Share

Posesif

Author: Putri Tidur
last update Last Updated: 2024-02-03 09:16:39

“Hmm,” gumam Dinara bergerak memunggungi Arka namun Dinara tidak bangun sama sekali. Arka melepaskan nafasnya yang sempat ia tahan tadi seraya kembali memeluk pinggang Dinara.

Pagi hari.

Arka bangun lebih awal dan segera keluar dari kamar Dinara sebelum Dinara bangun. Arka juga segera meminta pelayan untuk menyiapkan makanan dan susu untuk Dinara, baru setelahnya Arka masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Saat semua orang berada di meja makan, tiba-tiba saja Arka kedatangan tamu tak terduga. Yaitu orang tua Arka bersama dengan Sandra.

“Arka, mama mau bicara. Bisa kita bicara di depan?” Tegas Dena, mama Arka seraya melirik Dinara.

“Iya, Ma.” Arka bangkit dari kursinya dan segera berjalan menuju ruang tamu meninggalkan Dinara dengan Dimas yang menatapnya penasaran di meja makan.

Dena memanggil Arka ke meja makan sendirian sedang papa Arka dan Sandra duduk menunggu Arka di ruang tamu.

“Ada apa, Ma?” Arka mendudukkan bokongnya di sofa kosong yang tersisa seraya menatap papanya dan juga Sandra.

“Sandra bilang kalau Sandra gak akan kembali ke Jerman lagi. Jadi Mama dan Papa pikir, kamu harus menikahi Sandra secepatnya. Sandra juga sudah bilang kalau dia bersedia meninggalkan karir modelingnya untuk kamu. Sandra bersedia melahirkan anak untuk kamu. Bukankah ini bagus?” Dena menatap serius Arka dengan wajah tersenyum.

Arka menatap wajah Sandra yang juga tersenyum manis padanya. Arka tersenyum membalas Sandra. “Baiklah, kalau gitu kalian atur saja.” Arka sama sekali tidak menolak dengan rencana yang orang tuanya berikan.

“Kalau gitu, aku harus pulang dan memberitahukan ini pada orang tuaku. Kapan kamu akan datang melamar, Sayang? Aku akan mengatakannya pada orang tuaku. Media juga harus tau ini.” Sandra bersemangat karena rencananya berhasil untuk bersaing dengan Dinara serta menyingkirkan Dinara akan jauh lebih mudah setelah Sandra menikah dengan Arka secara resmi.

“Bagaimana kalau sabtu ini? Masih ada waktu 3 hari untuk persiapannya. Bagaimana?” Papa Arka memberi saran yang kemudian langsung disetujui oleh Dena dan Sandra yang juga berharap kalau Arka bersedia.

“Baiklah, gak masalah.” Entah kenapa Arka setuju-setuju saja padahal Arka sudah menikahi Dinara dan menjadikan Dinara istri pertamanya walau hanya istri kontrak yang harus dirahasiakan. Tanpa mereka sadari, Dinara dan Dimas mendengar semua obrolan mereka dari balik dinding pemisah antara ruang tamu dan juga ruang keluarga karena Dimas mengajak Dinara untuk pergi ke kantor lebih dulu.

“Beneran, Sayang? Kalau gitu, aku pulang sekarang.” Sandra segera pulang dengan wajah yang tersenyum lebar meninggalkan Arka bersama dengan kedua orang tuanya sedang Arka harus memaksa senyumnya yang palsu agar Sandra pergi dan agar Arka bisa bicara serius dengan orang tuanya.

Saat Arka dan kedua orang tuanya masih bicara, Dimas menahan Dinara di ruang keluarga agar mereka tidak mengganggu Arka dan mencuri fokus Arka.

“Mama tau kamu dan sekretaris itu ada hubungan lain kan? Mama juga sudah tau kalau wanita itu hamil. Katakan, berapa bulan?” Raut wajah Dena mendadak berubah menjadi lebih tegas dan galak pada Arka sedang Arka terlihat santai tidak perduli.

