Share

Terluka

Penulis: Parikesit70
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 18:17:45

Sementara itu, di perusahaan sekuritas milik keluarga Adrian, terlihat Amara tengah berbicara serius dengan Melinda selaku bagian personalia (HRD). Hal itu terkait dengan masalah yang dianggap sepele oleh Adrian selaku direktur utama dan Melinda selaku personalia.

Saat terjadi perdebatan antara kedua wanita berbeda usia tersebut. Adrian sendiri tengah menerima tamu. Dua orang sahabatnya di masa SMA. Maka, Amara tidak mendampingi dirinya sebagai notulen.

“Amara ... Intinya saya nggak bisa buat aturan seperti yang kamu inginkan! Apalagi sejak awal memang nggak ada aturan karyawan nggak boleh makan di ruang kerjanya. Kamu itu loh, karyawan kontrak. Jangan suka ikut campur masalah aturan kantor. Jadi lupakan saja, permintaanmu itu!” tegas Melinda.

“Bu ... Saya sudah sampaikan ke Pak Adrian. Menurut dia itu ide bagus dan saya bisa diskusikan ke Ibu. Kalau Ibu selalu mematahkan semua alasan saya dan menganggap saya tidak berhak untuk memberikan saran karena karyawan baru, jelas Ibu salah!” sanggah Amara.

Melinda yang mendapat tatapan tajam dari Amara membalas dengan netra yang melirik tajam ke arahnya sembari beranjak dari kursi di hadapan Amara.

“Lain kali, kalau hanya diskusi masalah kecil begini, lebih baik lewat telepon aja! Banyak waktu saya terbuang percuma! Permisi!”

“Bu! Bu Linda!” panggil Amara. Namun, Melinda melangkah panjang keluar dari ruang kerja Amara tanpa menoleh meninggalkan Amara.

“Sialan! Sombong sekali dia!” gerutu Amara usai Melinda keluar dari ruang kerjanya.

Setelah itu, Amara kembali melakukan pengecekan atas beberapa berkas yang diserahkan dari bagian marketing dan beberapa berkas dari bagian operasional. Hal itu bukan suatu hal yang sulit. Karena Amara yang cerdas, membongkar file terdahulu sebagai acuan ia melakukan tugasnya.

Walaupun, Melinda memberikan Job Description. Namun dalam praktiknya ia perlu melihat data yang sudah biasa dilakukan sekretaris sebelumnya dalam mempelajari sebuah berkas.

Ketika waktu menunjukkan pukul setengah lima, Amara masuk ke ruang kerja Adrian. Sang bos yang tengah asyik berbicara dengan kedua sahabat SMA nya memandang ke arah Amara dan bertanya pada wanita cantik tersebut.

“Ya, Amara ... Ada apa?” tanya Adrian, membuat pembicaraan mereka terhenti.

“Maaf Pak! Ada yang akan bertemu Bapak dan sedang menunggu di ruang tamu dekat sekuriti,” jawab Amara sembari tersenyum ramah pada kedua sahabat Adrian.

“Janji bertemu? Siapa ya? Sepertinya hari ini nggak ada janji sama siapa pun,” jawab Adrian.

“Berarti saya tolak?!” tanya Amara dengan penekanan dan kembali memandang kedua lelaki yang duduk di sofa tanpa tersenyum.

Salah seorang lelaki yang melihat perubahan wajah Amara, langsung beranjak dari sofa sembari menyentuh tangan lelaki lainnya yang masih duduk nyaman di sofa.

“Baik, Adri. Kita tunggu di acara reuni. Gue jamin bakal seru!” ujar seorang lelaki memakai jaket coklat. Kedua sahabat Adrian menyalami bos Amara yang tampak meragukan ucapan sekretarisnya.

Usai kedua sahabat Adrian keluar ruangan, Adrian kembali ke meja kerjanya dan Amara keluar ruang kerja tersebut tanpa berkata sepatah kata pun. Tiga menit kemudian, Amara membawa berkas yang telah selesai di cek.

“Silakan Pak. Ini berkas yang harus ditandatangani,” ujar Amara meletakan berkas di meja kerja sang bos dan duduk di hadapannya.

Adrian memandang ke arah Amara dan bertanya, “Mana tamu yang akan bertemu?”

“Maaf Pak, nggak ada tamu,” jawab Amara menatap Adrian.

“Kamu!” bentak Adrian melotot ke arah Amara.

“Ya, saya berbohong. Karena saya...”

