Sepupuku terkejut karena belum satu jam, aku sudah kembali ke rumahnya. Dia yang nampak sedang melayani tamu tergesa-gesa menghampiri diri ini untuk bertanya apa yang terjadi.
"Hmm, bagaimana, apa kau dapat jawaban di rumah sakit?" tanyanya dengan antusias."Tidak, aku malah ditimpa masalah."aku menceritakan apa yang terjadi dan refleks saja sepupuku itu tergelak, aku mendengkus sementara ia terbahak-bahak."Maaf ya .. bukan yang aku tidak punya simpati tapi apa yang menimpamu ini benar-benar keanehan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku tegang sekaligus merasa miris dan melihat ini seperti sebuah komedi penyelidikan.""Ah, kau ini," ujarku melengos."Tuh kan kau berusaha untuk memata-matai suamimu tapi kau dipaksa untuk mengeluarkan uang Rp.500.000.""Gapapa lah, mungkin berkah bagi pasien itu, aku juga ikhlas memberi kok.""Iya, iya, Semoga Allah membalas kebaikanmu," ucap Rina sambil menepuk bahuku."Tapi tetap saja .. aku penasaran dengan Si misterius yang bilang kangen itu, aku ingin tahu dia siapa, aku ingin sekali menjambak dan mencabik-cabik wajahnya. Beraninya dia menggoda suamiku yang milikku seorang!"Aku memicingkan mata dengan penuh dendam tapi sepupuku itu malah makin tertawa mengingat apa yang baru saja terjadi."Kenapa kau tertawa.""Maaf," ucapnya sambil menggeleng gelengkan kepala. Sekali lagi aku mendengkus dengan kesal. Ada ada saja!"Apa mungkin harus kukosongkan saja rekeningnya agar dia tidak bisa saling mentransfer lagi.""Eh kau pikir orang yang berselingkuh akan berhenti sampai di situ, mereka bisa menggunakan akun e-commerce atau berselingkuh di aplikasi yang ada fitur bisa mengirimkan pesannya. Kau pikir dunia ini selebar daun kelor dan akal manusia terbatas? orang yang punya niat untuk berselingkuh pasti menemukan cara meski itu main di dalam lubang semut.""Ya, ampun...." Aku frustasi sekali, teka-teki yang ada di kepalaku seperti puzzle yang tidak kuketahui di mana potongan lainnya, aku bingung dan tidak tahu harus bagaimana."Haruskah aku bertanya langsung dan mendesak kejujuran suamiku.""Iya, kalau dia jujur tapi kalau dia berbelit-belit bikin alasan dan menimbulkan pertengkaran bagaimana? kau dan dia akan renggang lalu lelaki itu akan makin menyembunyikan hubungannya dengan cara yang lebih sulit kau ketahui lagi, di samping itu, ia akan lebih akrab dengan selingkuhannya.""Terus aku bagaimana, kenapa semua jalan untuk mengetahui yang sebenarnya seperti buntu. Aku harus bagaimana?""Kenapa tidak kau ambil nomor rekeningnya dan transfer balik agar kau tahu itu rekening siapa.""Nomornya disensor bahkan namanya juga tidak jelas karena diganti dengan kode.""Kok bisa?""Itulah keanehan yang tidak aku ketahui sampai sekarang!"Intonasi suaraku yang gemas membuat Rina kaget, ia segera melotot padaku dan memintaku untuk tetap tenang agar tidak mengalihkan perhatian semua tamu yang sedang menghadiri syukuran rumah barunya Ah, aku gemas sendiri."Kalau begitu kita harus bertanya kepada petugas bank?""Kau pikir petugas bakal membocorkan privasi pengguna?""Ah, iya juga, tapi untuk tujuan investigasi kejahatan pihak bank pasti mau bekerjasama dengan polisi.""Haruskah aku melaporkan suamiku dengan pasal perselingkuhan. Polisi akan minta bukti sementara aku kebingungan untuk mencari cara mengambil bukti dari ponsel Mas Widi, setiap kali memegangnya, si pemilik selalu memergokiku.""Jadi kau tidak mengambil tangkapan layar?""Tidak.""Biasanya mutasi rekening terbatas hanya sampai 7 hari ke belakang atau paling banyak 1 bulan. Dan semakin waktu bergulir, bukti itu akan menghilang," ucap Rina sambil terlihat berpikir keras."Iya. Jadi jika aku menunjukkan kecurigaan dan tahu kalau dia melakukan chat di m-banking, dia pasti akan menghentikan kegiatan itu dan pasti melancarkan rencana yang lebih sulit aku ketahui. Ah, ya ampun..."Kini aku merasa perutku