“Mama sudah tau, kalau gitu jangan ganggu Nara. Kalau setelah ini terjadi sesuatu dengan Nara, Arka gak akan tinggal diam.” Arka balik mengancam orang tuanya dengan wajah datar dan suara dingin. Arka tahu betul bagaimana orang tuanya.

“Mama gak akan melakukan apapun pada wanita itu karena wanita itu mengandung cucu mama. Asalkan kamu menikah dengan Sandra, Mama akan jaga rahasia ini dan mama juga akan melindungi wanita itu. Tapi setelah itu, kamu harus janji sama mama, buang wanita itu dari hidup kamu. Jangan libatkan dia lagi.”

“Arka tau bahkan tanpa Mama ajari. Sudah selesai? Hanya ingin bicarakan ini saja? Apakah Sandra yang memberitahu mama?”

“Tidak, Sandra tidak tau. Mama sengaja memata-matai kamu. Kenapa?” Dena berbohong demi melindungi Sandra.

Obrolan panas di pagi hari selesai dengan sedikit ancaman dan juga kesepakatan. Setelah kedua orang tua Arka pergi, Arka kembali ke meja makan tapi ternyata Dinara tidak berada di sana. Arka sadar, Dinara pasti mendengar semuanya.

“Kemana dia?” Arka bertanya pada Dimas.

“Nona ke kamar mandi, Tuan. Tadi Nona mual,” jawab Dimas santai.

Tak lama, Dinara kembali ke meja makan dengan wajah yang menduduk serta netra yang menghindari Arka karena sedih dan juga marah tapi Arka mengira kalau Dinara bersikap seperti itu karena Dinara takut mual melihatnya. Arka, Dinara dan Dimas berangkat ke kantor dengan 1 mobil seperti sebelumnya namun bedanya kali ini Arka terlihat memakai masker dan juga kaca mata hitam agar Dinara tidak mual melihatnya.

Sebenarnya ini hal yang lucu untuk Dimas lihat karena Arka harus menyembunyikan dirinya dari Dinara. Arka ingat bahwa tadi malam Arka membelikan Dinara ponsel baru.

“Dinara, apakah kamu sudah memakai ponsel yang saya berikan? Saya taruh di atas nakas.” Arka melirik Dinara tanpa Dinara sadari sedang Dinara menatap Arka sekilas seraya menahan tawa.

“Tidak usah, Pak. Gak apa-apa, saya pakai ponsel saya yang lama saja.” Dinara menolak ponsel pemberian Arka karena Dinara sudah memakai ponsel lamanya.

“Ganti yang baru nanti di rumah. Ponsel kamu itu sudah jelek. Soal tadi malam, saya minta maaf. Tapi kamu harus ingat satu hal, bagaimanapun saat ini saya adalah suami kamu dan kamu adalah istri saya. Kamu tidak boleh dekat dengan pria manapun sebelum kamu melahirkan anak saya dan kontrak kita berakhir.” Jelas Arka tegas sedang Dinara melempar pandangannya keluar jendela dan tidak menyahuti Arka.

Karena tidak mendapat respon dari Dinara, Arka menjadi kesal. Arka menarik bahu Dinara hingga Dinara kaget dan tubuh Dinara terhuyung ke arah Arka. “Kamu mendengar saya, Dinara? Kenapa tidak menjawab?” Kesal Arka memeluk Dinara dari samping namun sialnya Dinara malah muntah di celana Arka.

Hueeekkk ... Hueekkkk ...

Arka membatu seketika itu sedang Dimas segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan segera menoleh ke arah kursi penumpang. Keadaan Arka dan Dinara sama sekali tidak baik-baik saja.

“Maaf, Pak.” Lirih Dinara lemas setelah mendapat tisu dari Dimas dan Dinara mengusap bibirnya.

“Kita pulang!” Pinta Arka tegas sedang Dimas terpaksa mengikuti jalanan untuk kembali pulang karena mereka tidak bisa memutar mobil di kawasan ini.

Setelah beberapa jam.

