Share

Resign

#SekPri_

Sekretaris Pribadi 4

Bab 4

Resign

“Pak, saya mau resign.”

Aku memberikan surat pengunduran diriku, sebagai sekretaris perusahaan ini, langsung kepada Pak Alex.

Pak Alex melirik surat pengunduran diriku di meja. Dia membuang nafas sebentar, lalu menghentikan jarinya yang sedang memainkan mouse.

Aku membuang pandangan ke arah lain, tak mau melihatnya. Kekesalanku sudah klimaks, aku tak mau di suruh momong lagi. Pekerjaanku rancu, nggak jelas, nggak sesuai SOP. Jarang di ajak ke meeting penting, nggak pernah di tanya laporan. Lebih sering di suruh jagain baby Azka, sama nemenin si Boss makan.

Ogah bingit! Biar pun gajinya gede. Ntar lama-lama aku di suruh mijitin dia lagi. Nggak mau, aku sudah punya pacar. Jangan sampai aku tergoda sama duda di tinggal minggat ini.

“Duduk!” Pak Alex menyuruh duduk. Aku mengambil tempat duduk du depannya. Pak Alex, mengambil suratku kemudian membacanya. Aku memutar bola mata dan memasang wajah jutek.

“Mau nerusin kuliah?” Pak Alex, membaca alasanku resign rupanya.

“Iya, Pak,” Jawabku.

Memang, ijazahku masih D3 Sekretaris. Rencanaku aku memang mau melanjutkan ke jenjang S1. Sekalian ku pakai buat alasan saja.

“Kan lebih enak, kuliah sambil bekerja, Vy?”

Aku langsung menggelengkan kepalaku. Memang aku mau kerja lagi, tapi nggak di sini. Di sini Boss-nya somvlak, duda butuh perhatian, nyebelin.

“Maaf, saya resign aja, Pak.”

Pak Alex menatapku lekat. Entahlah, dari tadi aku menekuk wajahku dan menghindari tatapan boss ku ini. Niatku sudah bulat, aku mau keluar.

“Ya sudah, terserah kamu saja.”

Pak Alex, kembali berkutat dengan laptop-nya. Aku segera keluar dari ruangannya. Rasanya plong dada ini, sudah mengundurkan diri.

Ke depan, aku akan meniti karir lagi, sebagai sekretaris di tempat lain. Selamat tinggal Boss Alex, selamat tinggal baby Azka. Yess!

_____****_____

Seminggu sudah aku mengangggur. Kerjaku hanya bermain saja tapi, lebih banyak rebahan dan guling-guling di kamar kost-ku ini.

Sudah ku masukkan beberapa lamaran online ke perusahaan yang membuka lowongan kerja di grup lowongan kerja yang ku ikuti ini. Sekarang tinggal menunggu panggilan saja. Aku selalu memeluk ponselku, jangan sampai ada panggilan yang terlewat.

Tok … Tok … Tok.

Terdengar suara ketukan di pintu kamar. Aku beringsut dan membukanya. Bara, pacarku yang ganteng sudah berdiri di depan pintu.

“Masuk, Bara.” Ajakku.

Bara, seorang mahasiswa semester akhir ini, sudah kurang lebih delapan bulan menjadi kekasihku. Dia anak kost juga sepertiku, tapi bukan satu kost denganku lho ya.

Bara menaruh helm-nya, kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur busa dalam kamar kost-ku ini.

“Gimana, Vy, sudah dapat kerjaan kamu?” Bara bertanya, matanya menatap langit-langit kamarku.

“Belum nih, tapi udah masukin banyak lamaran kok.” aku menjawab, dengan tetap menatap layar ponselku.

Bara menghembuskan nafas kasar hufft! Dia lalu bangkit dan duduk di hadapanku. Bara menatap, aku melirik saja. Pasti dia mau ngomong sesuatu.

“Napa?” tanyaku.

Pacarku ini bergeser ke sebelahku. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku menaruh ponsel kemudian melirik Bara, pasti dia lagi ada maunya.

“Ovy, kamu punya uang?”

Nah kan!

“Masih ada sisa gajiku kemaren, napa?”

“Aku boleh pinjam dulu, buat setoran motor, masih kurang tiga ratus.”

Bara memang masih kuliah, jadi dia nggak punya banyak uang. Dia hanya mengandalkan kiriman dari orang tuanya saja. Tentu saja itu tidak cukup. Sebagai mahasiswa semester terakhir, dia butuh banyak uang untuk biaya skripsi dan penelitian. Selama ini, aku lebih banyak mensupport keuangan dia. Tapi tak apa. Nanti kalau dia sudah selesai kuliah dan bekerja, aku akan di beri uang juga katanya.

