Share

5. ke rumah sakit

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2023-08-08 10:00:48

Aku terpaksa minta maaf kepada sepupuku karena aku tidak bisa membantunya untuk melayani para tamu di acara syukuran. Tadinya aku hendak beramah-tamah dengan keluarga tapi ada yang hal yang lebih penting yang harus segera kuketahui untuk meredakan keresahan di dalam hatiku.

Aku pergi ke Rumah Sakit Bakti Nusa, sebuah rumah sakit pemerintah kota di mana suamiku mengabdikan dirinya. Sudah lama suamiku bekerja di sini, posisinya sudah seperti dokter yang disegani karena pelayarannya yang selalu tepat dan efisien. Katanya dia bisa membantu menyembuhkan sembilan dari 10 pasien. Sungguh, itu sebuah pencapaian dan bentuk dedikasi.

Kukenakan masker seperti biasa dan mencoba mencari ruangan suamiku dengan menyusuri lorong. Tidak, dia dokter umum, ruangannya pasti di UGD atau sekitarnya. Di tempat ramai itu, mau tidak mau aku pasti akan ketahuan dan terlihat olehnya. Aku harus memantau dari jauh.

Dulu, dia bilang akan ambil studi untuk bidang spesialis sehingga ia bisa jadi residen untuk dokter-dokter muda, itu akan meningkatkan kualitas dan menggali potensinya. Sayangnya, niatnya itu belum tercapai karena kami belum cukup tabungan.

Sekali lagi aku menghela nafas, bagaimana mau cukup tabungan untuk kuliah kalau setiap hari main transfer transfer saja. Meski yang ditransfer hanya Rp10.000 tapi tetap saja ada biaya transfer yang jika dilakukan berkali-kali pasti akan jadi menumpuk dan besar. Bagaimana dia mau kuliah spesialis. Hah!

Suasana di ruang UGD sedang lengang aku memantau dari balik kaca dan pura-pura jadi pembesuk pasien di sana. Demi semuanya terlihat alami, aku sengaja mendekati seorang pasien yang sedang tertidur lalu pura-pura memperhatikan keadaannya, layaknya seperti keluarga dekat.

Jangan tanya betapa tegang dan khawatirnya diriku, jantung ini berdentam-dentam tidak karuan, cemas kalau kalau pasien itu akan bangun dan menyadari seseorang memeriksa dirinya, dia pasti akan berteriak dan bilang kalau aku adalah orang mesum yang coba menyentuhnya. Ya Allah.

"Bu, Ibu kerabatnya?"

Tuh kan, belum apa-apa seorang perawat sudah mendekatiku dia membawa sebuah catatan dan memintaku untuk menandatanganinya.

"Kita butuh persetujuan keluarga untuk tindakan berikutnya."

"Eh, a-anu, saya tunggu ayah saya dulu."

"Loh Bu, bukannya pasien ini yatim piatu, satu-satunya keluarga yang ia miliki hanya saudaranya?"

Mampus, aku harus bagaimana. Tahu apa aku tentang pemuda yang terlihat babak belur dan patah tulang itu.

"Aduh, iya betul, m-maaf. Sini saya tanda tangan."

"Ya ampun, gini amat." Aku menggumam dalam hatiku sambil merutuki betapa bodohnya diri ini.

"Oh ya, Bu. Ibu harus segera menyelesaikan biaya administrasi di loket agar pasiennya segera mendapatkan penanganan."

Sial.

Biaya administrasi apalagi ya, jangan-jangan aku disuruh membayar untuk semua biaya pengobatannya. Gawat.

"Oh, be-begitu ya...."

Kini aku diarahkan untuk membayar padahal aku datang ke sini untuk memata-matai suamiku. Kenapa aku harus membayar biaya seorang pasien yang tidak aku kenali. Rasanya aku ingin menangis saja.

Lagipula, kenapa hati ini menjadi tidak tega melihat pemuda yang terlihat luka-luka itu dan tidak sadarkan diri, dari mulutnya dipasangi selang khusus yang entah sebagai apa fungsinya, aku tidak paham. Mungkin selang oksigen atau apalah, aku kurang mengerti. Sepertinya ya harus segera dioperasi kalau tidak segera dilakukan pembayaran. Tapi apa peduliku.

"Mari Bu, saya antar ke loket," ucap perawat itu sembari ia terlihat tidak sabar karena khawatir dengan pasiennya.

"I-iya."Aku berjalan sambil mengawasi sekitar dan aku tidak melihat Suamiku di mejanya.

Bruk!

Aku menabrak dada seseorang, aku hampir terjatuh ke belakang andai perawat tadi tidak memegangi tanganku.

"Maaf."

"Tidak masalah."