Arka, Dinara dan Dimas sampai di lobi kantor dengan mobil Arka yang lain. Arka dan Dinara juga sudah berganti pakaian namun sepanjang jalan Dinara terus memegang botol minyak kayu putihnya. Seperti biasa, semua orang akan menyapa rombongan Arka ketika melihat mereka memasuki kantor.

Di samping lift, Hardianysah tengah menunggu Dinara dan bersiap menyapa Dinara, namun Dinara hanya menoleh singkat lalu menunduk seperti Dinara sengaja menghindari Hardiansyah. Hardiansyah melihat bahwa tangan Arka menarik Dinara dengan sengaja ketika Dinara menoleh tadi membuat Hardiansyah menyadari sesuatu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Selfia
saya baru membaca ini sangat menegangkan
goodnovel comment avatar
Neneng Koswati
terhalang oleh kunci
goodnovel comment avatar
Putri Tidur
coba sudah lapor ke cs kak?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 82

    "Dinara? Ya, pasti ini." Raisa tersenyum puas merasa beruntung karena tiba-tiba Dinara mengirimkan pesan pada Hardiansyah. Raisa juga sangat yakin dengan nama Dinara di kontrak ponsel Hardiansyah. Sayangnya Raisa tidak bisa mengambil nomor ponsel Dinara karena Raisa tidak mengetahui password ponsel Hardiansyah.Isi pesan Dinara. "Hai, Har. Apa kabar? Rasanya Uda lama banget ya kita gak ngobrol bareng. Aku ada sedikit problem nih dan aku butuh banget kamu. Kira-kira kapan dan dimana ya kita bisa ketemuan?" Membaca itu, Raisa jadi memiliki ide untuk ikut dengan Hardiansyah saat Hardiansyah pergi nanti. Dengan begitu, Raisa bisa lebih dekat dengan Dinara dan Raisa juga sangat yakin, orang yang bisa membantunya adalah Dinara."Baiklah, aku harus mengenalnya dan dekat dengannya. Dengan begitu, aku akan punya alasan untuk keluar dan mendekatkan diri pada wanita itu." Raisa bermonolog seraya mengembalikan ponsel Hardiansyah.Tak lama, Hardiansyah pulang ke rumah dengan diantar oleh Sandra.

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 81

    "Temui aku di kantor sekarang juga." Arka menghubungi Sandra dan memintanya segera datang."Oke." Singkat Sandra tersenyum seakan dia menang. Di kantor Arka, tepatnya di dalam ruangan Arka."Bagaimana, Sayang? Aku sudah datang," ujar Sandra mendekat ke arah Arka hendak menggodanya. Namum, bukannya tergoda oleh Sandra, Arka malah terlihat jijik dan menghindari sentuhannya."Duduk di sana." Pinta Arka menunjuk ke arah kursi yang ada di seberang mejanya.Sandra tidak menjawab dan hanya menuruti perintah Arka. Setelah Sandra mendudukkan bokongnya. Barulah obrolan berjalan."Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" Sandra memulai obrolan karena Arka tak kunjung memulai obrolan."Aku ingin kamu lakukan tes ulang, bukan di rumah sakit yang sama." Pinta Arka secara blak-blakan membuat Sandra sedikit terkejut namun Sandra masih tetap memaksa senyum."Ternyata kamu masih belum percaya aku ya. Bagaimana kalau aku menolak?" Sandra memastikan apa yang saat ini muncul di otaknya.Kalau b

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 80

    Setelah mandi dan berpakaian, Raisa kembali mendudukkan bokongnya ke bibir ranjang dan menggulung rambutnya tanpa menggunakan apapun. Wangi khas yang semerbak dari Raisa tercium dalam oleh Hardiansyah.Aroma tubuh Raisa bercampur dengan aroma segar dari sabun yang Raisa gunakan selalu menjadi favorit Hardiansyah.Hardiansyah membuka matanya dan bergerak mendekati Raisa, memeluknya lalu menarik tubuh Raisa hingga tubuh Raisa ambruk di atasnya."Temani aku sebentar, Sayang. Tetap dalam posisi ini, ya." Pinta Hardiansyah memejamkan matanya lagi dan mengunci posisi Raisa yang ambruk di atasnya."Tapi aku sudah tidur tadi. Aku gak pengen tidur lagi," ujar Raisa merasa tidak nyaman dengan posisinya sebab tangan Hardiansyah terlalu erat memeluknya.Merasakan ketidaknyamanan Raisa, Hardiansyah segera menaruh tubuh Raisa ke sampingnya dan memeluknya erat."Sebentar saja," ujar Hardiansyah sedikit memelas dengan suara seksinya yang Raisa pun tidak mampu menolaknya selain hanya menghela nafas pa

