Share

Posesif

“Hmm,” gumam Dinara bergerak memunggungi Arka namun Dinara tidak bangun sama sekali. Arka melepaskan nafasnya yang sempat ia tahan tadi seraya kembali memeluk pinggang Dinara.

Pagi hari.

Arka bangun lebih awal dan segera keluar dari kamar Dinara sebelum Dinara bangun. Arka juga segera meminta pelayan untuk menyiapkan makanan dan susu untuk Dinara, baru setelahnya Arka masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Saat semua orang berada di meja makan, tiba-tiba saja Arka kedatangan tamu tak terduga. Yaitu orang tua Arka bersama dengan Sandra.

“Arka, mama mau bicara. Bisa kita bicara di depan?” Tegas Dena, mama Arka seraya melirik Dinara.

“Iya, Ma.” Arka bangkit dari kursinya dan segera berjalan menuju ruang tamu meninggalkan Dinara dengan Dimas yang menatapnya penasaran di meja makan.

Dena memanggil Arka ke meja makan sendirian sedang papa Arka dan Sandra duduk menunggu Arka di ruang tamu.

“Ada apa, Ma?” Arka mendudukkan bokongnya di sofa kosong yang tersisa seraya menatap papanya dan juga Sandra.

“Sandra bilang kalau Sandra gak akan kembali ke Jerman lagi. Jadi Mama dan Papa pikir, kamu harus menikahi Sandra secepatnya. Sandra juga sudah bilang kalau dia bersedia meninggalkan karir modelingnya untuk kamu. Sandra bersedia melahirkan anak untuk kamu. Bukankah ini bagus?” Dena menatap serius Arka dengan wajah tersenyum.

Arka menatap wajah Sandra yang juga tersenyum manis padanya. Arka tersenyum membalas Sandra. “Baiklah, kalau gitu kalian atur saja.” Arka sama sekali tidak menolak dengan rencana yang orang tuanya berikan.

“Kalau gitu, aku harus pulang dan memberitahukan ini pada orang tuaku. Kapan kamu akan datang melamar, Sayang? Aku akan mengatakannya pada orang tuaku. Media juga harus tau ini.” Sandra bersemangat karena rencananya berhasil untuk bersaing dengan Dinara serta menyingkirkan Dinara akan jauh lebih mudah setelah Sandra menikah dengan Arka secara resmi.

“Bagaimana kalau sabtu ini? Masih ada waktu 3 hari untuk persiapannya. Bagaimana?” Papa Arka memberi saran yang kemudian langsung disetujui oleh Dena dan Sandra yang juga berharap kalau Arka bersedia.

“Baiklah, gak masalah.” Entah kenapa Arka setuju-setuju saja padahal Arka sudah menikahi Dinara dan menjadikan Dinara istri pertamanya walau hanya istri kontrak yang harus dirahasiakan. Tanpa mereka sadari, Dinara dan Dimas mendengar semua obrolan mereka dari balik dinding pemisah antara ruang tamu dan juga ruang keluarga karena Dimas mengajak Dinara untuk pergi ke kantor lebih dulu.

“Beneran, Sayang? Kalau gitu, aku pulang sekarang.” Sandra segera pulang dengan wajah yang tersenyum lebar meninggalkan Arka bersama dengan kedua orang tuanya sedang Arka harus memaksa senyumnya yang palsu agar Sandra pergi dan agar Arka bisa bicara serius dengan orang tuanya.

Saat Arka dan kedua orang tuanya masih bicara, Dimas menahan Dinara di ruang keluarga agar mereka tidak mengganggu Arka dan mencuri fokus Arka.

“Mama tau kamu dan sekretaris itu ada hubungan lain kan? Mama juga sudah tau kalau wanita itu hamil. Katakan, berapa bulan?” Raut wajah Dena mendadak berubah menjadi lebih tegas dan galak pada Arka sedang Arka terlihat santai tidak perduli.

“Mama sudah tau, kalau gitu jangan ganggu Nara. Kalau setelah ini terjadi sesuatu dengan Nara, Arka gak akan tinggal diam.” Arka balik mengancam orang tuanya dengan wajah datar dan suara dingin. Arka tahu betul bagaimana orang tuanya.

“Mama gak akan melakukan apapun pada wanita itu karena wanita itu mengandung cucu mama. Asalkan kamu menikah dengan Sandra, Mama akan jaga rahasia ini dan mama juga akan melindungi wanita itu. Tapi setelah itu, kamu harus janji sama mama, buang wanita itu dari hidup kamu. Jangan libatkan dia lagi.”

