Memang CEOnya seperti apa sih? Sepertinya mereka terlalu mempermasalahkan tentang siapa sekretarisnya. Ah sudahlah, yang penting tanda tangan kontrak dulu.
Aku segera bergegas menuju lantai dua ruang HRD, dengan menggunakan lift.
Hari ini penampilanku lumayan rapi, rok hitam, baju blouse panjang berwarna soft purple dan jilbab lebar bermotif berwarna senada, tak lupa sepatu kets putih kesayangan walaupun sudah lusuh tapi nyaman dipakai.
Aku langsung bertemu dengan Manager HRD yang mewakili perusahaan untuk menandatangani kontrak kerja, usianya sekitar 35 tahunan.
“Halo nama saya Lukman, saya yang mewakili perusahaan untuk penanda tanganan kontrak kerja Anda,” ucapnya sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman.
“Saya Annisa Pak.” Kutangkupkan tangan di dada, tanpa menyambut uluran tangan Pak Lukman. Ia tampak kikuk dan terpaku beberapa saat.
“Boleh saya duduk Pak?” aku mencoba mencairkan suasana agar Pak Lukman merasa santai karena telah menolaknya bersalaman.
“Oh ya ya Silahkan Mbak Annisa duduk dulu.” Pak Lukman mempersilahkan aku untuk duduk.
“Ini kontrak untuk jabatan sekretaris, Mbak bisa baca dan pelajari dulu isi kontrak nya,” Ia melanjutkan dan menyerahkan kertas berisi kontrak kerja kepadaku.
Kubaca isi kontrak dan mempelajarinya, tidak ada yang aneh, semua isi kontrak sesuai dengan tugas-tugas sebagai sekretaris.
Semoga saja bos nya baik dan tidak menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh saja.
Jika bosku tidak menghargaiku sebagai wanita muslimah, aku akan segera resign walaupun gaji yang diberikan perusahaan ini sangat besar, itu prinsipku.
“Emm, sepertinya saya setuju dengan isi kontrak dan gajinya, Pak Lukman.”
“Baiklah, Mbak bisa tanda tangan disini,” ucapnya sambil mengarahkan untuk tanda tangan di bagian yang bertuliskan namaku.
Bismillah ... aku segera menandatangani kontrak itu dan berharap bekerja secepatnya.
“Mbak Annisa, mulai besok Mbak sudah mulai bekerja, ini ID card Mbak wajib dipakai selama bekerja dan berada di lingkungan kantor, ruangan sekretaris ada di lantai empat letaknya di depan ruangan atasan kita, ada pertanyaan Mbak?" tanya Pak Lukman.
“Untuk saat ini tidak ada Pak,”sahutku.
“Oke! Penandatanganan kontrak kita sudah selesai, selamat bergabung di perusahaan kami, Mbak Annisa.”
“Terimakasih Pak Lukman.” Pak Lukman cepat-cepat menangkupkan tangannya di dada, sebelum sempat aku melakukannya beliau telah lebih dulu menangkupkan tangannya, mungkin dia sudah paham pikirku sambil tertawa di dalam hati.
“Saya permisi dulu, pak.”
“Oh ya,ya, silahkan, Mbak.”
Alhamdulillah proses penandatangan kontraknya selesai, besok aku sudah menjadi karyawan di kantor ini tepatnya sekretaris, sekretaris jilbaber.
***
Hari ini, hari pertama bekerja aku tak mau membuat kesalahan karena terlambat di hari ini.
Sebelum shubuh aku sudah bangun, seperti biasa membaca Alma’surat dan menghadiahkan Surah yasin untuk ayah, sedangkan ibu sudah bangun dari tadi.
“Cah ayu, cepet banget bangunnya, ndang sarapan dulu sebelum ke kantor biar gak kelaparan.”
“Iya Bu, kita sarapan bareng yuk, Bu.”
“Udah kamu duluan aja, sebentar lagi ibu sarapan, belum laper.”
“Jangan telat sarapan lho Bu, nanti lambungnya kumat.”
“Iya, iya, Ibu kan di rumah aja, kamu tu yang mau berangkat kerja sarapan dulu, oh iya, Nis perlu Ibu siapkan bekal makan siang gak?”
