Elica Pov.
Kami telah sampai di kediaman Alex. Sebenarnya menyebut nama nya saja membuat ku mual. Apalagi sekarang aku harus satu atap dengan pria itu.
Entah apa yang dia lihat kepada ibuku. Melihat mansion nya yang sangat besar aku yakin dia sangat kaya. Bagaimana tidak, dia memang seorang CEO muda. Di usia nya yang baru menginjak 28 tahun dia sudah memiliki semuanya. Harta, tahta, tapi sayang dia salah memilih wanita. Kenapa harus ibuku. Padahal di luar sana aku yakin banyak wanita yang dengan suka rela melemparkan diri kepada nya.
Aku hanya diam ketika sudah masuk ke dalam ruang tamu.
"Kenapa diam saja elica, ayo ikut Mommy. Biar Mommy antar ke kamarmu. Kamu pasti suka"
Aku menatap Mommy dengan tajam, apakah ibunya sangat bangga dengan harta milik orang lain ini.
Aku tetap diam, tidak membalas ajakan mommy.
Sebenarnya aku belum menerima ini semua. Semua terasa mimpi. Aku memikirkan Daddy yang sekarang dirumah sendirian.
"Biar aku saja sayang, yang mengantarkan Elica ke kamar nya. Kau istirahat saja" ucap pria itu tiba-tiba.
"Baiklah sayang"
"Ayo Elica, ikut dengan ku. Kamarnya ada diatas"
tuntun nya kepada ku. Baiklah sekarang aku hanya bisa mengalah mengikuti nya dari belakang.
Elica end.
Alex pov.
Sepertinya hubungan ku dengan Hilda akan ada hambatan. Benar, anak Hilda ini lah yang akan menjadi masalah nya. Tapi aku tidak akan diam jika dia mengacaukan semua nya. Bahkan jika harus menyingkirkan Elica sekalipun. Meskipun dia anak kandung dari kekasih ku Hilda. Karena rasa cinta ku kepada Hilda sangat besar.
Aku menuntun nya menuju kamar nya di lantai dua. Aku sengaja memberinya kamar satu lantai sama dengan kamar ku. Waspada jika dia melakukan hal yang tidak terduga. Sedangkan kamar kekasih ku Hilda ada di lantai satu. Itu permintaan nya karena kemauan Hilda sendiri alasan usia hilda yang sudah 48 tahun.
Memang usia ku dan dia cukup jauh yaitu 20 tahun. Tapi aku tidak memperdulikan nya. Saat pertama aku melihat hilda. Saat itu pula aku jatuh cinta kepada nya. Sosok nya yang begitu anggun dan keibuan membuat ku terpesona.
"Ini kamar mu, beristirahat lah. Jika kau butuh sesuatu kau bisa panggil aku. Kamarku ada disebelah kamar mu"
aku membuka kan pintu dan membawa barang nya ke kamar yang berat.
"Apa kau tidur satu kamar dengan Mommy?" Tanya nya ketika aku kan pergi
"Tidak. Kami akan tidur satu kamar ketika kami sudah menikah"
" Jangan bermimpi, sampai kapan pun kau tidak akan bisa menikahi Mommy"
Aku yang mulai terpancing, akhirnya mengurungkan niat ku untuk keluar dari kamar itu.
"Baiklah. Kita lihat saja nanti siapa yang menang. Kau atau aku. Elicasandra Alister"
Aku mendekati nya dan berbisik untuk menggertak nya. Aku harap dengan cara ini dia bisa mengerti siapa aku.
"Tidurlah, jangan lupa kunci pintu nya" entah dorongan dari mana aku malah mengecup kening nya. Dan pergi keluar dari kamarnya.
Alex end.
Author pov
Hari mulai pagi. Terlihat seorang wanita sedang sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan, dia adalah hilda. Senyum di wajah nya tidak hilang. Entang mengapa dia merasa sangat gembira hari ini. Orang yang dia sayangi yaitu Alex kekasih nya dan Elica anak nya bisa berkumpul bersama.
"Pagi sayang" ucap Hilda kepada Alex yang sudah duduk di meja makan
"Iya sayang, masak apa hari ini" tanya Alex
"Aku membuat Sandwich special untuk mu. Oh hai, Pagi Elica sayang" ucap sang ibu yang melihat Elica menuju ruang makan. Tapi Elica hanya diam tidak membalas.