mulai pedih, kepalaku pusing, aku bahkan lupa meneguk air dan mengambil sarapan di rumah saking buru-burunya diri ini untuk segera menguntit suamiku. Aku lapar, haus, dan resah gara-gara Si misterius itu. Tunggu saja kalau aku tahu siapa identitasnya, akan kuberi dia pelajaran karena sudah membuatku gelisah berhari-hari."Satu-satunya harapanku ... berharap bahwa mereka melakukan janji ketemu di suatu tempat, hanya itu cara untuk mengetahui siapa dia sebenarnya.""Apa kau sudah siap dengan kenyataan yang ada dan siap untuk menghadapi kalau wanita itu ternyata lebih cantik dari dirimu?""Kalau dia wanita, meski aku akan murka tapi itu tidak akan lebih besar dibandingkan dengan murkanya aku kalau dia laki-laki. Aku benar-benar akan menggila.""Kau ini, ada ada saja," ucap Rina terkejut.'"Dunia juga sudah gila, Rin.""Astagfirullah..." Sepupuku itu hanya bisa mengelus dada sambil menggeleng-gelengkan. Perkara perselingkuhan saja sudah berat apalagi kalau perselingkuhan itu ditambah dengan bumbu 'pelangi' wah genap sudah."Sudahlah jangan terlalu menegangkan pikiranmu. Aku justru merasa kalau dia sedang chat dengan keluarganya sendiri. Dan dia tidak berani memberitahumu." Rina mencoba menghibur."Meski Itu keluarga sendiri ...mereka tidak akan bilang sayang, dan enak enak.""Ya Allah..." ucap Rina yang seperti gagal mengais nafas. Dia juga tidak habis pikir."Semoga mereka janji ketemu di suatu tempat, ya.""Mungkin aku yang harus memancingnya dengan mengajak anak-anakku pergi ke rumah ibu mertua selama beberapa hari. Akan kubiarkan Mas Widi sendiri saja di rumah sehingga kalau dia kesepian dia bisa mengajak kekasihnya bertemu. Suamiku tipikal lelaki yang harus selalu dilayani. Sementara aku pergi, akan kupancing si misterius itu untuk keluar sendiri.""Kau yakin kau bisa.""Kan' percakapan mereka ada di m-banking, mutasi rekening tidak bisa dihilangkan.""Ah, betul juga. Kau sadap panggilan dan W******p suamimu, aku yakin sesekali mereka akan bicara di telepon biasa atau w******p.""Betul, nanti kalau ada waktu aku akan instal aplikasi penyadapnya.""Bagus.""Kalau begitu aku pulang dulu ya, aku harus jemput Farisa. Hari ini benar-benar hari yang berat. Aku rugi setengah juta uang administrasi.""Syukurnya, kau tak bayar biaya operasi, sudah ikhlaskan saja," ucap Rina sambil tergelak dan melepaskan kepergianku.Ah, miris dan lucunya hidupku. Namun, tetap saja, sensasi rasa diselingkuhi itu sangat menyakitkan dan menusuk hati. Meski Aku berusaha tertawa dan bercanda, tapi di lubuk hati ini yang terdalam aku benar-benar merasa sangat sedih, kadang aku berharap sembari berdoa bahwa itu semua bukan perselingkuhan dan hanya sesuatu yang tidak disengaja. Tapi fakta sangat berbeda, kenyataannya benar benar tak bisa dibantah. Andai aku punya kekuatan untuk langsung bertanya atau menyiapkan mental untuk bertengkar...Kudengar pembicaraan saat berkunjung terakhir kali ke kantor polisi, berdasarkan pasal 354 dan 353 KUHP tentang penganiayaan berat dan penganiayaan berencana, maka Dinda terancam dituntut dengan hukuman empat tahun penjara dan denda. Usut punya usut, wanita itu sejak awal memang sudah merencanakan untuk mencelakakan orang lain, ditambah dengan keterangan saksi dan laporan pria yang ditangkap kemarin, bahwa dia memang dibayar oleh Dinda agar menusuk diriku dan mencelakakan diri ini.*Jangan tanya seberapa besar keluarganya berusaha untuk menyelamatkan wanita itu dari tuntutan penjara. Berulang kali staff dari keluarganya mencoba menemuiku dan meyakinkan diri ini untuk tidak memberikan kesaksian, aku juga diiming-imingi uang dan rumah baru juga pekerjaan yang layak tapi aku menolaknya.Pada akhirnya lelaki yang sudah lelah membujuk diriku itu kemudian berkata,"Mengingat betapa baiknya hubungan Anda di masa lalu dengan Nyonya Dinda. Saya rasa Anda harus mulai bermurah hati kepadanya.