“Gak usah Bu, nanti makan di kantin kantor aja, ya sudah Nisa sarapan duluan, Bu,”Ibu hanya mengangguk.
Setelah selesai sarapan, kusambar tas ransel dan sepatu kets dan langsung kukenakan.
“Ibu, Nisa berangkat dulu ya.”sembari menyalami ibu untuk berpamitan.
“Eh eh ... Nisa pagi amat yak, mau nitip kue lagi ya?” sapa Bu Romlah, aduh lagi buru-buru, Bu Romlah yang entah darimana datangnya pagi-pagi udah kepo aja.
“Oh ada Bu Romlah to, bukan Bu, saya mau berangkat bekerja.”
“Halahhh ... gaya lu Nis, palingan kerja di pabrik,” Bu Romlah tertawa mengejek.
Ibu masih berdiri di beranda, ibu memberi isyarat mata agar aku segera berangkat.
Dari pada meladeni Bu Romlah, lebih baik aku segera berangkat bekerja, nanti bisa panjang kali lebar gak akan selesai-selesai.
“Nisa pamit Bu, Assalamualaikum, mari, Bu Romlah.”
“Waalaikumsalam, hati-hati, Nis!” seru ibu.
Bismillah segera kupacu motor menuju kantor, langsung kupakirkan motor di tempat parkir karyawan, di sampingnya ada parkiran khusus untuk CEO kantor ini yang sudah terisi, ternyata cepat juga pak bos datang, padahal ini kan belum waktunya jam masuk.
Emm pantas saja kalau pagi-pagi karyawan disini seperti tergesa-gesa diburu waktu, pak bos nya kelewat disiplin, apa dia tidur di kantor ya? atau shalat shubuh di sini?
Aku segera masuk ke kantor, kantor belum terlalu ramai, kukenakan ID card, Wellcome Annisa Nur Cahya di dunia kerja barumu.
Sang resepsionis cantik sudah datang dan duduk manis di mejanya. Semoga saja dia tak melihat, aku langsung menuju lantai empat dimana ruang sekretaris berada.
Terlihat ada meja kerja disana, sebuah laptop berada di atasnya, pesawat telepon berada di sisi kanan dan ada lemari berisi file dan arsip di belakang meja itu.
Oh sepertinya pintu yang tertutup inilah ruang kerja pak bos, Ya, benar di papan nama ruangan bertuliskan “CEO OFFICE”. Tapi terlihat sangat sepi kemana dia? tidak mungkin juga langsung ke dalam sebelum dia memanggilku, lebih baik aku duduk saja disini, jika dia memanggil aku akan segera masuk dan memperkenalkan diri sebagai sekretaris barunya.
“Pagi, Mbak Annisa," tiba-tiba Pak Lukman menghampiri bersama wanita cantik yang masih muda.
“Pagi, Pak Lukman.”
“Bagaimana hari ini, Mbak sudah siap bekerja?” tanya Pak Lukman
“Insyaallah saya siap, Pak”jawabku yakin.
“Sebelum itu, Mbak, kami perkenalkan dulu kepada karyawan yang lain, nanti akan di antar oleh Mbak Andina”.
“Baik, Pak.”
Aku memperkenalkan diri kepada Andina dan menjabat tangannya. Pak Lukman terlihat bingung ketika aku menjabat tangan Andina, mungkin dia berpikir kenapa aku tak mau menjabat tangan Pak Lukman, biarkan saja dia kebingungan.
Kemudian aku diantar ke ruangan karyawan oleh Andina, ia memperkenalkanku sebagai sekertaris baru di kantor ini. Berbagai reaksi ku terima, ada yang berbisik-bisik, ada yang melongo memperhatikan penampilanku dari atas ke bawah, ada yang tersenyum, ada yang memandang tak suka dan ada juga yang tersenyum seperti meremehkan.
Terserah presepsi mereka tentangku, yang penting aku tak mengganggu orang lain. Setelah selesai aku Kembali ke ruangan, sampai waktunya pulang tak ada panggilan dari ruang CEO yang menurutku sangat aneh, tapi Pak Lukman masuk ke ruangan itu dan cukup lama berada di sana, aku menyimpulkan bahwa sang CEO ada di dalam.