"Apa tidur mu nyenyak sayang? Ini Mommy sudah buat kan sarapan special untuk mu" Hilda begitu bahagia tapi tidak dengan Elica. Tanpa mereka berdua sadari Alex tengah memandang elica sejak tadi.
"Hari ini Mommy akan ke butik, jadi mungkin kau akan bersama om Alex berdua. Karena ini weekend jadi om Alex libur. Kau bisa mengobrol agar lebih akrab dengan nya. Bukan begitu sayang" celoteh Hilda panjang lebar tapi Elica hanya menghiraukan nya
"Aku akan berangkat kuliah mulai besok, tidak sudi jika harus terus menerus melihat kalian" ketus Elica
"Elica, jaga bicaramu. Tidak kah kau punya sopan santun?" Hardik hilda.
Alex yang menyaksikan itu hanya diam. Dan Elica pun hanya menggerakkan bahunya, lalu acuh.
"Aku sudah selesai. Aku akan kembali keatas Mom"
Mendengarkan hal itu hilda hanya menarik nafas nya. Mood nya hancur hanya karena ucapan Elica.
Dan Alex tetap melanjutkan makan nya dan tetap diam.
Hari pun berjalan dengan cepat. Siang pun berganti malam.
Dan Alicia pun keluar dari kamar nya untuk turun ke dapur karena haus.
Melewati tiap ruangan. Ternyata semua nya sepi. Mungkin Mommy nya belum pulang. Dan pria itu pasti sedang di ruang kerja nya. Karena ruang kerjanya tadi ia melihat lampu nya menyala.
Sekelabat Elica mendapatkan ide. Yah dia haruse hancurkan hubungan ibu nya dan Alex secepatnya. Karena itu adalah tujuan dia disini.
Alex yang sedang berada di ruang kerja nya terlihat sedang fokus ke layar komputer. Walaupun hari ini libur tapi dia tetap bekerja di rumah bedanya jika dirumah dia bekerja menggunakan piyama tidur.
Tiba-tiba ruang kerja nya terbuka, Alex pun menghentikan jarinya yang sedang mengetik di laptop dan menatap ke pintu. Dia terkejut ternyata itu adalah Elica yang membawa secangkir kopi.
"Apa kau sedang sibuk Mr. Dawson?"
Tanya Elica yang sengaja di buat lembut
"Ada apa kau kemari?"
"Aku membuat kan mu kopi, sepertinya kau kan lembur. Tenang saja itu tidak ada racun nya" mendengar hal itu Alex hanya berdecih
" Kau kira aku percaya begitu saja, cepat katakan apa mau mu dan pergilah"
Elica hanya membuang nafas perlahan mendengar hal itu
"Hmm baiklah. Besok kan aku akan kuliah. Boleh tidak jika kau memberi ku sebuah mobil" ucap Elica dibuat merayu ke Alex sambil memainkan ujung rambutnya. Dan Alex yang mendengar hal itu hanya tersenyum miring. Dia mengerti sekarang.
"Rupa nya secangkir kopi yang kau buat harganya sangat mahal ya"
"Bukan kah kau yang kemarin bilang akan memberikan aku apa saja jika aku ikut dengan Mommy? Lagipula kau kan sangat kaya. Apa kah kau keberatan? Hmm." Elica mulai berani beranjak dan duduk di pangkuan Alex sambil membelai pipinya .
"Lalu apa yang aku dapat jika aku memenuhi kemauan mu, Elica"
Elica terlihat berfikir dengan wajah yang dibuat-buat.
"Tentu saja ibuku"
Alex hanya tersenyum kecut.
"Aku sudah memiliki nya Baby, yang lain" ucap Alex berbisik ke telinga elica.
" Lalu kau minta apa, bukan nya kau sudah memiliki semuanya"
"Beri aku ciuman Baby, maka aku akan memenuhi nya"
"Baiklah"
Elica pun dengan segera mencium bibir Alex. Hanya sekejap. Tapi siapa sangka Alex malah menahan rahang Elica di pangkuan nya, posisi mereka sangat intim. Elica pun terkejut, dia mencoba melepaskan rengkuhan tangan Alex tapi tenaga Alex lebih besar.