Astaga, suaranya familiar, gawat, aku menabrak suamiku sendiri, ya Allah apa-apaan ini.

"Eh sepertinya saya tahu suaranya."

Aku yang sebentar lagi akan dipergoki harus segera melakukan sesuatu atau kabur saja dari tempat itu.

"Maaf pak, saya harus pergi," ucapku sambil memberat-beratkan suara ini. Dengan cepat aku segera menggandeng perawat yang ada di sampingku kemudian segera kabur ke loket pembayaran.

Ah, ada ada saja.

Kulakukan pembayaran kepada pasien anonim yang entah siapa dia, parahnya itu juga tidak murah, tapi untung aku bawa uang. Aku juga disuruh untuk menanda tangani dan meletakkan namaku sebagai penanggung jawab pasien agar operasinya berjalan lancar. Pun mereka meminta nomor ponselku.

Ya Allah, aku akan babak belur kalau ketahuan Dokte Widi.

Selesai melakukan pembayaran dan terlihat beberapa dokter mulai menghampiri brangkar pasien tadi, hatiku menjadi iba dan seolah menyadari sesuatu bahwa di dunia ini takdir dan karma dibuat sedemikian rupa, ada seseorang yang dibuat cemas dan resah tapi kecemasannya menjadi berkah untuk orang lain karena dengan begitu dia bisa membantunya.

Ya, siapapun dia... aku berharap semoga dia cepat sembuh. Dan semoga saat dia sadar semoga pasien itu mendoakan agar aku bisa segera tahu apa yang terjadi pada suamiku dan si misterius yang terus saling transfer itu.

Saat aku sedang berdiri dan tercenung sendiri di antara koridor rumah sakit, aku sempat melihat dokter Widi terlihat kalang kabut melayani seorang pasien kecelakaan yang baru saja tiba. Niat untuk menyelidiki jadi buyar mengingat betapa konyolnya diriku dan kejadian tadi. Kini, suamiku memerintahkan beberapa perawat untuk mengambilkan mesin pacu d jantung dan beberapa infus, dia nampak sigap, sibuk, tapi profesional. Sekali lagi aku sangat mengagumi dan memuji betapa mulianya tindakan dan pengorbanan suamiku, seharusnya aku tida meragukannya. Tapi .... Siapa yang terus transfer dengan dirinya.

Apa sekarang aku pulang saja atau aku harus menguntitnya lagi. Sepertinya kalau makin lama di sini aku akan membayar biaya pasien lain, sebaiknya aku pulang saja.

Dengan semua kejadian hari ini haruskah aku, sedih atau tertawa? Ya ampun.

Aku pulang dengan tangan hampa tanpa bukti, entah apa yang akan kulakukan selanjutnya untuk tahu, yang jelas, aku harus punya cara. Ya, aku harus tahu dia siapa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuh Lewat M-Banking   139

    Kudengar pembicaraan saat berkunjung terakhir kali ke kantor polisi, berdasarkan pasal 354 dan 353 KUHP tentang penganiayaan berat dan penganiayaan berencana, maka Dinda terancam dituntut dengan hukuman empat tahun penjara dan denda. Usut punya usut, wanita itu sejak awal memang sudah merencanakan untuk mencelakakan orang lain, ditambah dengan keterangan saksi dan laporan pria yang ditangkap kemarin, bahwa dia memang dibayar oleh Dinda agar menusuk diriku dan mencelakakan diri ini.*Jangan tanya seberapa besar keluarganya berusaha untuk menyelamatkan wanita itu dari tuntutan penjara. Berulang kali staff dari keluarganya mencoba menemuiku dan meyakinkan diri ini untuk tidak memberikan kesaksian, aku juga diiming-imingi uang dan rumah baru juga pekerjaan yang layak tapi aku menolaknya.Pada akhirnya lelaki yang sudah lelah membujuk diriku itu kemudian berkata,"Mengingat betapa baiknya hubungan Anda di masa lalu dengan Nyonya Dinda. Saya rasa Anda harus mulai bermurah hati kepadanya.