Kulirik jam tanganku, jam sudah menunjukkan waktunya pulang sebaiknya aku pulang saja.
***
Malam ini hujan turun dengan lebat, cuaca panas berganti sejuk setelah beberapa hari dilanda panas yang amat sangat.“Allahumma shayyiban nafi’an, ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat.”Aku duduk di beranda sekedar menikmati hujan dan cuaca yang sejuk, sambil minum segelas teh manis yang dibuatkan ibu.“Gimana, Nduk hari pertama bekerja?”Ibu menghampiriku.“Aneh Bu.”“Lha kok bisa?”“Hari pertama cuma duduk manis di meja kerja, aku juga belum kenal yang mana bosku,”ucapku.Ibu tertawa kecil.“Mungkin aja dia lagi gak ada di tempat Nis jangan su'udzon gak baik.”“Astaghfirullah, bener Bu kok Nisa jadi su'udzon ya, baru juga satu hari.”Ibu mengangguk mengiyakan perkataanku.“Ya uwes ndak usah dipikirkan, ayo masuk ke dalam, takutnya ada petir.”Esoknya seperti biasa aku berangkat pagi sekali, langsung menuju ruangan sekretaris. Tiba-tiba dari belakang ada seorang yang memanggil, ternyata Andina yang setengah berlari sambil memanggil namaku.“Pagi Nis, cepat amat datangnya.”“Pagi
Alhamdulillah akhirnya aku sampai di rumah, setelah seharian bekerja lelah juga, ketika hendak turun dari motor Bu Romlah datang dan menghampiri.“Annisa sore amat pulangnya? Dari mana aja sih?”Sepertinya Bu Romlah sengaja menungguku pulang, ia penasaran sekali dengan hidupku, dulu ketika aku mulai kuliah saja dia mengejekku dan ibu.“Orang miskin gak usah banyak gaya lu, Nis, pake mau kuliah segala, udah cukup makan aja syukur.”Yah begitulah Bu Romlah, tapi aku tetap menghormatinya, karena dia lebih tua dariku anggap saja ucapanya sebagai motivasi supaya bisa hidup lebih baik lagi.“Pulang kerja Bu Romlah, O ya, ada apa Bu kok sampe nyamperin Nisa ke rumah?”“Kagak Nis, emang lu kerja dimana sih?" tanya Bu Romlah penasaran.“Saya kerja di kantor Bu Romlah.”“Em beneran lu kerja di kantor? Emang jabatan lu apa?”tanyanya lagi.“Iya Bu, masa Nisa boong.”“Jabatan nya apa? trus gajinya berapa?” Bu Romlah terus bertanya tentang jabatanku.“Cuma sekretaris biasa, Bu, udah ya Bu Romlah Ni
Hari ini aku datang lebih pagi, karena akan mempersiapkan berkas-berkas meeting Pak Bos dengan kliennya. Untung saja laporan kepada Pemda, Kepolisian, dan Lurah tetang keberadaan proyek yang dikerjakan Angga selesai kemarin sore, itupun ketika kantor sudah mulai sepi. Pak Damar menunggu laporan di ruangan sampai aku selesai mengerjakannya, kenapa dia tidak menyuruhku mengerjakan besok saja atau dikerjakan di rumah. Benar-benar Bos yang satu ini membuat kesabaranku di uji. Ketika akan masuk ke kantor, aku berpapasan dengan Andina dan Cellin, mereka adalah staff bagian akuntansi yang mengelola keuangan dan menyusun buku kas, laporan keuangan berkala, bertanggung jawab terhadap kas proyek dan lain-lain. “Nisa, kamu pulang jam berapa kemarin?” Cellin bertanya. “Hampir magrib terpaksa aku shalat magrib di mushola dulu kemarin, Pak Damar bilang laporannya harus siap sore itu juga, terpaksa deh aku pulang telat.”
