Share

Kedatangan Sandra?

Author: Putri Tidur
last update Last Updated: 2024-01-03 15:36:08

“Gimana Sayang, kamu pasti kaget ya? Kamu happy gak aku pulang?”

Wanita centil itu bergelayut manja di tubuh Arka, sedang Dinara melirik kaget dan juga gugup ke arah Sandra. Entah kenapa Dinara merasa tidak nyaman.

Dinara membuang tatapannya ke arah lain, seolah tidak melihat Sandra. Sebenarnya di sisi lain, Dinara juga takut Sanda mengetahui ada sesuatu yang terjadi pada ia dan Arka. Masalahnya akan semakin runyam kalau sampai Sandra tahu.

Sayangnya, ketika Dinara berusaha tidak melihatnya, Sandra malah melihat ke arahnya. Sandra pernah bertemu Dinara beberapa kali ketika dulu ia sering mampir ke kantor Arka.

Saat itu, Sandra tak curiga sama sekali pada Dinara.

“Sayang? Kok kamu diem aja sih? Kamu gak kangen ya sama aku? Atau jangan-jangan kamu udah punya wanita lain yang menggantikan posisi aku di hati kamu?” tanya Sandra bertubi-tubi karena tak ada respon dari kekasihnya. Ia kelihatan murung dan sedikit menarik lengan Arka.

Arka yang terkejut perlahan tersenyum lalu memeluk wanita itu. Sekilas ia mengecup bibir Sandra sebagai tanda jika Arka merindukannya. Walau sebenarnya Arka merasa tidak enak pada Dinara karena melakukan skinship seperti itu di depannya.

Tapi Arka tidak ingin Sandra curiga.

“Kamu kapan pulangnya? Kenapa nggak kasih kabar ke aku?” tanya Arka, berusaha mengalihkan perhatian Sandra.

Dipeluknya gadis itu, membiarkan Sandra tenggelam dalam dekapannya, sementara sepasang matanya menatap Dinara yang berdiri dengan kikuk.

Saat tatapan mereka bertemu, Dinara langsung menunduk dan memutuskan untuk pergi dari ruangan Arka.

“Benarkah? Kalau gitu, nanti malam aku menginap di rumah kamu ya, Sayang? Boleh kan?”

Arka tidak langsung menjawab. Dia menimbang selama beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk.

“Nanti kita pulang bersama dengan asisten dan juga sekretarisku. Kamu sudah lama tahu kan kalau Dimas tinggal di rumahku? Dan belum lama ini juga, sekretarisku, aku suruh tinggal di rumah biar kita mudah kerjanya. Kami lagi mengerjakan proyek penting, jadi harus sering bertemu untuk membahas masalah itu.”

Sandra cemberut, tampak tidak suka mendengar hal itu. Karena itu artinya, mereka jadi tidak punya waktu berduaan saja.

Sejak awal, Sandra memang sudah tahu bahwa Dimas tinggal bersama dengan Arka. Pria kaku itu selalu berada di sisi Arka dan merekat padanya bagaikan perangko, karena Dimas adalah asisten pribadi yang bertugas mengurus semua kebutuhan Arka. Dimas bahkan sudah bekerja untuk Arka sebelum Sandra bertemu dengan kekasihnya itu.

Namun tetap saja, Sandra tidak pernah menyukai Dimas yang baginya terlihat sangat dingin dan juga kaku. Pria itu hanya mau mendengarkan perintah Arka dan sama sekali tidak pernah menatap Sandra, apalagi mendengar perintahnya.

Dan kini, bertambah satu orang lagi yang akan terus berada di depan kekasihnya itu. Sandra tidak suka.

“Sampai kapan kamu akan tinggal dengan mereka?” tanya Sandra sedikit menuntut.

“Mungkin setelah proyek itu selesai, belum tahu sampai kapan,” kata Arka abu-abu, tidak ingin memberikan waktu yang pasti karena Sandra akan terus bertanya.

Sandra menghela napas. “Baiklah,” katanya pasrah.

“Ngomong-ngomong, kapan kamu akan kembali ke Jerman?” tanya Arka mengalihkan pembicaraan.

“Aku nggak akan kembali ke Jerman. Kita kan mau nikah,” kata Sandra dengan wajah sumringah.

Arka seketika terpaku mendengar jawaban Sandra yang tidak ia duga. Ia tidak mengatakan apapun dan membiarkan Sandra terus memeluknya.