Aku membuka tas untuk mengambil dompet.

“ini.” kuberikan tiga lembaran merah padanya. Bara tersenyum dan menerima uang itu.

“Makasih ya, sayang.” Bara mengecup keningku sayang. Aku mengangguk. Buatku lebih baik berpacaran dengan Bara yang single, dari pada dengan Alex si duda ngenes. Disuruh momong anaknya lagi, ish! Nggak banget.

“Keluar yuk, Vy, makan. Aku lapar.” Bara mengelus rambutku. Aku setuju, soalnya juga lapar. Nanti makan, aku juga yang membayar. Kan Bara masih kuliah, nggak punya uang. Biarlah, nti kalau dia sudah kerja, gantian dia yang bayar.

_____*****_____

Drrt drrt drrt

Ponsel di dadaku bergetar. Aku segera mengambilnya. Ada telepon masuk dari nomor yang tidak aku ketahui.

“Hallo,” Sapaku.

“Siang, dengan mbak Lovy Daniah Putri?” tanya suara di seberang sana.

“Iya, betul,” Jawabku senang. Ini pasti dari telepon dari salah satu perusahaan yang kulamar.

“Kami, dari perusahaan makanan ringan. Mengundang mbak Lovy untuk datang wawancara besok jam sembilan pagi, dikantor. Bertemu dengan Ibu Susan.”

“Oh, iya mbak bisa,” Jawabku. Wah senang banget aku, dapat panggilan kerja. Yess! Aku mengepalkan tanganku. Semoga besok diterima. Semangat!

____*****____

Alhamdulillah, aku diterima kerja. Hari ini adalah hari pertama aku kerja. Aku diterima di perusahaan makanan ringan. Pabriknya besar. Produknya banyak, salah satunya kacang atom bermerk dua Panda.

Seperti kemaren, aku menjadi sekretaris direktur. Kali ini direkturku perempuan paruh baya yang cantik. Ibu Susan namanya.

Lega sekali hatiku. Biar kerja di pabrik kacang atom gapapa. Dari pada kerja di perusahaan property bonafide tapi disuruh momong? Ogah!

“Lovy, tolong ke ruangan saya.” Bu Susan, memanggilku.Gegas aku memasuki ruangannya.

Bu Susan, memberiku beberapa tugas untuk ku kerjakan. Bu Susan juga memberiku kesempatan untuk bertanya hal yang ingin aku tanyakan.

Aku sedang serius berbincang dengan Bu Susan, ketika terdengar langkah seseorang memasuki ruangan direktur ini.

“Ma, sibuk nggak?” suara laki-laki.

Seperti hafal suara itu, aku menoleh, seketika mataku mendelik.

Pak Alex?!

Uuh, kok dia ada di sini?

Alex datang kesini, sambil menggendong Azka! Alex sudah rapi, seperti mau berangkat kerja. Aku menunduk, menyembunyikan wajahku. Dadaku berdebar tak karuan. Ku dengar Alex tadi memanggil bu Susan dengan sebutan Mama?

Mati aku!

“Ada apa, Lex?” Bu Susan berdiri dan mengambil Azka dari gendongan Alex.

“Mama sibuk nggak? Mau nitip Azka bentar.”

Aku masih menunduk. Kok tiba-tiba perasaanku nggak enak ya?

“Pembantumu ke mana?”

“Nggak datang dia.”

“Ya sudah gapapa. Mama Sekarang sudah punya assistant kok. Lovy, nanti tolong bantu saya momong cucu saya ini ya?” Bu Susan melihatku.

“I_iya, Bu.” Aku meringis.

Kepalaku mendongak, ku lihat Alex berdiri disampingku. Dia tersenyum padaku, kedua alisnya dia angkat, seperti mengejekku.

Ah, sial, kenapa ketemu dia lagi?!

Momong lagi deh, huhuuhu …

*

Flash back Alex*

"Apa nih?"

Alex tertawa sendiri, ketika di suruh mengecek email milik Mamanya. Netranya membaca deretan tulisan di depan layar laptop-nya.

Alex melihat email lamaran pekerjaan milik Lovy di sana. Perusahaan makanan ringan milik Mamanya memang sedang mencari sekretaris direktur. Tadi Mamanya menyuruh Alex untuk menyeleksi lamaran yang masuk.

Eh, Alex malah ketemu lamaran Lovy. "Dunia ini begitu sempit." pikir Alex.

“Welcome back Lovy! Hahaha.” Alex ngakak.

Flash back off

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status