“Kurang ajar! Untuk apa kamu lakukan hal itu! Hah!” tunjuk Adrian ke arah Amara dengan pandangan berapi-api.

“Pak! Masalahnya....”

“Kamu yang bermasalah! Nggak usah kamu berargumentasi dengan saya! Kamu di gaji untuk bekerja! Bukan untuk berbohong. Paham kamu!” teriak Adrian berdiri memandang Amara yang membalas dengan memandang pula.

Amara yang kesal melihat kemarahan Adrian padanya ikut berdiri dan berkata, “Karena saya di gaji, maka saya stop obrolan Bapak dengan teman-teman Bapak! Sudah hampir dua jam Bapak meninggalkan pekerjaan. Ada berkas urgent, ditunggu bagian marketing dan operasional! Kalau mau mengobrol tanpa ingat waktu, harusnya buat janji di luar. Jangan di kantor! Saya ingatkan Bapak juga. Saya disini sekretaris yang dibayar!”

Usai mengatakan hal itu, Amara menganggukkan kepalanya dan berucap. “Selesai ditandatangani, telepon saya!”

Adrian menatap lekat sang sekretaris yang membalas tatapannya dan meninggalkan ruang kerjanya. Sampai akhirnya Adrian duduk kembali usai Amara menutup pintu ruang kerjanya sang bos.

Di dalam ruang kerjanya, Adrian memejamkan matanya, mengusap wajahnya dan memandang pada tumpukan berkas di depannya seraya bermonolog, “Lama-lama aku bisa gila punya sekretaris model Amara! Bisa-bisanya dia atur aku seperti ini. Memang, dia itu pikir siapa? Dasar cewek kurang ajar!”

Satu jam kemudian, Adrian menghubungi Amara dalam telepon direct, “Ambil berkasnya!”

Belum sempat Amara menjawab, Adrian telah menutup teleponnya. Amara langsung berjalan menuju ruang kerja sang bos.

“Ini ambil!” tunjuk Adrian ke arah depan mejanya.

“Permisi Pak,” pinta Amara meraih berkas yang ada di hadapan Adrian.

Namun saat tangannya meraih berkas, tanpa sengaja cangkir berisi teh menyenggol bagian ujung berkas dan terjatuh tepat di kaki Amara dan hancur berantakan kala menyentuh lantai marmer tersebut.

PRANK!

“Aduh! Kakiku! Ah!” teriak Amara meletakkan kembali berkas ke meja di hadapan Adrian dan berjongkok melihat kakinya terkena serpihan pecahan cangkir yang mengenai kakinya.

Adrian yang terkejut atas kejadian tersebut, memandang ke arah Amara saat memegang bagian mata kakinya yang berdarah terkena serpihan pecahan cangkir.

“Bagian mana lagi yang kena pecahan cangkir?” tanya Adrian ikut berjongkok memandang mata kaki Amara dan secara refleks memegang bagian bahu Amara untuk berdiri dan duduk pada kursi di hadapannya.

“Aduh! Kaki gue jadi cacat!” ujar Amara merintih sakit.

“Ayo duduk dulu,” ajak Adrian.

Amara duduk di kursi depan meja kerja Adrian dan Adrian berjongkok melihat bagian mata kaki Amara yang sedikit berdarah seraya berucap dengan santainya.

“Sebentar aku hubungi Melinda untuk minta pesuruh bawa betadine dan perekat untuk luka kecilmu ini. Kakimu nggak akan cacat hanya karena serpihan pecahan cangkir!”

“Jelas jadi cacat lah! Kaki saya yang mulus jadi ada bekas luka,” ucapnya menyeka air matanya.

Adrian yang melihat Amara berlinang air mata memandang kaki sang sekretaris yang melepas sepatu pantofelnya. Dengan sedikit tersenyum samar Adrian membatin dalam hatinya.

‘Astaga, luka kecil gitu aja sampai nangis. Memang sih, kaki, betisnya mulus banget. Tapi, masa iya sampai sesedih itu dia meratapi kakinya yang sedikit terluka. Aneh dan lucu juga Amara.’

Tak berselang lama, seorang pesuruh membawa apa yang diminta Adrian dan membersihkan sisa pecahan cangkir kala Amara masih terduduk memandang ke arah kakinya.

Setelah itu, Adrian kembali berjongkok untuk mengobati luka kecil pada mata kaki Amara yang merentangkan kakinya ke arah Adrian.

