Share

6. gagal

Sepupuku terkejut karena belum satu jam, aku sudah kembali ke rumahnya. Dia yang nampak sedang melayani tamu tergesa-gesa menghampiri diri ini untuk bertanya apa yang terjadi.

"Hmm, bagaimana, apa kau dapat jawaban di rumah sakit?" tanyanya dengan antusias.

"Tidak, aku malah ditimpa masalah."aku menceritakan apa yang terjadi dan refleks saja sepupuku itu tergelak, aku mendengkus sementara ia terbahak-bahak.

"Maaf ya .. bukan yang aku tidak punya simpati tapi apa yang menimpamu ini benar-benar keanehan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku tegang sekaligus merasa miris dan melihat ini seperti sebuah komedi penyelidikan."

"Ah, kau ini," ujarku melengos.

"Tuh kan kau berusaha untuk memata-matai suamimu tapi kau dipaksa untuk mengeluarkan uang Rp.500.000."

"Gapapa lah, mungkin berkah bagi pasien itu, aku juga ikhlas memberi kok."

"Iya, iya, Semoga Allah membalas kebaikanmu," ucap Rina sambil menepuk bahuku.

"Tapi tetap saja .. aku penasaran dengan Si misterius yang bilang kangen itu, aku ingin tahu dia siapa, aku ingin sekali menjambak dan mencabik-cabik wajahnya. Beraninya dia menggoda suamiku yang milikku seorang!"

Aku memicingkan mata dengan penuh dendam tapi sepupuku itu malah makin tertawa mengingat apa yang baru saja terjadi.

"Kenapa kau tertawa."

"Maaf," ucapnya sambil menggeleng gelengkan kepala. Sekali lagi aku mendengkus dengan kesal. Ada ada saja!

"Apa mungkin harus kukosongkan saja rekeningnya agar dia tidak bisa saling mentransfer lagi."

"Eh kau pikir orang yang berselingkuh akan berhenti sampai di situ, mereka bisa menggunakan akun e-commerce atau berselingkuh di aplikasi yang ada fitur bisa mengirimkan pesannya. Kau pikir dunia ini selebar daun kelor dan akal manusia terbatas? orang yang punya niat untuk berselingkuh pasti menemukan cara meski itu main di dalam lubang semut."

"Ya, ampun...." Aku frustasi sekali, teka-teki yang ada di kepalaku seperti puzzle yang tidak kuketahui di mana potongan lainnya, aku bingung dan tidak tahu harus bagaimana.

"Haruskah aku bertanya langsung dan mendesak kejujuran suamiku."

"Iya, kalau dia jujur tapi kalau dia berbelit-belit bikin alasan dan menimbulkan pertengkaran bagaimana? kau dan dia akan renggang lalu lelaki itu akan makin menyembunyikan hubungannya dengan cara yang lebih sulit kau ketahui lagi, di samping itu, ia akan lebih akrab dengan selingkuhannya."

"Terus aku bagaimana, kenapa semua jalan untuk mengetahui yang sebenarnya seperti buntu. Aku harus bagaimana?"

"Kenapa tidak kau ambil nomor rekeningnya dan transfer balik agar kau tahu itu rekening siapa."

"Nomornya disensor bahkan namanya juga tidak jelas karena diganti dengan kode."

"Kok bisa?"

"Itulah keanehan yang tidak aku ketahui sampai sekarang!"

Intonasi suaraku yang gemas membuat Rina kaget, ia segera melotot padaku dan memintaku untuk tetap tenang agar tidak mengalihkan perhatian semua tamu yang sedang menghadiri syukuran rumah barunya

Ah, aku gemas sendiri.

"Kalau begitu kita harus bertanya kepada petugas bank?"

"Kau pikir petugas bakal membocorkan privasi pengguna?"

"Ah, iya juga, tapi untuk tujuan investigasi kejahatan pihak bank pasti mau bekerjasama dengan polisi."

"Haruskah aku melaporkan suamiku dengan pasal perselingkuhan. Polisi akan minta bukti sementara aku kebingungan untuk mencari cara mengambil bukti dari ponsel Mas Widi, setiap kali memegangnya, si pemilik selalu memergokiku."