Alex yang sudah terbawa napsu justu malah melumat bibir Elica. Hingga ciuman itu terasa menuntut untuk melakukan lebih. Entah kenapa ciuman nya dengan Elica kali ini terasa lebih nikmat. Bibir Elica sangat manis. Tidak rela rasa nya jika Alex melepaskan bibir itu. Tapi Alex pun tau Elica mulai kehabisan nafas, dan diapun memindahkan bibir nya ke leher elica. Membuat bercak merah di sana. Mencium, menjilat, menyesap dengan kuat ke leher Elica. Hingga menyebabkan tanda kemerahan di leher Elica.
"Akhhh"
Suara desahan Elica pun keluar. Alex tersenyum miring mendengarnya membuat nya semakin bersemangat mencumbu Elica. Dia pun mulai membuka 2 kancing baju Elica dan membuat tanda merah juga di dada Elica.
"Hentikan brengsek, Mommy sudah pulang, akhh"
Walaupun Elica dicumbu habis oleh Alex. Tapi dia masih mendengar suara mobil di bawah pasti itu ibunya yang sudah pulang. Dia pun mendorong Alex sekuat tenaga dan tautan mereka terlepas.
"Kau menikmati nya Baby?" Tanya Alex di telinga Elica dengan berbisik. Namun Elica masih mengatur nafas nya.
Dia pun berdiri dan membenarkan rambut dan baju nya yang sudah berantakan. Dia harus segera keluar sebelum ibu nya tahu.
"Dasa pria brengsek" umpat Elica ke Alex dan keluar membanting pintu.
Alex yang mendengar nya hanya tertawa. Gemas dengan tingkah Elica. Dan hal aneh nya apa yang dia lakukan kepada Elica berbeda rasa nya saat dia lakukan dengan Hilda. Dengan Elica rasa nya dia ingin lebih dan lebih.
" Ternyat anak mu sendiri yang akan menjadi duri dalam hubungan kita, Hilda"
TBC
Aaaa kepanjangan yah. Maaf yahh..
Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar
Elica POV.Entah sampai berapa lama aku akan bertahan. Disakiti oleh orang yang sama dalam waktu yang berulang-ulang. Sakit, adalah hal paling akrab dengan ku akhir-akhir ini, seperti luka yang basah dan selalu di beri garam saat aku bersuara.Kau, bukankah dulu pernah mengatakan mencintai ku. Ucapan mu bagaikan angin yang berhembus ke telinga ku, terdengar meyakinkan tetapi cepat berlaluJika memang takdir tidak mengizinkan ku bahagia, lalu mengapa aku selalu berikan rasa sakit oleh dia. Aku lelah, bagaikan pasir putih yang diterpa ombak laut, aku ingin menghilang. Terkadang aku berpikir, Kenapa Tuhan memberikan ku seorang malaikat kecil, yang kini berada di perutku. Aku bahkan tidak bisa menjaga diri ku, tetapi kenapa Tuhan menitipkan nya pada ku. Aku sungguh tidak mampu, maafkan aku."Kepala ku pusing sekali" aku membuka mata ku seraya memegangi kepala ku, dan tersadar jika semalam aku tertidur di samping ranjang dengan posisi terduduk.Aku ingat jika aku menangis sangat lama dan
Alex menghentikan laju mobil di depan sebuah gedung yang cukup tinggi. Pria itu membawa koper yang biasa dibawa untuk bekerja, dan kemungkinan didalam nya terdapat dokumen yang sangat penting.Berjalan menghampiri meja resepsionis yang menyambutnya dengan sapaan sopan. Setelah Alex mengatakan jika dirinya telah memiliki janji dengan sang pimpinan, si resepsionis tersebut pun mengantar Alex menuju ke ruangan yang bertuliskan "Direktur".Mengetuk pintu ruangan tersebut satu kali dan tidak lama terdengar suara dari dalam yang mengizinkan nya untuk masuk."Tuan Andrew" sapa Alex sesaat setelah membuka pintu dan masuk keruangan itu."Oh Alex, kau datang. Silahkan duduk" ujar Tuan Andrew yang tidak lain adalah ayah dari Bianca.Kedua orang tersebut memang sudah memiliki janji untuk melakukan kerja sama antar perusahaan. Tuan Andrew seorang pemilik Hotel berkelas di kota New York, yang meminta agar Alex bisa bekerja sama dengan perusahaan miliknya. Karena pria paruh baya itu sangat mengingi