Pria itu baru bisa melepaskan diri saat harus kembali bekerja. Sedangkan Sandra memilih menunggu Arka di sofa di ruangan kerja pria itu, sesekali berusaha menarik perhatian Arka meskipun berujung gagal.

Saat sore menjelang, Arka mengajak Sandra pulang karena ia tahu wanita itu pasti bosan setengah mati. Terlihat dari wajahnya yang cemberut, apalagi Arka memang mengabaikannya karena sibuk bekerja.

Arka sengaja memanggil Dimas dan juga Dinara bersamaan agar mereka bisa pulang dengan menggunakan satu mobil saja, untuk menghindari kecurigaan Sandra.

Dimas keluar lebih dulu untuk menyiapkan mobil, sedangkan Arka, Sandra dan Dinara berjalan ke arah lobi.

Arka dan Sandra berjalan bergandengan di depan Dinara yang memilih untuk menjauh, lebih tepatnya menghindari atasannya tersebut.

Arka sesekali melirik Dinara, tapi yang ia temukan hanyalah ekspresi datar gadis itu. Entah kenapa, Arka mengharapkan sesuatu yang lain, sehingga ia terus-menerus mencuri pandang pada Dinara tanpa sadar.

Dinara sebenarnya sadar sedari tadi Arka terus melirik ke arahnya, tapi ia berpura-pura tidak tahu karena tidak ingin suasana menjadi canggung. Apalagi, ada Sandra yang sedang bergelayut manja dalam dekapan Arka.

“Ahh, astaga!”

Dinara mendadak tersandung dan hampir jatuh. Kejadian itu begitu cepat, sampai Dinara tidak sadar kalau Arka dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak mendarat di lantai.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Arka dengan dahi mengerut, kelihatan khawatir. “Hati-hati,” katanya lagi saat Dinara masih terpaku.

“Terima kasih, Pak. Saya baik-baik saja,” kata Dinara. Ia lantas berdiri tegak, melepaskan diri dari lengan Arka yang masih melingar di pinggangnya.

Dinara merasa sangat canggung. Ia melirik Sandra yang tampak tidak suka dengan kejadian barusan.

Wanita itu menunduk, merasa tidak enak hati. Sedangkan Sandra langsung menarik tangan Arka agar mereka cepat-cepat masuk ke dalam mobil.

***

Begitu sampai, Arka langsung menyuruh Dinara dan Dimas untuk masuk ke dalam kamar mereka masing-masing, sedang Arka mengantarkan Sandra ke kamar tamu.

Tanpa dibilang pun, Dinara sudah tahu jika pasti mereka akan pisah kamar malam ini. Harusnya Dinara lega, tapi tampaknya Dinara juga sedih. Entah itu karena pengaruh hormon kehamilan yang membuat Dinara selalu bergantung, manja dan ingin diperhatikan oleh Arka atau ada alasan lain.

Malas berpikir panjang, Dinara memilih untuk mandi dan saat Dinara tengah melepaskan pakaiannya, tanpa diduga tiba-tiba saja Arka masuk ke dalam kamar Dinara.

“Jangan mandi terlalu lama. Pakai air hangat, aku sudah menyuruh pelayan datang untuk membantu kamu. Setelah mandi, segera ke meja makan,” kata Arka menatap lekat tubuh Dinara yang lolos dari pandangannya, sedang Dinara yang membeku hanya mengangguk malu.

“Tapi saya bisa mandi sendiri, Pak,” sahut Dinara. Tapi Arka mengabaikannya begitu saja.

Tak lama setelah Arka keluar, 2 orang pelayan wanita masuk ke dalam kamar Dinara untuk memandikan Dinara sesuai dengan perintah Arka.

“Mbak, gak usah ya, saya bisa kok mandi sendiri.” Dinara berusaha menolak.

“Maaf, Nona muda. Jika anda menolak, kami akan dipecat. Tolong kasihani kami, Nona.” Salah satu dari pelayan tersebut memohon.

“Baiklah, tapi tolong jangan panggil saya dengan sebutan itu. Panggil saja saya Dinara, atau Mbak Dinara.” Pinta Dinara bernegosiasi.

“Maaf, Nona. Tuan Muda pasti akan marah jika kami tidak memanggil anda sesuai dengan apa yang beliau perintahkan. Kami panggil Nona saja ya. Kami juga disuruh Tuan memanggil Nona Sandra dengan sebutan Nona.”

