Share

Kedatangan Sandra?

“Gimana Sayang, kamu pasti kaget ya? Kamu happy gak aku pulang?”

Wanita centil itu bergelayut manja di tubuh Arka, sedang Dinara melirik kaget dan juga gugup ke arah Sandra. Entah kenapa Dinara merasa tidak nyaman.

Dinara membuang tatapannya ke arah lain, seolah tidak melihat Sandra. Sebenarnya di sisi lain, Dinara juga takut Sanda mengetahui ada sesuatu yang terjadi pada ia dan Arka. Masalahnya akan semakin runyam kalau sampai Sandra tahu.

Sayangnya, ketika Dinara berusaha tidak melihatnya, Sandra malah melihat ke arahnya. Sandra pernah bertemu Dinara beberapa kali ketika dulu ia sering mampir ke kantor Arka.

Saat itu, Sandra tak curiga sama sekali pada Dinara.

“Sayang? Kok kamu diem aja sih? Kamu gak kangen ya sama aku? Atau jangan-jangan kamu udah punya wanita lain yang menggantikan posisi aku di hati kamu?” tanya Sandra bertubi-tubi karena tak ada respon dari kekasihnya. Ia kelihatan murung dan sedikit menarik lengan Arka.

Arka yang terkejut perlahan tersenyum lalu memeluk wanita itu. Sekilas ia mengecup bibir Sandra sebagai tanda jika Arka merindukannya. Walau sebenarnya Arka merasa tidak enak pada Dinara karena melakukan skinship seperti itu di depannya.

Tapi Arka tidak ingin Sandra curiga.

“Kamu kapan pulangnya? Kenapa nggak kasih kabar ke aku?” tanya Arka, berusaha mengalihkan perhatian Sandra.

Dipeluknya gadis itu, membiarkan Sandra tenggelam dalam dekapannya, sementara sepasang matanya menatap Dinara yang berdiri dengan kikuk.

Saat tatapan mereka bertemu, Dinara langsung menunduk dan memutuskan untuk pergi dari ruangan Arka.

“Benarkah? Kalau gitu, nanti malam aku menginap di rumah kamu ya, Sayang? Boleh kan?”

Arka tidak langsung menjawab. Dia menimbang selama beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk.

“Nanti kita pulang bersama dengan asisten dan juga sekretarisku. Kamu sudah lama tahu kan kalau Dimas tinggal di rumahku? Dan belum lama ini juga, sekretarisku, aku suruh tinggal di rumah biar kita mudah kerjanya. Kami lagi mengerjakan proyek penting, jadi harus sering bertemu untuk membahas masalah itu.”

Sandra cemberut, tampak tidak suka mendengar hal itu. Karena itu artinya, mereka jadi tidak punya waktu berduaan saja.

Sejak awal, Sandra memang sudah tahu bahwa Dimas tinggal bersama dengan Arka. Pria kaku itu selalu berada di sisi Arka dan merekat padanya bagaikan perangko, karena Dimas adalah asisten pribadi yang bertugas mengurus semua kebutuhan Arka. Dimas bahkan sudah bekerja untuk Arka sebelum Sandra bertemu dengan kekasihnya itu.

Namun tetap saja, Sandra tidak pernah menyukai Dimas yang baginya terlihat sangat dingin dan juga kaku. Pria itu hanya mau mendengarkan perintah Arka dan sama sekali tidak pernah menatap Sandra, apalagi mendengar perintahnya.

Dan kini, bertambah satu orang lagi yang akan terus berada di depan kekasihnya itu. Sandra tidak suka.

“Sampai kapan kamu akan tinggal dengan mereka?” tanya Sandra sedikit menuntut.

“Mungkin setelah proyek itu selesai, belum tahu sampai kapan,” kata Arka abu-abu, tidak ingin memberikan waktu yang pasti karena Sandra akan terus bertanya.

Sandra menghela napas. “Baiklah,” katanya pasrah.

“Ngomong-ngomong, kapan kamu akan kembali ke Jerman?” tanya Arka mengalihkan pembicaraan.

“Aku nggak akan kembali ke Jerman. Kita kan mau nikah,” kata Sandra dengan wajah sumringah.

Arka seketika terpaku mendengar jawaban Sandra yang tidak ia duga. Ia tidak mengatakan apapun dan membiarkan Sandra terus memeluknya.

Pria itu baru bisa melepaskan diri saat harus kembali bekerja. Sedangkan Sandra memilih menunggu Arka di sofa di ruangan kerja pria itu, sesekali berusaha menarik perhatian Arka meskipun berujung gagal.

Saat sore menjelang, Arka mengajak Sandra pulang karena ia tahu wanita itu pasti bosan setengah mati. Terlihat dari wajahnya yang cemberut, apalagi Arka memang mengabaikannya karena sibuk bekerja.

Arka sengaja memanggil Dimas dan juga Dinara bersamaan agar mereka bisa pulang dengan menggunakan satu mobil saja, untuk menghindari kecurigaan Sandra.

Dimas keluar lebih dulu untuk menyiapkan mobil, sedangkan Arka, Sandra dan Dinara berjalan ke arah lobi.

Arka dan Sandra berjalan bergandengan di depan Dinara yang memilih untuk menjauh, lebih tepatnya menghindari atasannya tersebut.