“Arka tau bahkan tanpa Mama ajari. Sudah selesai? Hanya ingin bicarakan ini saja? Apakah Sandra yang memberitahu mama?”

“Tidak, Sandra tidak tau. Mama sengaja memata-matai kamu. Kenapa?” Dena berbohong demi melindungi Sandra.

Obrolan panas di pagi hari selesai dengan sedikit ancaman dan juga kesepakatan. Setelah kedua orang tua Arka pergi, Arka kembali ke meja makan tapi ternyata Dinara tidak berada di sana. Arka sadar, Dinara pasti mendengar semuanya.

“Kemana dia?” Arka bertanya pada Dimas.

“Nona ke kamar mandi, Tuan. Tadi Nona mual,” jawab Dimas santai.

Tak lama, Dinara kembali ke meja makan dengan wajah yang menduduk serta netra yang menghindari Arka karena sedih dan juga marah tapi Arka mengira kalau Dinara bersikap seperti itu karena Dinara takut mual melihatnya. Arka, Dinara dan Dimas berangkat ke kantor dengan 1 mobil seperti sebelumnya namun bedanya kali ini Arka terlihat memakai masker dan juga kaca mata hitam agar Dinara tidak mual melihatnya.

Sebenarnya ini hal yang lucu untuk Dimas lihat karena Arka harus menyembunyikan dirinya dari Dinara. Arka ingat bahwa tadi malam Arka membelikan Dinara ponsel baru.

“Dinara, apakah kamu sudah memakai ponsel yang saya berikan? Saya taruh di atas nakas.” Arka melirik Dinara tanpa Dinara sadari sedang Dinara menatap Arka sekilas seraya menahan tawa.

“Tidak usah, Pak. Gak apa-apa, saya pakai ponsel saya yang lama saja.” Dinara menolak ponsel pemberian Arka karena Dinara sudah memakai ponsel lamanya.

“Ganti yang baru nanti di rumah. Ponsel kamu itu sudah jelek. Soal tadi malam, saya minta maaf. Tapi kamu harus ingat satu hal, bagaimanapun saat ini saya adalah suami kamu dan kamu adalah istri saya. Kamu tidak boleh dekat dengan pria manapun sebelum kamu melahirkan anak saya dan kontrak kita berakhir.” Jelas Arka tegas sedang Dinara melempar pandangannya keluar jendela dan tidak menyahuti Arka.

Karena tidak mendapat respon dari Dinara, Arka menjadi kesal. Arka menarik bahu Dinara hingga Dinara kaget dan tubuh Dinara terhuyung ke arah Arka. “Kamu mendengar saya, Dinara? Kenapa tidak menjawab?” Kesal Arka memeluk Dinara dari samping namun sialnya Dinara malah muntah di celana Arka.

Hueeekkk ... Hueekkkk ...

Arka membatu seketika itu sedang Dimas segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan segera menoleh ke arah kursi penumpang. Keadaan Arka dan Dinara sama sekali tidak baik-baik saja.

“Maaf, Pak.” Lirih Dinara lemas setelah mendapat tisu dari Dimas dan Dinara mengusap bibirnya.

“Kita pulang!” Pinta Arka tegas sedang Dimas terpaksa mengikuti jalanan untuk kembali pulang karena mereka tidak bisa memutar mobil di kawasan ini.

Setelah beberapa jam.

Arka, Dinara dan Dimas sampai di lobi kantor dengan mobil Arka yang lain. Arka dan Dinara juga sudah berganti pakaian namun sepanjang jalan Dinara terus memegang botol minyak kayu putihnya. Seperti biasa, semua orang akan menyapa rombongan Arka ketika melihat mereka memasuki kantor.

Di samping lift, Hardianysah tengah menunggu Dinara dan bersiap menyapa Dinara, namun Dinara hanya menoleh singkat lalu menunduk seperti Dinara sengaja menghindari Hardiansyah. Hardiansyah melihat bahwa tangan Arka menarik Dinara dengan sengaja ketika Dinara menoleh tadi membuat Hardiansyah menyadari sesuatu.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Neneng Koswati
terhalang oleh kunci
goodnovel comment avatar
Putri Tidur
coba sudah lapor ke cs kak?
goodnovel comment avatar
Miftahul Khasanah
saya sudah beli koin 50, knpa saya tidak bisa membuka kunci
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status