Aku melihat ke arah Lisa dan tanpa sengaja Lisa juga menatapku, dia menunjuk ke arahku dan Pak Damar secara bergantian dengan tatapan heran dan tak percaya, tentunya setelah Pak Damar berbalik arah ke pintu keluar. “Sekretaris???” Lisa bertanya setengah berbisik ke arahku seperti tak percaya. Ku tinggalkan Lisa yang terpaku dengan wajah melongonya itu, segera kususul Pak Damar dengan cepat. Mobil Camry mewah beserta supir pribadi sudah menunggu di depan kantor, Pak Damar langsung masuk dan duduk di belakang. Aku segera membuka pintu depan mobil dan berencana untuk duduk di dekat supir saja.
Matahari pagi bersinar dengan garangnya, padahal baru pukul 7 pagi sudah membuatku gerah, rasanya aku ingin segera cepat-cepat mengguyurkan tubuhku dengan air. Bumi ini semakin panas saja, akibat pemanasan global yang disebabkan oleh manusia itu sendiri. Efek rumah kaca, karbondioksida dari asap kendaraan dan pabrik, pembakaran hutan, pemakaian pendingin ruangan menyebabkan lapisan ozon semakin menipis sehingga bumi kita menjadi semakin panas, semua itu karena ulah manusia yang tidak mau menjaga alam ini bahkan merusaknya. Aku segera mandi, hari minggu ini aku bisa bersantai di rumah bersama ibu dan merawat bunga-bungaku yang sudah tak terawat lagi karena terlalu sibuk bekerja. “Nduk ... tolong ke warung Teh Diah, belikan keperluan dapur sudah pada habis,” titah ibu. “Baik Bu, Nisa pakai jilbab dulu.” Ku kenakan jilbab instan lebarku, tubuhku terasa segar setela
Hari berlalu tak terasa aku sudah terbiasa dengan sikap dinginnya Pak Damar, mengerjakan tugas dengan cepat, tak pernah basa-basi, irit bicara, tegas dan harus tepat waktu.Asal dia menghargai waktu shalatku saja sudah cukup, namanya juga jadi bawahan ya harus ikut semua perkataan bosnya dalam hal pekerjaan.Ketika sedang makan siang di kantin bersama Andina dan Cellin. Pak Lukman menghampiri kami yang sedang makan siang.“Assalamu’alaikum, Nisa,” ucapnya sambil tersenyum.Aku, Cellin dan Andina berpandangan heran.“Wa’alaikumsalam,” sahutku.“Kok ngucapin salamnya ke Nisa doang Pak?” tanya Andina.“Anu ... cuma mau nanyak alamat rumahnya Nisa aja d
Cukup lama juga wanita indo tersebut berada di ruangan Pak Damar, tak lama kemudian ia keluar. “Heh Mbak, lain kali jangan larang-larang saya untuk ketemu Pak Damar lagi, saya ini calon istrinya Pak Damar Hardana Wijaya, calon istri CEO,” wanita berparas Indo tersebut menjelaskan kepada ku. Sejenak aku terpaku mendengar ucapannya. “Baik Bu,” ucapku singkat. Aduh, aduh, belum juga jadi istri udah begitu, bagaimana kalau sudah jadi istrinya nanti. Aku masuk ke ruangan Pak Damar setelah ia menghubungiku melalui sambungan telepon, seperti biasa ia langsung ke inti tugasnya tanpa basa basi.
Hari ini aku segera mengerjakan laporan berkala proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaan.Tiba-tiba Pak Lukman datang menghampiriku, “Nisa CEO yang dulu dari perusahaan ini datang, segera sambut kedatangan beliau.”“Baik Pak.”Tak lama kemudian nampak rombongan mereka, ada General manager (manager umum) Pak Heri yang sudah cukup berpengalaman, Manager fungsional Bu Indah dan manager HRD Pak Lukman, mereka dulu yang mengintervieuw aku waktu itu, sepertinya mereka akan bertemu Pak Damar.Aku segera berdiri, menyambut kedatangan mereka.Tampak seorang pria berkacamata yang sudah cukup berumur tapi masih terlihat kharismatik dan berwibawa mengenakan jas dan sepatu pantofel.Di sampingnya berjalan seorang ibu-ibu paruh baya tapi masih terlihat anggun dan cantik.Beliau memakai kebaya dan sangg