Arka sesekali melirik Dinara, tapi yang ia temukan hanyalah ekspresi datar gadis itu. Entah kenapa, Arka mengharapkan sesuatu yang lain, sehingga ia terus-menerus mencuri pandang pada Dinara tanpa sadar.

Dinara sebenarnya sadar sedari tadi Arka terus melirik ke arahnya, tapi ia berpura-pura tidak tahu karena tidak ingin suasana menjadi canggung. Apalagi, ada Sandra yang sedang bergelayut manja dalam dekapan Arka.

“Ahh, astaga!”

Dinara mendadak tersandung dan hampir jatuh. Kejadian itu begitu cepat, sampai Dinara tidak sadar kalau Arka dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak mendarat di lantai.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Arka dengan dahi mengerut, kelihatan khawatir. “Hati-hati,” katanya lagi saat Dinara masih terpaku.

“Terima kasih, Pak. Saya baik-baik saja,” kata Dinara. Ia lantas berdiri tegak, melepaskan diri dari lengan Arka yang masih melingar di pinggangnya.

Dinara merasa sangat canggung. Ia melirik Sandra yang tampak tidak suka dengan kejadian barusan.

Wanita itu menunduk, merasa tidak enak hati. Sedangkan Sandra langsung menarik tangan Arka agar mereka cepat-cepat masuk ke dalam mobil.

***

Begitu sampai, Arka langsung menyuruh Dinara dan Dimas untuk masuk ke dalam kamar mereka masing-masing, sedang Arka mengantarkan Sandra ke kamar tamu.

Tanpa dibilang pun, Dinara sudah tahu jika pasti mereka akan pisah kamar malam ini. Harusnya Dinara lega, tapi tampaknya Dinara juga sedih. Entah itu karena pengaruh hormon kehamilan yang membuat Dinara selalu bergantung, manja dan ingin diperhatikan oleh Arka atau ada alasan lain.

Malas berpikir panjang, Dinara memilih untuk mandi dan saat Dinara tengah melepaskan pakaiannya, tanpa diduga tiba-tiba saja Arka masuk ke dalam kamar Dinara.

“Jangan mandi terlalu lama. Pakai air hangat, aku sudah menyuruh pelayan datang untuk membantu kamu. Setelah mandi, segera ke meja makan,” kata Arka menatap lekat tubuh Dinara yang lolos dari pandangannya, sedang Dinara yang membeku hanya mengangguk malu.

“Tapi saya bisa mandi sendiri, Pak,” sahut Dinara. Tapi Arka mengabaikannya begitu saja.

Tak lama setelah Arka keluar, 2 orang pelayan wanita masuk ke dalam kamar Dinara untuk memandikan Dinara sesuai dengan perintah Arka.

“Mbak, gak usah ya, saya bisa kok mandi sendiri.” Dinara berusaha menolak.

“Maaf, Nona muda. Jika anda menolak, kami akan dipecat. Tolong kasihani kami, Nona.” Salah satu dari pelayan tersebut memohon.

“Baiklah, tapi tolong jangan panggil saya dengan sebutan itu. Panggil saja saya Dinara, atau Mbak Dinara.” Pinta Dinara bernegosiasi.

“Maaf, Nona. Tuan Muda pasti akan marah jika kami tidak memanggil anda sesuai dengan apa yang beliau perintahkan. Kami panggil Nona saja ya. Kami juga disuruh Tuan memanggil Nona Sandra dengan sebutan Nona.”

Dinara pun pasrah, kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi disusul oleh kedua pelayan tersebut.

Malam hari di meja makan. Arka, Dinara, Sandra dan Dimas sudah berada di meja makan dan bersiap untuk memulai makan malam mereka. Semua makanan terlihat sama di atas meja kecuali makanan Dinara yang tampak berbeda dan mencolok.

Bagaimana tidak, ketika semua orang disuguhkan jus dan air mineral, Dinara malah disuguhkan susu stroberi yang hal itu tentu membuat Sandra heran hingga Sandra terus menatap Dinara.

“Hei, sekretaris. Kamu udah nikah?” tanya Sandra sebelum memulai acara makan malamnya, dan itu tentu mengagetkan Dinara yang baru saja meminum susunya hingga membuatnya terbatuk dan hampir tersedak.

“Sandra, makan makananmu. Jangan bicara lagi,” sela Arka yang tahu kalau Dinara takut menjawab pertanyaan Sandra.

“Kamu ini kenapa sih? Aku kan cuma tanya. Kalau gak mau jawab yaudah,” sahut Sandra kesal lalu menegak minumannya hingga habis.

“Kamu bisa tanya nanti setelah kita selesai makan. Kamu mengagetkan Nara, Sayang. Kasihan dia sampai tersedak begitu. Aku bukan marah sama kamu. Ya?” Arka menjelaskan membujuk Sandra.

“Sudahlah, aku udah nggak nafsu lagi,” kata Sandra sambil berdiri dari kursinya, menatap Arka dengan mata berkilat marah. “Aku baru aja pulang ke sini, tapi kamu udah kayak gini sama aku. Mending aku pergi aja!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
nurdianis
lagu lama,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status