Share

Part 6. Fitnah Menghancurkan 

Pijar tidak mengerti kenapa sejak dia masuk ke dalam gedung kantornya, semua orang menatapnya sambil berbisik-bisik. Menatap Pijar dengan tatapan aneh dan jijik. Pijar yang belum memahami situasi itu hanya tampak tak acuh dan memilih pergi ke ruangannya. Lantai paling atas adalah ruangan-ruangan petinggi perusahaan dan salah satunya ruangan Elang berada. 

Beruntung, dia bertemu dengan sekretaris manajer yang tak lain adalah temannya. Perempuan itu menarik Pijar untuk bisa berbicara berdua. 

“Kamu udah tahu apa yang sedang trending di kantor ini?” tanya perempuan itu dengan serius. Menatap Pijar fokus. “Kamu terlibat cinta segitiga dengan Pak Elang dan Aurora?” Pertanyaan itu membuat Pijar membelalakkan matanya. 

“Nggak sama sekali.” Pijar berucap tegas. “Aku nggak punya hubungan apa pun dengan Pak Elang kecuali hanya hubungan kerja.” 

“Kamu harus lihat ini.” Vira memberikan ponselnya kepada Pijar. “Kamu terlibat skandal dengan Aurora. Dia yang mengatakan kalau kamu selalu mendekati Elang yang sudah jelas kekasihnya.” 

Pijar bisa melihat bagaimana Aurora menangis-nangis karena merasa kesal dengan Pijar. Di sekelilingnya ada beberapa karyawan Infinity yang tampak menguatkan gadis itu. Drama itu benar-benar tampak menyayat hati dengan akting Aurora yang cukup mumpuni. 

“Jadi, karena ini mereka menatapku merendahkan?” tanya Pijar terlebih pada dirinya sendiri. 

“Jujur aku nggak percaya kalau kamu seperti itu. Makanya aku tanya sama kamu secara langsung. Syukurlah kalau memang kamu nggak punya hubungan apa pun dengan Pak Elang.” Vira menunjukkan kelegaannya. Vira adalah teman seperjuangannya sejak awal mereka bekerja di Infinity. Namun, karir Pijar menanjak lebih cepat dan dijadikan sekretaris pribadi oleh Gema sebelum sekarang bersama dengan Elang. 

“Terima kasih ya, Vir. Kamu udah percaya sama aku.” 

“Aku jelas percaya sama kamu dibandingkan dengan ucapan Aurora. Kita kerja saja sekarang, masalah lainnya kita bicarakan saja nanti.” Pijar mengangguk dan mengembalikan ponsel Vira kepada sang pemilik. 

Pijar masuk ke dalam ruangannya dan memulai aktivitasnya. Dia mulai mengecek pekerjaan yang harus diselesaikan. Elang datang dengan wajah suram seperti biasa. Terkadang, Pijar bertanya-tanya kenapa lelaki itu selalu menunjukkan wajah seperti itu seolah beban hidupnya begitu besar. 

“Masuk!” perintah Elang kepada Pijar dengan suara dingin. Tanpa banyak bertanya, Pijar langsung mengikuti lelaki itu. Berdiri tepat di depan meja kerja Elang tanpa mengatakan apa pun. 

“Kamu tahu akibatnya kalau kamu tidak mendengar ucapan saya?” Elang yang sudah duduk di singgasananya itu segera mengeluarkan pertanyaan kepada Pijar dengan nada dingin. “Saya harus terlibat skandal murahan seperti ini.” 

Elang tidak meneriaki Pijar karena bukan tabiat lelaki itu beradu urat leher ketika berbicara. Namun, kata-kata yang keluar dari mulutnya tak lebih dari sebuah pedang yang selalu menusuk hati orang lain. 

“Skandal murahan itu kekasih Bapak sendiri yang buat. Itulah yang bisa dia lakukan untuk membalas saya. Seharusnya saya yang dirugikan di sini dengan berita tak benar yang disampaikan oleh kekasih Bapak.” 

“Ini adalah awal, Pijar. Awal dia membalas dendamnya. Kalau kamu tidak segera meminta maaf, maka Infinity yang akan dirugikan dengan berita buruk ini. Kamu seharusnya paham tentang itu. Harga dirimu tidak sebanding dengan nama besar Infinity!” 

Tusukan tajam ucapan Elang itu mau tak mau membuat Pijar sakit hati. Harga dirinya tidak bisa dibandingkan dengan apa pun di dunia ini. Dia bisa kehilangan uang dan kekayaan, tetapi sebagai seorang perempuan, dia tak bisa kehilangan harga dirinya. Itulah kenapa Pijar tidak akan membiarkan orang lain memperlakukannya dengan buruk dan menginjaknya tanpa perasaan. 

“Bapak memang ahli dalam bicara,” jawab Pijar tanpa rasa takut sama sekali, “sekarang Bapak harus berpikir lebih jauh lagi, seandainya Bapak hari itu tidak mengerjai saya, semua ini tidak akan terjadi. Sampai mati pun, saya tidak akan meminta maaf kepada Aurora. Bila perlu, saya akan membuat namanya semakin rendah dan diinjak oleh orang lain.” 

