? kakak harus bangkit, kakak harus tunjukkan pada ibu mertua kakak, kalau kakak bisa kembali sukses dan kembali membuat kehidupan kak Diana dan Revan berkecukupan seperti dulu. Kakak pasti bisa." kata Amanda menyemangati kakaknya. Meski dalam hatinya sendiri, Amanda bahkan tidak yakin kalau mereka aka