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 79

    Di apartemen Sandra."Bagaimana cara kamu melakukannya? Dan soal tadi, terimakasih ya, kamu menyelamatkan aku." Hardiansyah duduk santai di atas sofa memperhatikan Sandra yang baru saja selesai mandi dan bergerak ke sana-kemari tanpa busana.Sandra tersenyum licik. "Kamu mau tau bagaimana caranya?" Wanita jahat itu berjalan ke arah Hardiansyah dengan wajah menggoda kemudian duduk di pangkuan Hardiansyah sedang Hardiansyah hanya diam saja."Aku tidur dengan dokter itu. Aku menjadi selingkuhannya hahaha. Bagaimana menurutmu?" Sejenak Hardiansyah panas dan jijik, tapi Hardiansyah juga harus sadar diri dengan keadaan mereka semua dan status mereka."Apa menurutmu dia merasa puas olehmu? Kamu bisa?" Hardiansyah tampak meremehkan Sandra dari raut wajahnya."Tentu saja. Malah aku yang kurang puas. Aku hanya puas denganmu saja, Sayang. Bagaimana kalau kita," goda Sandra mengajak Hardiansyah."Aku lelah. Aku tadi baru main sama Raisa." Hardiansyah membalas balik melihat reaksi Sandra yang sek

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 78

    Sesampainya di rumah setelah berdiaman di dalam mobil. Dengan wajah murung Raisa masuk ke dalam rumah lalu langsung masuk ke dalam kamar dengan membantingnya.Raisa tidak ingin Hardiansyah masuk ke dalam kamar, oleh sebab itu Raisa mengunci pintu kamar. "Aku harus cari sesuatu yang bisa membantuku mengetahui siapa aku." Pikir Raisa membongkar isi kamarnya sedang Hardiansyah mencoba membuka pintu dengan membujuk Raisa. Tapi Raisa tidak mendengarnya sama sekali."Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau begini terus, semuanya bisa berantakan." Pikir Hardiansyah menjambak rambutnya kesal."Untung aja Sandra datang di saat yang tepat. Setelah mengurus anak ini, aku akan segera menemui Sandra." Hardiansyah harus menyusun rencana ulang. "Baiklah, aku harus buat Raisa tidur dulu, aku akan kurung dia sebentar di rumah, lalu aku akan pergi menemui Sandra." Tidak ingin menggunakan cara kekerasan, Hardiansyah mencari kunci cadangan pintu kamarnya untuk membuka pintu. Hardiansyah punya beberapa, jad

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 77

    "Aku seperti mengenal wanita itu. Aku merasa familiar dengannya," jawab Raisa jujur."Baiklah. Sekarang fokus sama kesehatan kamu dulu ya. Dokter dan perawat uda siap. Kamu juga bersiaplah," ujar Hardiansyah memberi arahan pada Raisa.Raisa menurut dan proses pemeriksaan segera berjalan. Hardiansyah diam berdiri memperhatikan Raisa di samping dokter yang memeriksanya menggunakan alat medis yang cukup canggih.Dari layar monitor, terlihat bentuk tengkorak kepala Raisa dan Hardiansyah yang tidak mengerti apapun hanya diam saja melihat dokter membuat catatan di bukunya sambil melihat monitor tersebut.Setelah beberapa saat, pemeriksaan selesai. Hardiansyah dan Raisa diminta menunggu di ruang tunggu sedang dokter membuat rincian dan menganalisa hasil pemeriksaan kepala Raisa."Sayang, aku pasti baik-baik aja kan?" Tanya Raisa pada Hardiansyah yang sejak tadi hanya diam saja memikirkan sesuatu."Aku berharap seperti itu, Sayang." Hardiansyah tersenyum memaksa. Waktu sudah menunjukkan puku