Curang itu adalah salah satu cara dari permainan, yang terpenting adalah menang.Permainan ini sangat lah melelahkan. Bukan hanya diri ku tapi hati ku juga merasakan hal yang sama. Perasaan ku bagi mu seolah hanyalah sebuah tali, yang kadang kau tarik dan kadang kau ulur kembali.Jika kehadiran ku hanya untuk melihat sandiwara, harus nya kau juga bisa bersandiwara untuk tidak mengetahui keberadaan ku.********"apa?"Elica menggelengkan kepalanya tegas, tentu saja dia sangat menolak hal tersebut."Tidak. Dia anak ku Alex, kau tidak bisa mengambil nya."Alex terlihat berdiri dari duduknya. Pria itu menghampiri Elica yang kini terlihat berantakan dan lagi bekas air mata di pipi nya yang masih belum menghilangkan sempurna. Menggambarkan jika perempuan itu sedang panik."Aku akan memberi mu pilihan. Tinggalkan
"Elica..." Ucap Alex"Hm""Bisakah kedepan nya kita hidup bersama menjadi satu keluarga?"Keduanya saling bertatapan cukup lama, karena Elica juga tertegun dengan ucapan Alex baru saja.Elica lah yang memutuskan kontak mata dengan Alex, dia tersenyum seraya melihat kearah perut nya yang sudah besar itu.Dia mengelus perut nya sendiri dengan lembut, layaknya dia tengah menyentuh calon buah hati nya secara langsung."Kau sering mengatakan hal itu Alex, dan kau pasti tau jawabannya." Ujar Elica dengan tenang."Tapi kau tidak memberi ku kesempatan apapun Elica." Sahut AlexElica menatap lagi Alex dengan tatapan hangat. "Bukankah kita bisa mengasuh anak ini bersama-sama, tanpa harus ada pernikahan. Apakah itu bukan suatu kesempatan bagi mu?" Tanya Elica yang mulai serius."Tidak cukup
Jika kau menyakiti ku satu kali, maka aku akan mencari alasan seribu kali untuk memaafkan mu lagi. Namun jika kau nyaman dengan masa lalu kelam mu, maka aku akan memilih pergi dengan harapan kecil pada masa depan. Tapi satu hal yang harus kau ingat, saat aku pergi mungkin aku tidak akan pernah kembali untuk jatuh lagi pada kesalahan yang pernah ku perbuat.Kesalahan karena aku di pertemuan dengan mu, kesalahan karena aku memberikan semua dunia ku padamu, dan kesalahan karena aku mencintaimu.*****Terlihat mobil BMW berwarna hitam milik Alex memasuki pelataran rumah besar. Tidak lama pria itu keluar dari mobil tersebut dan membanting pintu mobil saat menutup nya kembali.Alex dengan ekspresi wajah dingin nya langsung masuk begitu saja ke dalam rumah.Dia terlihat berantakan karena masih menggunakan pakaian yang kemarin dia kenakan. Hanya saja yang kurang jaket yang di pakai nya tadi malam tida
Konten 18+Dibawah umur harap sadar diri. Dosa ditanggung sendiri.Bianca sangat kesal pada Alex yang terang-terangan mengusir nya dari rumah besar. Padahal tadinya Bianca merasa senang karena Alex tidak pulang bersama Elica, namun apa yang dia dengar dari mulut Alex membuat nya sangat Emosi."Aku tidak mau pergi. Aku akan membicarakan hal ini pada ayah ku, jadi kau tidak bisa mengusirku begitu saja Alex" pekik Bianca yang merasa tidak terima."Itu terserah pada mu. Yang jelas aku lah pemilik rumah ini jadi kau tidak bisa menentang apa yang aku ucapkan"Setelah mengatakan itu, Alex pun memilih pergi meninggalkan Bianca dan berjalan menuju kamarnya yang ada di atas. Bianca melihat punggung Alex yang mulai menghilang dengan tatapan tajam nya.Sejak awal tujuan nya kemari adalah ingin memiliki Alex. Ternyata benar kabar yang beredar jika Alex merupakan orang yang sulit di tak