  • Selingkuh Lewat M-Banking   138

    Saat polisi menggiring Dinda keluar dari rumah sakit banyak orang-orang yang memperhatikan peristiwa itu. Mereka berkerumun dan membicarakan peristiwa yang bagaikan drama itu. Berulang kali Dinda mencoba melepaskan diri dan menjerit serta berteriak. Dia bilang dia tidak bisa ditangkap karena keluarganya akan segera melindunginya tapi itu tidak urung membuat polisi terus membawa wanita itu ke atas mobil patroli dan meluncur pergi. Kuhela napas pelan setelah keadaan mulai mereda, orang-orang kembali ke ruangan dan posisi mereka, pun Syifa yang sudah dibaringkan di tempat tidur dan ditenangkan oleh suaminya."Maafkan aku, andai aku tidak datang kemari untuk menjenguk Syifa mungkin Dinda juga tidak akan datang dan melakukan itu.""Jangan salahkan dirimu," ujar Syifa.Usai menyelimuti Syifa Adrian mendekatiku Dia memberi isyarat agar kami berdua bicara ke suatu tempat. "Ayo kita bicara fisiknya sambil mengarahkanku dan membukakan pintu untukku. Kami berjalan perlahan ke arah balkon da

  • Selingkuh Lewat M-Banking   137

    Dua hari kemudian.Aku sengaja membeli bunga lili dan lavender juga sedikit mawar merah untuk kurangkai di sebuah buket lalu kubawakan untuk Syifa yang keadaannya sudah mulai membaik di rumah sakit.Kutemui wanita yang sudah mulai pulih itu dan sudah bisa duduk serta tersenyum di tempat tidurnya."Apa kabarmu?" tanyaku. Aku menyalaminya dan dia menyambutku dengan senyum hangat, kondisi dirinya yang sedang hamil 6 bulan membuatnya nampak sulit bergerak dan sedikit gemuk."Aku baik. Aku semakin membaik.""Bagaimana dengan lukanya.""Memang nyeri, tapi aku baik baik saja," balasnya."Kau memang kuat.""Alhamdulillah.""Tapi kenapa kau mau melakukan itu untuk melindungiku. Andai kau biarkan saja lelaki itu menyerangku agar kau tidak mengalami hal seperti ini?""Tidak, Mas, aku merasa berguna menyelamatkanmu.""Tapi kau juga punya bayi di dalam perutmu bagaimana kalau bayi itu sampai meninggal gara-gara aku? Aku yakin suamimu tidak akan memaafkanku.""Tidak, Adrian tidak menyalahkanmu, dia

  • Selingkuh Lewat M-Banking   136 POV Widi

    Aku bisa menangkap kemarahan pria itu, pria yang punya perusahaan multinasional dan cukup terkenal itu dia tidak akan melepaskan pelaku penusukan terhadap istrinya juga dalang dibaliknya.Tidak akan butuh waktu lama untuk tahu dan menangkap pelaku penusukan. Cukup memeriksa CCTV Rumah Sakit lalu memeriksa plat motor yang digunakan pelaku untuk melarikan diri dan tak lama kemudian polisi tidak akan kesulitan untuk melacak keberadaan pria tersebut, lalu menangkap dan mengintrogasinya kemudian mengungkap siapa pelaku di balik semua ini.Seperti yang kuduga, 10 menit kemudian Adrian didatangi oleh beberapa orang polisi Dia terlihat berbicara dengan serius dan mengantarkan petugas itu ke ruangan istrinya, polisi melihat keadaan Syifa dari balik kaca ruang perawatan dan terlihat mengerti apa yang diperintahkan oleh Adrian."Kami akan memeriksa kamera pengawas dan kami berjanji akan menemukan pelakunya secepatnya.""Istriku tidak pernah punya musuh bertengkar atau menyakiti orang lain saya

  • Selingkuh Lewat M-Banking   135

    Aku dinaikkan kembali ke kursi roda lalu didorong dan dibawa masuk ke ruang tunggu. Bunda menangis dan pergi melihat mantan menantunya yang kini sedang kalang kabut ditolongi oleh dokter. Adrian juga nampak panik, terlihat berlari ke arah apotek untuk mencari kantung darah dan beberapa alat yang diperlukan. "Dorong ayah masuk ke UGD," ujarku pada anak anak."Dokter bilang nggak boleh masuk," ujar putriku dengan mata sembab."Kita harus liat keadaan Bunda.""Bunda ga sadar, dia dipasangi selang oksigen," ujar anak sulungku. Dengan didorong oleh mereka berdua kami tertatih masuk ke ruang UGD dan melihat betapa kalang kabutnya dokter yang ada di sana. Lantai lantai jadi kotor berserakan dengan kain kasa yang sudah berwarna darah, bahkan dari ranjangnya, Syifa juga mengalirkan dan cairan itu menetes dari brankar, membuat lantai jadi becek dengan warna merah yang membuat kepalaku pusing."Dokter gimana keadaannya?""Kami sedang memberikan pertolongan. Dia mengeluarkan darah yang begitu b