Saat polisi menggiring Dinda keluar dari rumah sakit banyak orang-orang yang memperhatikan peristiwa itu. Mereka berkerumun dan membicarakan peristiwa yang bagaikan drama itu. Berulang kali Dinda mencoba melepaskan diri dan menjerit serta berteriak. Dia bilang dia tidak bisa ditangkap karena keluarganya akan segera melindunginya tapi itu tidak urung membuat polisi terus membawa wanita itu ke atas mobil patroli dan meluncur pergi. Kuhela napas pelan setelah keadaan mulai mereda, orang-orang kembali ke ruangan dan posisi mereka, pun Syifa yang sudah dibaringkan di tempat tidur dan ditenangkan oleh suaminya."Maafkan aku, andai aku tidak datang kemari untuk menjenguk Syifa mungkin Dinda juga tidak akan datang dan melakukan itu.""Jangan salahkan dirimu," ujar Syifa.Usai menyelimuti Syifa Adrian mendekatiku Dia memberi isyarat agar kami berdua bicara ke suatu tempat. "Ayo kita bicara fisiknya sambil mengarahkanku dan membukakan pintu untukku. Kami berjalan perlahan ke arah balkon da
Dua hari kemudian.Aku sengaja membeli bunga lili dan lavender juga sedikit mawar merah untuk kurangkai di sebuah buket lalu kubawakan untuk Syifa yang keadaannya sudah mulai membaik di rumah sakit.Kutemui wanita yang sudah mulai pulih itu dan sudah bisa duduk serta tersenyum di tempat tidurnya."Apa kabarmu?" tanyaku. Aku menyalaminya dan dia menyambutku dengan senyum hangat, kondisi dirinya yang sedang hamil 6 bulan membuatnya nampak sulit bergerak dan sedikit gemuk."Aku baik. Aku semakin membaik.""Bagaimana dengan lukanya.""Memang nyeri, tapi aku baik baik saja," balasnya."Kau memang kuat.""Alhamdulillah.""Tapi kenapa kau mau melakukan itu untuk melindungiku. Andai kau biarkan saja lelaki itu menyerangku agar kau tidak mengalami hal seperti ini?""Tidak, Mas, aku merasa berguna menyelamatkanmu.""Tapi kau juga punya bayi di dalam perutmu bagaimana kalau bayi itu sampai meninggal gara-gara aku? Aku yakin suamimu tidak akan memaafkanku.""Tidak, Adrian tidak menyalahkanmu, dia
Aku bisa menangkap kemarahan pria itu, pria yang punya perusahaan multinasional dan cukup terkenal itu dia tidak akan melepaskan pelaku penusukan terhadap istrinya juga dalang dibaliknya.Tidak akan butuh waktu lama untuk tahu dan menangkap pelaku penusukan. Cukup memeriksa CCTV Rumah Sakit lalu memeriksa plat motor yang digunakan pelaku untuk melarikan diri dan tak lama kemudian polisi tidak akan kesulitan untuk melacak keberadaan pria tersebut, lalu menangkap dan mengintrogasinya kemudian mengungkap siapa pelaku di balik semua ini.Seperti yang kuduga, 10 menit kemudian Adrian didatangi oleh beberapa orang polisi Dia terlihat berbicara dengan serius dan mengantarkan petugas itu ke ruangan istrinya, polisi melihat keadaan Syifa dari balik kaca ruang perawatan dan terlihat mengerti apa yang diperintahkan oleh Adrian."Kami akan memeriksa kamera pengawas dan kami berjanji akan menemukan pelakunya secepatnya.""Istriku tidak pernah punya musuh bertengkar atau menyakiti orang lain saya
Aku dinaikkan kembali ke kursi roda lalu didorong dan dibawa masuk ke ruang tunggu. Bunda menangis dan pergi melihat mantan menantunya yang kini sedang kalang kabut ditolongi oleh dokter. Adrian juga nampak panik, terlihat berlari ke arah apotek untuk mencari kantung darah dan beberapa alat yang diperlukan. "Dorong ayah masuk ke UGD," ujarku pada anak anak."Dokter bilang nggak boleh masuk," ujar putriku dengan mata sembab."Kita harus liat keadaan Bunda.""Bunda ga sadar, dia dipasangi selang oksigen," ujar anak sulungku. Dengan didorong oleh mereka berdua kami tertatih masuk ke ruang UGD dan melihat betapa kalang kabutnya dokter yang ada di sana. Lantai lantai jadi kotor berserakan dengan kain kasa yang sudah berwarna darah, bahkan dari ranjangnya, Syifa juga mengalirkan dan cairan itu menetes dari brankar, membuat lantai jadi becek dengan warna merah yang membuat kepalaku pusing."Dokter gimana keadaannya?""Kami sedang memberikan pertolongan. Dia mengeluarkan darah yang begitu b