Pijar tidak membual. Selama ini dia hanya diam tanpa memberikan perlawanan yang berarti kepada Aurora. Namun, jika perempuan itu membuat berita yang macam-macam, maka sudah bisa dipastikan, sifat iblis yang tersembunyi di dalam diri Pijar akan keluar menghancurkan semuanya. 

Elang marah mendengar ucapan Pijar. Tatapan matanya semakin tajam menghunus. Sikap angkuh yang dimiliki oleh Pijar tidak pernah hilang sejak dulu. Lantas, ingatan Elang melayang pada kejadian tak menyenangkan di masa lalu kemudian mengungkitnya. 

“Saya curiga kamu melakukan ini karena kamu cemburu dengan Aurora. Kamu iri dengannya karena sekarang dia dekat dengan saya.” 

Pijar menatap semakin dingin ke arah Elang seolah lelaki itu sedang mengigau. Ekspresinya sangat datar tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapan yang dilontarkan oleh bosnya tersebut. 

“Kalau tidak ada yang ingin Bapak katakan lagi, saya akan keluar sekarang.” 

“Itu adalah kata-kata yang selalu kamu keluarkan ketika kamu merasa kalah berdebat!” Elang cepat menjawab, mengintimidasi sosok cantik di depannya. “Bilang saja kalau yang saya katakan adalah sebuah kebenaran. Kenapa? Kamu menyesal sudah pernah memutuskan saya dan memilih orang lain?” 

Pijar diam tidak menanggapi. Pijar sudah mengubur dalam-dalam kehidupan asmaranya di masa lalu dan tidak ingin mengingatnya. Tidak bisa dipungkiri, setelah kembalinya Elang ke dalam kehidupannya, ingatan masa lalu itu sedikit demi sedikit menguar dari gembok memorinya. 

“Apa kita akan membahas masa lalu sekarang?” tanya Pijar balik menantang Elang, “kalau memang itu yang Bapak inginkan, mari kita selesaikan semuanya sekarang. Tentu saja dengan catatan, Bapak tidak menyesal sudah mendengarkan kenyataan yang terjadi.” 

“Saya tidak sudi mendengar cerita usang tak berguna seperti itu. Satu yang pasti, di mata saya, kamu adalah perempuan rendah dan pengkhianat.” Elang tampak berapi-api ketika mengatakan itu yang membuat Pijar harus menarik napasnya panjang agar tidak meledak dalam emosi. 

“Ya, anggap saja begitu. Saya adalah pengkhianat dan Bapak adalah lelaki suci. Apa itu sudah membuat Bapak puas?” 

Semakin Elang menekan Pijar, semakin Pijar berani menghadapinya. Tidak ada rasa takut meskipun di dalam hati Pijar penuh dengan lahar emosi. Elang menduga karena sang ayahnya lah yang membuat Pijar berani kepadanya. 

Menegakkan tubuhnya, Pijar mengubah dirinya dalam mode professional. “Pukul sebelas nanti, kita ada meeting di luar. Saya akan mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan. Selamat bekerja, Pak. Saya kembali ke meja saya terlebih dulu.” Setelah mengatakan itu, Pijar begitu saja meninggalkan Elang dengan kemarahan yang melambung tinggi. 

Elang menggebrak meja kerjanya dengan kuat untuk melampiaskan kekesalannya. “Sialan!” katanya mengerang marah. “Aku tidak akan tinggal diam, Pijar. Kamu akan kalah tak lama lagi.” 

Tarikan napasnya dilakukan berulang-ulang agar dia merasa lebih baik sebelum dia memulai pekerjaannya. Pukul sepuluh, Pijar kembali ke ruangan Elang dan mengingatkan untuk pergi meeting. Perjalanan membutuhkan waktu satu jam sehingga mereka harus berangkat sekarang. Tanpa kata, Elang beranjak dan pergi begitu saja. Pijar sampai mengejar lelaki itu di belakang.

Hal tak terduga terjadi ketika mereka sampai di depan gedung Infinity, beberapa wartawan datang dengan Aurora di sana. Langkah Elang melambat karena itu. 

“Oh, itu, Elang.” Aurora menyadari kedatangan Elang, lalu menarik lelaki itu ke sampingnya. “Lang, mereka hanya ingin tahu kebenaran tentang berita di bandara saat itu. Oh, dan ini adalah Pijar, sekretaris Elang. Kami sudah sepakat untuk menjelaskan jika semua itu hanyalah kesalah pahaman.” 

Aurora memberikan tatapan tajam kepada Pijar yang tidak diketahui orang lain. Pijar dijebak oleh perempuan itu dengan cara murahan seperti ini. Segera saja, wartawan mengeroyoknya dengan pertanyaan. 

“Mbak, bisa dijelaskan kejadian sesungguhnya di bandara saat itu kenapa bunga yang Mbak berikan dibuang oleh Aurora?” 

*** 

Loyce

Follow IG untuk udate terbaru seputar Novel saya ya, @Loyceloyce24 TT : @Loyce

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status