"Jadi kau tidak mengambil tangkapan layar?"

"Tidak."

"Biasanya mutasi rekening terbatas hanya sampai 7 hari ke belakang atau paling banyak 1 bulan. Dan semakin waktu bergulir, bukti itu akan menghilang," ucap Rina sambil terlihat berpikir keras.

"Iya. Jadi jika aku menunjukkan kecurigaan dan tahu kalau dia melakukan chat di m-banking, dia pasti akan menghentikan kegiatan itu dan pasti melancarkan rencana yang lebih sulit aku ketahui. Ah, ya ampun..."

Kini aku merasa perutku mulai pedih, kepalaku pusing, aku bahkan lupa meneguk air dan mengambil sarapan di rumah saking buru-burunya diri ini untuk segera menguntit suamiku. Aku lapar, haus, dan resah gara-gara Si misterius itu. Tunggu saja kalau aku tahu siapa identitasnya, akan kuberi dia pelajaran karena sudah membuatku gelisah berhari-hari.

"Satu-satunya harapanku ... berharap bahwa mereka melakukan janji ketemu di suatu tempat, hanya itu cara untuk mengetahui siapa dia sebenarnya."

"Apa kau sudah siap dengan kenyataan yang ada dan siap untuk menghadapi kalau wanita itu ternyata lebih cantik dari dirimu?"

"Kalau dia wanita, meski aku akan murka tapi itu tidak akan lebih besar dibandingkan dengan murkanya aku kalau dia laki-laki. Aku benar-benar akan menggila."

"Kau ini, ada ada saja," ucap Rina terkejut.

'"Dunia juga sudah gila, Rin."

"Astagfirullah..." Sepupuku itu hanya bisa mengelus dada sambil menggeleng-gelengkan. Perkara perselingkuhan saja sudah berat apalagi kalau perselingkuhan itu ditambah dengan bumbu 'pelangi' wah genap sudah.

"Sudahlah jangan terlalu menegangkan pikiranmu. Aku justru merasa kalau dia sedang chat dengan keluarganya sendiri. Dan dia tidak berani memberitahumu." Rina mencoba menghibur.

"Meski Itu keluarga sendiri ...mereka tidak akan bilang sayang, dan enak enak."

"Ya Allah..." ucap Rina yang seperti gagal mengais nafas. Dia juga tidak habis pikir.

"Semoga mereka janji ketemu di suatu tempat, ya."

"Mungkin aku yang harus memancingnya dengan mengajak anak-anakku pergi ke rumah ibu mertua selama beberapa hari. Akan kubiarkan Mas Widi sendiri saja di rumah sehingga kalau dia kesepian dia bisa mengajak kekasihnya bertemu. Suamiku tipikal lelaki yang harus selalu dilayani. Sementara aku pergi, akan kupancing si misterius itu untuk keluar sendiri."

"Kau yakin kau bisa."

"Kan' percakapan mereka ada di m-banking, mutasi rekening tidak bisa dihilangkan."

"Ah, betul juga. Kau sadap panggilan dan W******p suamimu, aku yakin sesekali mereka akan bicara di telepon biasa atau w******p."

"Betul, nanti kalau ada waktu aku akan instal aplikasi penyadapnya."

"Bagus."

"Kalau begitu aku pulang dulu ya, aku harus jemput Farisa. Hari ini benar-benar hari yang berat. Aku rugi setengah juta uang administrasi."

"Syukurnya, kau tak bayar biaya operasi, sudah ikhlaskan saja," ucap Rina sambil tergelak dan melepaskan kepergianku.

Ah, miris dan lucunya hidupku. Namun, tetap saja, sensasi rasa diselingkuhi itu sangat menyakitkan dan menusuk hati. Meski Aku berusaha tertawa dan bercanda, tapi di lubuk hati ini yang terdalam aku benar-benar merasa sangat sedih, kadang aku berharap sembari berdoa bahwa itu semua bukan perselingkuhan dan hanya sesuatu yang tidak disengaja. Tapi fakta sangat berbeda, kenyataannya benar benar tak bisa dibantah. Andai aku punya kekuatan untuk langsung bertanya atau menyiapkan mental untuk bertengkar...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status