Dinara pun pasrah, kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi disusul oleh kedua pelayan tersebut.

Malam hari di meja makan. Arka, Dinara, Sandra dan Dimas sudah berada di meja makan dan bersiap untuk memulai makan malam mereka. Semua makanan terlihat sama di atas meja kecuali makanan Dinara yang tampak berbeda dan mencolok.

Bagaimana tidak, ketika semua orang disuguhkan jus dan air mineral, Dinara malah disuguhkan susu stroberi yang hal itu tentu membuat Sandra heran hingga Sandra terus menatap Dinara.

“Hei, sekretaris. Kamu udah nikah?” tanya Sandra sebelum memulai acara makan malamnya, dan itu tentu mengagetkan Dinara yang baru saja meminum susunya hingga membuatnya terbatuk dan hampir tersedak.

“Sandra, makan makananmu. Jangan bicara lagi,” sela Arka yang tahu kalau Dinara takut menjawab pertanyaan Sandra.

“Kamu ini kenapa sih? Aku kan cuma tanya. Kalau gak mau jawab yaudah,” sahut Sandra kesal lalu menegak minumannya hingga habis.

“Kamu bisa tanya nanti setelah kita selesai makan. Kamu mengagetkan Nara, Sayang. Kasihan dia sampai tersedak begitu. Aku bukan marah sama kamu. Ya?” Arka menjelaskan membujuk Sandra.

“Sudahlah, aku udah nggak nafsu lagi,” kata Sandra sambil berdiri dari kursinya, menatap Arka dengan mata berkilat marah. “Aku baru aja pulang ke sini, tapi kamu udah kayak gini sama aku. Mending aku pergi aja!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
nurdianis
lagu lama,,,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 82

    "Dinara? Ya, pasti ini." Raisa tersenyum puas merasa beruntung karena tiba-tiba Dinara mengirimkan pesan pada Hardiansyah. Raisa juga sangat yakin dengan nama Dinara di kontrak ponsel Hardiansyah. Sayangnya Raisa tidak bisa mengambil nomor ponsel Dinara karena Raisa tidak mengetahui password ponsel Hardiansyah.Isi pesan Dinara. "Hai, Har. Apa kabar? Rasanya Uda lama banget ya kita gak ngobrol bareng. Aku ada sedikit problem nih dan aku butuh banget kamu. Kira-kira kapan dan dimana ya kita bisa ketemuan?" Membaca itu, Raisa jadi memiliki ide untuk ikut dengan Hardiansyah saat Hardiansyah pergi nanti. Dengan begitu, Raisa bisa lebih dekat dengan Dinara dan Raisa juga sangat yakin, orang yang bisa membantunya adalah Dinara."Baiklah, aku harus mengenalnya dan dekat dengannya. Dengan begitu, aku akan punya alasan untuk keluar dan mendekatkan diri pada wanita itu." Raisa bermonolog seraya mengembalikan ponsel Hardiansyah.Tak lama, Hardiansyah pulang ke rumah dengan diantar oleh Sandra.

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 81

    "Temui aku di kantor sekarang juga." Arka menghubungi Sandra dan memintanya segera datang."Oke." Singkat Sandra tersenyum seakan dia menang. Di kantor Arka, tepatnya di dalam ruangan Arka."Bagaimana, Sayang? Aku sudah datang," ujar Sandra mendekat ke arah Arka hendak menggodanya. Namum, bukannya tergoda oleh Sandra, Arka malah terlihat jijik dan menghindari sentuhannya."Duduk di sana." Pinta Arka menunjuk ke arah kursi yang ada di seberang mejanya.Sandra tidak menjawab dan hanya menuruti perintah Arka. Setelah Sandra mendudukkan bokongnya. Barulah obrolan berjalan."Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" Sandra memulai obrolan karena Arka tak kunjung memulai obrolan."Aku ingin kamu lakukan tes ulang, bukan di rumah sakit yang sama." Pinta Arka secara blak-blakan membuat Sandra sedikit terkejut namun Sandra masih tetap memaksa senyum."Ternyata kamu masih belum percaya aku ya. Bagaimana kalau aku menolak?" Sandra memastikan apa yang saat ini muncul di otaknya.Kalau b