“Aduh! Perih! Pelan-pelan Pak!” pinta Amara meringis menahan sakit.

Adrian tersenyum kecil saat memandang wajah Amara yang meringis menahan sakit dengan mata tertutup kala ia memberikan betadine pada mata kakinya.

“Udah! Besok aja udah hilang bekas lukanya,” ujar Adrian berdiri dan kembali ke kursi kerjanya, merapikan berkas yang berantakan di meja.

“Biar saya di sini dulu ya Pak. Sampai rasa perihnya hilang,” pinta Amara memandang Adrian yang sedang merapikan berkas.

“Sampai besok juga boleh kok!” canda Adrian tersenyum manis ke arah Amara yang memandang kesal ke arah sang bos.

Namun hal itu membuat kesal Amara. Gadis cantik itu pun, keluar ruangan Adrian dengan berjalan perlahan dan bertelanjang kaki.

Adrian yang melihat kelakuan Amara, tersenyum lebar dan mengelengkan kepala seraya bermonolog, “Asli! Aku bisa gila liat kelakuannya. Tapi, dia manis juga kalau lagi nangis.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sekretaris Rasa Istri   Menolak

    Sekitar pukul tujuh malam Taxi yang membawa Amara berhenti di depan rumah mewah Sukoco. Seorang sekuriti menghampiri Taxi tersebut dengan mengetuk kaca mobil.“Permisi! Malam Pak. Cari siapa?” tanya sekuriti tersebut.“Pak Jamil! Ini saya! Buka pagarnya!” perintah Amara.“Siap Nona! Maaf! Saya pikir bukan Nona!”Jamil berlari ke pintu gerbang dan membuka pintu tersebut seraya membungkukkan tubuhnya. Taxi pun, masuk ke halaman rumah. Terlihat seorang wanita berusia 20 tahun berlari kecil mendekati mobil Taxi. Bersamaan dengan itu, Amara keluar dari Taxi disambut senyuman dan di sapa oleh wanita berusia 20 tahun tersebut.“Malam Nona, kok pakai Taxi, kemana mobilnya?" tanya Tati, seorang pembantu rumah tangga.“Di kantor lah! Masa aku jual? Apa Papa udah makan?”“Malam ini belum Non. Tadi jam 5 sore, Tuan minta dibuatkan bubur kacang hijau,” jawab Tati mengiringi langkah Nona mudanya dari belakang Amara.“Baguslah! Bik Aminah udah tidur?” tanya Amara seraya melangkahkan kakinya.“Bik Am

  • Sekretaris Rasa Istri   Terluka

    Sementara itu, di perusahaan sekuritas milik keluarga Adrian, terlihat Amara tengah berbicara serius dengan Melinda selaku bagian personalia (HRD). Hal itu terkait dengan masalah yang dianggap sepele oleh Adrian selaku direktur utama dan Melinda selaku personalia.Saat terjadi perdebatan antara kedua wanita berbeda usia tersebut. Adrian sendiri tengah menerima tamu. Dua orang sahabatnya di masa SMA. Maka, Amara tidak mendampingi dirinya sebagai notulen.“Amara ... Intinya saya nggak bisa buat aturan seperti yang kamu inginkan! Apalagi sejak awal memang nggak ada aturan karyawan nggak boleh makan di ruang kerjanya. Kamu itu loh, karyawan kontrak. Jangan suka ikut campur masalah aturan kantor. Jadi lupakan saja, permintaanmu itu!” tegas Melinda.“Bu ... Saya sudah sampaikan ke Pak Adrian. Menurut dia itu ide bagus dan saya bisa diskusikan ke Ibu. Kalau Ibu selalu mematahkan semua alasan saya dan menganggap saya tidak berhak untuk memberikan saran karena karyawan baru, jelas Ibu salah!”

  • Sekretaris Rasa Istri   Di jodohkan

    Sementara itu, di sebuah rumah mewah dengan pagar dan tembok kokoh yang mengelilingi rumah tersebut, terlihat sebuah mobil Alphard hitam masuk ke halaman usai seorang satpam membuka pintu pagar tersebut.Seorang wanita dan seorang lelaki berusia 55 tahun keluar dari mobil Alphard. Mereka disambut oleh seorang lelaki tegap berusia 30 tahun. Dengan membungkukkan tubuhnya, ia menyambut kedua tamu yang bertandang ke rumah mewah tersebut.“Selamat siang Tuan, Nyonya. Sudah ditunggu sama Tuan besar. Silakan.”Ucap seorang lelaki bertubuh tegap memberikan jalan menuju rumah mewah yang dipenuhi oleh berbagai tanaman pada sisi kanan dekat tembok tinggi penutup rumah.“Terima kasih, Gerry. Gimana kondisi Tuan, apa dia sudah semakin membaik?” tanya seorang wanita paruh baya yang masih berparas cantik.“Alhamdulillah, Tuan semakin sehat, Nyonya.”Mereka diajak langsung menuju ruang keluarga. Hubungan keluarga Sukoco dan keluarga Atmaja, orang tua dari Adrian Atmaja telah terjalin sejak masa SMP.