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 76

    Drtttt... Drtttt ...Hardiansyah menyadari merasakan ponselnya bergetar dari bawah bantalnya, namun karena Hardiansyah sangat mengantuk akhirnya Hardiansyah memilih untuk mengabaikan ponselnya. Pasalnya Hardiansyah baru saja berhasil terlelap setelah mengalami beberapa drama singkat.Sedang di ujung dunia lain, Sandra terlihat sangat kesal karena panggilannya tidak dijawab oleh Hardiansyah."Kenapa dia tidak menjawab telepon ku? Biasanya dia selalu menjawab dengan cepat. Apa dia,-" Sandra mulai menduga-duga."Tidak, ini tidak bisa terjadi. Enak saja dia." Sandra mengomel seraya terus berusaha menghubungi Hardiansyah. Namun baru sekali deringan, panggilan Sandra ditolak. Membuatnya sakit hati dan bertambah kesal hingga Sandra melempar ponselnya ke atas lantai."Sialan!" Makinya tidak senang.Sedang di tempat lain, Hardiansyah merasa terganggu dengan getaran ponselnya yang juga membuat Raisa terbangun. Malas dengan drama mereka, Hardiansyah akhirnya menolak panggilan Sandra dan segera

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 75

    "Iri denganku? Hah, apa yang bisa dia iri kan dari aku? Aku penyakitan gini, selalu nyusahin orang," jawab Raisa terkekeh mengasihani dirinya sendiri."Huss, Sayang.. Jangan ngomong gitu ah, aku gak suka. Kamu itu gak nyusahin aku kok." Dengan cepat Hardiansyah yang peka dengan perkataan Raisa memeluknya hangat membuat Raisa tersenyum menyeringai."Kalau gitu, aku boleh gak, minta kamu jangan terlalu dekat dengannya dan jangan sering bertemu dengannya? Jujur saja, aku cemburu." Raisa melancarkan rencananya dengan sangat baik."Aku tau, dia temanmu, mungkin kalian juga lebih dulu kenal dari kamu kenal aku. Tapi Sayang, aku kan wanita kamu." Sambungnya lagi sebelum Hardiansyah menjawab.Sedang Hardiansyah entah kenapa menjadi degdegan setelah perlakuan dan ucapan Raisa ini. Hardiansyah diam menatap Raisa seraya menelan ludah kasar. Hardiansyah sadar perasaannya kian berubah karena kehadiran Raisa. Tujuannya bisa goyah. Di sisi lain, Hardiansyah juga tidak bisa berhenti dari perjalanann

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 74

    Setibanya di rumah sakit. Hardiansyah dengan cepat segera menggendong Raisa masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ruang UGD diikuti oleh para perawat yang siap siaga ketika melihat Hardiansyah."Bapak dan ibu harap tunggu di luar saja ya. Saya akan segera memanggil dokter." Perawatan tersebut meminta agar Hardiansyah dan Sandra keluar dari ruangan ketika Raisa sudah berada di atas ranjang.Hardiansyah dan Sandra menurut. Mereka segera keluar bersama dengan perawat yang akan pergi memanggil dokter tersebut. "Hufttt, menyusahkan saja. Kenapa sih gak dari dulu aja kita lenyap kan dia? Ini juga gara-gara kamu ya." Keluh Sandra pada Hardiansyah.Sedang Hardiansyah yang lelah juga khawatir pada Raisa memilih untuk diam dari pada harus menjawab Sandra yang selalu memarahinya. Apalagi saat ini wanita gila itu sedang mengandung anaknya.Tak lama, dokter datang bersama perawat yang memanggilnya. Hardiansyah hanya bisa berdoa kali ini agar Raisa baik-baik saja.Beberapa waktu kemudian, pintu ru

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status