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 80

    Setelah mandi dan berpakaian, Raisa kembali mendudukkan bokongnya ke bibir ranjang dan menggulung rambutnya tanpa menggunakan apapun. Wangi khas yang semerbak dari Raisa tercium dalam oleh Hardiansyah.Aroma tubuh Raisa bercampur dengan aroma segar dari sabun yang Raisa gunakan selalu menjadi favorit Hardiansyah.Hardiansyah membuka matanya dan bergerak mendekati Raisa, memeluknya lalu menarik tubuh Raisa hingga tubuh Raisa ambruk di atasnya."Temani aku sebentar, Sayang. Tetap dalam posisi ini, ya." Pinta Hardiansyah memejamkan matanya lagi dan mengunci posisi Raisa yang ambruk di atasnya."Tapi aku sudah tidur tadi. Aku gak pengen tidur lagi," ujar Raisa merasa tidak nyaman dengan posisinya sebab tangan Hardiansyah terlalu erat memeluknya.Merasakan ketidaknyamanan Raisa, Hardiansyah segera menaruh tubuh Raisa ke sampingnya dan memeluknya erat."Sebentar saja," ujar Hardiansyah sedikit memelas dengan suara seksinya yang Raisa pun tidak mampu menolaknya selain hanya menghela nafas pa

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 79

    Di apartemen Sandra."Bagaimana cara kamu melakukannya? Dan soal tadi, terimakasih ya, kamu menyelamatkan aku." Hardiansyah duduk santai di atas sofa memperhatikan Sandra yang baru saja selesai mandi dan bergerak ke sana-kemari tanpa busana.Sandra tersenyum licik. "Kamu mau tau bagaimana caranya?" Wanita jahat itu berjalan ke arah Hardiansyah dengan wajah menggoda kemudian duduk di pangkuan Hardiansyah sedang Hardiansyah hanya diam saja."Aku tidur dengan dokter itu. Aku menjadi selingkuhannya hahaha. Bagaimana menurutmu?" Sejenak Hardiansyah panas dan jijik, tapi Hardiansyah juga harus sadar diri dengan keadaan mereka semua dan status mereka."Apa menurutmu dia merasa puas olehmu? Kamu bisa?" Hardiansyah tampak meremehkan Sandra dari raut wajahnya."Tentu saja. Malah aku yang kurang puas. Aku hanya puas denganmu saja, Sayang. Bagaimana kalau kita," goda Sandra mengajak Hardiansyah."Aku lelah. Aku tadi baru main sama Raisa." Hardiansyah membalas balik melihat reaksi Sandra yang sek

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 78

    Sesampainya di rumah setelah berdiaman di dalam mobil. Dengan wajah murung Raisa masuk ke dalam rumah lalu langsung masuk ke dalam kamar dengan membantingnya.Raisa tidak ingin Hardiansyah masuk ke dalam kamar, oleh sebab itu Raisa mengunci pintu kamar. "Aku harus cari sesuatu yang bisa membantuku mengetahui siapa aku." Pikir Raisa membongkar isi kamarnya sedang Hardiansyah mencoba membuka pintu dengan membujuk Raisa. Tapi Raisa tidak mendengarnya sama sekali."Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau begini terus, semuanya bisa berantakan." Pikir Hardiansyah menjambak rambutnya kesal."Untung aja Sandra datang di saat yang tepat. Setelah mengurus anak ini, aku akan segera menemui Sandra." Hardiansyah harus menyusun rencana ulang. "Baiklah, aku harus buat Raisa tidur dulu, aku akan kurung dia sebentar di rumah, lalu aku akan pergi menemui Sandra." Tidak ingin menggunakan cara kekerasan, Hardiansyah mencari kunci cadangan pintu kamarnya untuk membuka pintu. Hardiansyah punya beberapa, jad

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 77

    "Aku seperti mengenal wanita itu. Aku merasa familiar dengannya," jawab Raisa jujur."Baiklah. Sekarang fokus sama kesehatan kamu dulu ya. Dokter dan perawat uda siap. Kamu juga bersiaplah," ujar Hardiansyah memberi arahan pada Raisa.Raisa menurut dan proses pemeriksaan segera berjalan. Hardiansyah diam berdiri memperhatikan Raisa di samping dokter yang memeriksanya menggunakan alat medis yang cukup canggih.Dari layar monitor, terlihat bentuk tengkorak kepala Raisa dan Hardiansyah yang tidak mengerti apapun hanya diam saja melihat dokter membuat catatan di bukunya sambil melihat monitor tersebut.Setelah beberapa saat, pemeriksaan selesai. Hardiansyah dan Raisa diminta menunggu di ruang tunggu sedang dokter membuat rincian dan menganalisa hasil pemeriksaan kepala Raisa."Sayang, aku pasti baik-baik aja kan?" Tanya Raisa pada Hardiansyah yang sejak tadi hanya diam saja memikirkan sesuatu."Aku berharap seperti itu, Sayang." Hardiansyah tersenyum memaksa. Waktu sudah menunjukkan puku