"Bu, berangkat dulu.""Apa kau akan sepanjang hari di gym?""Iya.""Baiklah, kalau begitu. Ibu mau menjenguk ayahmu di pusat perawatan lansia.""Iya, apa ibu akan butuh uang?""Ibu masih punya simpanan.""Baiklah kalau begitu Ibu hati-hati juga."Setelah mencium tangan halus dan mengecup kening ibuku tercinta, aku segera mungkin berangkat menggunakan motor menuju ke gym yang berada 20 KM jauh dari rumah.Berkendara sambil menikmati suasana kota dan sejuknya udara pagi, sambil menatap pohon rindang yang ada di sebelah kanan kiri jalan, membuatku sedikit menikmati perjalanan. Telah sedikit saja aku bisa terjebak macet ditambah cuaca mulai panas maka hati akan mudah runyam. Aku mengemudikan motor sambil mendengarkan alunan musik pelan di headset yang ku pasang di telinga.Karena ingin mempersingkat waktu aku mengambil jalan pintas, memotong melewati blok-blok bangunan dan jalan yang sepi. Hingga tiba di sebuah Jalan yang berada di belakang barisan ruko-ruko besar. Aku menyadari sebuah mo
Aku tidak menyangka bahwa penolakanku tempo hari adalah petaka.**Aku merasa bersalah kepada dinda tapi menimbang bahwa sudah begitu jauh masalah yang terjadi karena kami nekat bersama, akhirnya aku memutuskan untuk mengalah dan mengakhiri semua ini.Ya, aku memutuskan untuk batal rujuk dan mengejarnya lagi. Meski tadinya aku melihat cinta untuknya akan memperbaiki hidupku dan memperlancar jaringan bisnis, serta menaikkan pamorku sebagai dokter yang berprestasi, tapi nyatanya semua itu gagal.Aku beruntung karena aku hanya dipenjara selama beberapa bulan, aku berhasil bebas dengan jaminan darinya, Sebenarnya aku merasa sangat berhutang Budi dan bersalah karena merugikan keuangan Dinda, aku ingin menebusnya tapi entah kenapa saat itu aku bodoh sekali. Seharusnya aku tidak menciptakan konflik antara aku dan istri kedua dengan cara terus-menerus menemui mantan istri pertama.Sebenarnya aku tidak akan membuat episode depresi Dinda jadi kumat andai aku tidak terus meluahkan waktu untuk m
Selepas kepergianku dari rumah mantan ibu mertua aku lanjutkan perjalanan menuju pusat kebugaran di mana mas Widi bekerja sebagai pelatih. Dulu dia hanya cleaning service tapi karena bentuk tubuhnya yang atletis dan wajahnya yang lumayan menarik serta keahliannya dalam memakai alat olahraga membuat pemilik gym merekrut dia sebagai pelatih.Kudengar berkat kehadiran mas Widi sebagai pelatih banyak wanita yang kemudian bergabung ke pusat kebugaran untuk mengecilkan tubuh mereka dan mendapatkan bentuk yang ideal. Aku aku percaya mereka bukan hanya ingin langsing tapi juga ingin mendapatkan perhatian mantan suamiku.Tidak, suamiku, seharusnya dia masih suamiku. Ketidakwarasanku membuat aku kehilangan suami dan seharusnya itu tidak terjadi."Halo nyonya, kenapa baru datang sekarang? sudah sebulan anda tidak mengunjungi pusat kebugaran," ucapnya yang sudah kenal padaku dan menyambutku dengan Ramah."Apa anda akan berlatih hari ini?""Tidak, Aku ingin bertemu dengan mas Widi.""Oh baik nyo
Terik matahari di siang ini cukup menyengat, angin yang bertiup terasa membawa panas saat aku tiba di rumah mantan ibu mertua. Kudorong pintu gerbang yang selalu tidak terkunci, kuarahkan pandanganku pada pintu utama yang diberi ornamen dari rotan yang dijalin dan bertuliskan selamat datang, dinding sebelah kiri yang difungsikan sebagai pagar ditumbuhi oleh mawar rambat beraneka warna, terasa begitu kontras dengan warna langit yang biru dan asrinya rumah itu. "Assalamualaikum."Aku mengetuk pintu dan sekitar semenit kemudian seseorang membukakannya. Saat mata kami bertemu wanita itu nampak terkejut, ia berkali-kali memastikan tanggapan matanya sampai aku menyapanya."Apa kabar Ibu?""Kau dinda kan?""Iya, boleh saya masuk.""Oh, ayo," ucapnya ramah. Dipersilahkannya aku duduk di kursi tamu, sementara di atas meja ada vas bunga yang diisi dengan bunga-bunga segar. Dari dulu, ibu mertua katanya sangat pandai merangkai bunga."Bunganya bagus," ucapku canggung, wanita itu tersenyum t