  • Selingkuh Lewat M-Banking   134

    "Bu, berangkat dulu.""Apa kau akan sepanjang hari di gym?""Iya.""Baiklah, kalau begitu. Ibu mau menjenguk ayahmu di pusat perawatan lansia.""Iya, apa ibu akan butuh uang?""Ibu masih punya simpanan.""Baiklah kalau begitu Ibu hati-hati juga."Setelah mencium tangan halus dan mengecup kening ibuku tercinta, aku segera mungkin berangkat menggunakan motor menuju ke gym yang berada 20 KM jauh dari rumah.Berkendara sambil menikmati suasana kota dan sejuknya udara pagi, sambil menatap pohon rindang yang ada di sebelah kanan kiri jalan, membuatku sedikit menikmati perjalanan. Telah sedikit saja aku bisa terjebak macet ditambah cuaca mulai panas maka hati akan mudah runyam. Aku mengemudikan motor sambil mendengarkan alunan musik pelan di headset yang ku pasang di telinga.Karena ingin mempersingkat waktu aku mengambil jalan pintas, memotong melewati blok-blok bangunan dan jalan yang sepi. Hingga tiba di sebuah Jalan yang berada di belakang barisan ruko-ruko besar. Aku menyadari sebuah mo

  • Selingkuh Lewat M-Banking   133

    Aku tidak menyangka bahwa penolakanku tempo hari adalah petaka.**Aku merasa bersalah kepada dinda tapi menimbang bahwa sudah begitu jauh masalah yang terjadi karena kami nekat bersama, akhirnya aku memutuskan untuk mengalah dan mengakhiri semua ini.Ya, aku memutuskan untuk batal rujuk dan mengejarnya lagi. Meski tadinya aku melihat cinta untuknya akan memperbaiki hidupku dan memperlancar jaringan bisnis, serta menaikkan pamorku sebagai dokter yang berprestasi, tapi nyatanya semua itu gagal.Aku beruntung karena aku hanya dipenjara selama beberapa bulan, aku berhasil bebas dengan jaminan darinya, Sebenarnya aku merasa sangat berhutang Budi dan bersalah karena merugikan keuangan Dinda, aku ingin menebusnya tapi entah kenapa saat itu aku bodoh sekali. Seharusnya aku tidak menciptakan konflik antara aku dan istri kedua dengan cara terus-menerus menemui mantan istri pertama.Sebenarnya aku tidak akan membuat episode depresi Dinda jadi kumat andai aku tidak terus meluahkan waktu untuk m

  • Selingkuh Lewat M-Banking   132

    Selepas kepergianku dari rumah mantan ibu mertua aku lanjutkan perjalanan menuju pusat kebugaran di mana mas Widi bekerja sebagai pelatih. Dulu dia hanya cleaning service tapi karena bentuk tubuhnya yang atletis dan wajahnya yang lumayan menarik serta keahliannya dalam memakai alat olahraga membuat pemilik gym merekrut dia sebagai pelatih.Kudengar berkat kehadiran mas Widi sebagai pelatih banyak wanita yang kemudian bergabung ke pusat kebugaran untuk mengecilkan tubuh mereka dan mendapatkan bentuk yang ideal. Aku aku percaya mereka bukan hanya ingin langsing tapi juga ingin mendapatkan perhatian mantan suamiku.Tidak, suamiku, seharusnya dia masih suamiku. Ketidakwarasanku membuat aku kehilangan suami dan seharusnya itu tidak terjadi."Halo nyonya, kenapa baru datang sekarang? sudah sebulan anda tidak mengunjungi pusat kebugaran," ucapnya yang sudah kenal padaku dan menyambutku dengan Ramah."Apa anda akan berlatih hari ini?""Tidak, Aku ingin bertemu dengan mas Widi.""Oh baik nyo

  • Selingkuh Lewat M-Banking   131

    Terik matahari di siang ini cukup menyengat, angin yang bertiup terasa membawa panas saat aku tiba di rumah mantan ibu mertua. Kudorong pintu gerbang yang selalu tidak terkunci, kuarahkan pandanganku pada pintu utama yang diberi ornamen dari rotan yang dijalin dan bertuliskan selamat datang, dinding sebelah kiri yang difungsikan sebagai pagar ditumbuhi oleh mawar rambat beraneka warna, terasa begitu kontras dengan warna langit yang biru dan asrinya rumah itu. "Assalamualaikum."Aku mengetuk pintu dan sekitar semenit kemudian seseorang membukakannya. Saat mata kami bertemu wanita itu nampak terkejut, ia berkali-kali memastikan tanggapan matanya sampai aku menyapanya."Apa kabar Ibu?""Kau dinda kan?""Iya, boleh saya masuk.""Oh, ayo," ucapnya ramah. Dipersilahkannya aku duduk di kursi tamu, sementara di atas meja ada vas bunga yang diisi dengan bunga-bunga segar. Dari dulu, ibu mertua katanya sangat pandai merangkai bunga."Bunganya bagus," ucapku canggung, wanita itu tersenyum t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status