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 76

    Drtttt... Drtttt ...Hardiansyah menyadari merasakan ponselnya bergetar dari bawah bantalnya, namun karena Hardiansyah sangat mengantuk akhirnya Hardiansyah memilih untuk mengabaikan ponselnya. Pasalnya Hardiansyah baru saja berhasil terlelap setelah mengalami beberapa drama singkat.Sedang di ujung dunia lain, Sandra terlihat sangat kesal karena panggilannya tidak dijawab oleh Hardiansyah."Kenapa dia tidak menjawab telepon ku? Biasanya dia selalu menjawab dengan cepat. Apa dia,-" Sandra mulai menduga-duga."Tidak, ini tidak bisa terjadi. Enak saja dia." Sandra mengomel seraya terus berusaha menghubungi Hardiansyah. Namun baru sekali deringan, panggilan Sandra ditolak. Membuatnya sakit hati dan bertambah kesal hingga Sandra melempar ponselnya ke atas lantai."Sialan!" Makinya tidak senang.Sedang di tempat lain, Hardiansyah merasa terganggu dengan getaran ponselnya yang juga membuat Raisa terbangun. Malas dengan drama mereka, Hardiansyah akhirnya menolak panggilan Sandra dan segera

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 75

    "Iri denganku? Hah, apa yang bisa dia iri kan dari aku? Aku penyakitan gini, selalu nyusahin orang," jawab Raisa terkekeh mengasihani dirinya sendiri."Huss, Sayang.. Jangan ngomong gitu ah, aku gak suka. Kamu itu gak nyusahin aku kok." Dengan cepat Hardiansyah yang peka dengan perkataan Raisa memeluknya hangat membuat Raisa tersenyum menyeringai."Kalau gitu, aku boleh gak, minta kamu jangan terlalu dekat dengannya dan jangan sering bertemu dengannya? Jujur saja, aku cemburu." Raisa melancarkan rencananya dengan sangat baik."Aku tau, dia temanmu, mungkin kalian juga lebih dulu kenal dari kamu kenal aku. Tapi Sayang, aku kan wanita kamu." Sambungnya lagi sebelum Hardiansyah menjawab.Sedang Hardiansyah entah kenapa menjadi degdegan setelah perlakuan dan ucapan Raisa ini. Hardiansyah diam menatap Raisa seraya menelan ludah kasar. Hardiansyah sadar perasaannya kian berubah karena kehadiran Raisa. Tujuannya bisa goyah. Di sisi lain, Hardiansyah juga tidak bisa berhenti dari perjalanann

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 74

    Setibanya di rumah sakit. Hardiansyah dengan cepat segera menggendong Raisa masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ruang UGD diikuti oleh para perawat yang siap siaga ketika melihat Hardiansyah."Bapak dan ibu harap tunggu di luar saja ya. Saya akan segera memanggil dokter." Perawatan tersebut meminta agar Hardiansyah dan Sandra keluar dari ruangan ketika Raisa sudah berada di atas ranjang.Hardiansyah dan Sandra menurut. Mereka segera keluar bersama dengan perawat yang akan pergi memanggil dokter tersebut. "Hufttt, menyusahkan saja. Kenapa sih gak dari dulu aja kita lenyap kan dia? Ini juga gara-gara kamu ya." Keluh Sandra pada Hardiansyah.Sedang Hardiansyah yang lelah juga khawatir pada Raisa memilih untuk diam dari pada harus menjawab Sandra yang selalu memarahinya. Apalagi saat ini wanita gila itu sedang mengandung anaknya.Tak lama, dokter datang bersama perawat yang memanggilnya. Hardiansyah hanya bisa berdoa kali ini agar Raisa baik-baik saja.Beberapa waktu kemudian, pintu ru

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status