  • Sekretaris Rasa Istri   Di Pantry

    Tepat jam 12 siang, Amara yang memasang alarm pada ponselnya langsung menutup laptop, menyingkirkan berkas yang diinput dan berjalan menuju Pantry untuk menyiapkan makan siang Adrian. Menurut info yang diperoleh pada bagian umum, setiap harinya pesuruh di kantor membelikan makanan sesuai permintaan Adrian.Sesampai di Pantry, Amara menyiapkan wadah untuk sop iga sapi yang dipesan oleh sang bos. Saat menyiapkan makanan tersebut, Amara bertanya pada pesuruh yang selalu diminta sang bos membelikan makanan dan kudapan. “Maaf mau tanya, dengan Bapak siapa?”“Budi, Bu. Panggil aja Budi,” pintanya.“Kamu kan, lelaki makanya saya panggil bapak. Masa iya saya panggil ibu,” ujar Amara tersenyum kecil.“Masalahnya, saya cuman pesuruh, Bu. Malu kalau di panggil bapak.”“Pak Budi! Saya kasih tahu. Panggilan bapak dan ibu di kantor itu lumrah, nggak berpengaruh dengan status pekerjaan. Kamu paham ya, maksud saya?” jelas AmaraBudi yang mendengar ucapan Amara menganggukkan kepalanya, “Siap! Baik Bu

  • Sekretaris Rasa Istri   DITEGUR SANG BOS

    Hari ini adalah hari pertama Amara ke kantor. Sekitar pukul delapan kurang lima menit, ia sudah sampai kantor. Kemarin Melinda telah membuatkan absensi sidik jari dan memberikan Job Description untuknya. Maka, Amara langsung menuju lantai 7 menuju ruang kerjanya yang berada persis di sebelah ruang kerja Adrian. Bola mata Amara nan indah membulat. Ia terkejut saat melihat ruang kerja sang bos sudah terbuka. Dengan langkah cepat Amara menyambangi ruang kerja sang bos. Serta merta wanita cantik yang di hari pertama bekerja memakai blazer hitam, atasan berkerah V dengan rok span selutut, berwarna merah menyala menggerutu, ketika kaki jenjang nan mulus yang memakai pantofel hitam 7 centimeter masuk ke ruang kerja sang bos.“Kurang ajar! Siapa yang main buka ruang kerja pak Adrian sih? Padahal kunci ruangannya sama gue!”Baru satu langkah memasuki ruang kerja si bos, Amara dikejutkan oleh sosok Adrian yang sudah berada di ruang kerjanya, duduk dan memandang gadis cantik seraya menggerutu.

  • Sekretaris Rasa Istri   Wawancara

    Di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang sekuritas, Amara wanita cantik berusia 25 tahun tengah menunggu giliran untuk menghadap ke bagian HRD (Human Resource Development) usai dirinya membawa sebuah memo dari papanya yang kini mengalami stroke. “Dengan Amara Sukoco, silakan masuk!” Seorang lelaki memakai dasi berwarna abu-abu dengan kemeja berwarna putih tanpa jas, berdiri di depan pintu masuk HRD dan memanggil namanya. “Saya, Pak!” Amara menjawab dengan mengangkat tangan dan beranjak dari sofa yang berada diluar ruangan HRD tersebut. Dalam hati Amara menggerutu sendiri, ‘Sialan, kebiasaan amat sih gue angkat tangan. Padahal sekarang gue cari kerja, bukan lagi di kampus.’ “Silakan masuk,” perintah lelaki berdasi abu-abu tersebut dengan menunjuk ke arah pintu ruangan lain yang tertutup rapat. Lelaki berdasi abu-abu duduk kembali ke meja kerjanya. Di dalam ruang itu, ada dua orang wanita yang asyik dengan pekerjaannya tanpa memedulikan Amara yang berjalan melewati ruang b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status