Seorang pria yang mengenakan baju berjas putih memasuki sebuah kamar di rumah sakit. Pria tersebut terlihat menatap tajam kearah seorang wanita paruh baya yang sedang tertidur di atas ranjang nya. Dengan gerakan perlahan tanpa suara, pria itu menyuntikkan sesuatu ke dalam infus pasien wanita tersebut.
Setelah selesai, pria yang berpakaian ala dokter itu langsung keluar meninggalkan kamar tersebut. Dan tiada yang menduga jika pria itu adalah seseorang suruhan Alex yang sengaja ditugaskan untuk mencelakai Hilda yang kini sedang dirawat dirumah sakit.
Entah apa yang di masukan dalam jarum suntik tadi, namun karena kelalaian seseorang yang tidak menjaga Hilda, wanita itu kini sedang dalam bahaya.
***
Di apartemen Bella.
Elica sedang membereskan pakaian nya kedalam koper. Dia berniat akan pergi ke Seattle hari ini, mengingat kejadian semalam yang dilakukan Devan pada nya, membuat dia
Malam ini Elica sudah sampai di Seattle. Dia sampai di sebuah rumah yang terlihat sudah lama tidak berpenghuni. Tadi nya dia pikir rumah ini akan terlihat menakutkan, tetapi walaupun tidak ada penghuni didalam rumah tersebut masih terlihat rapi. Hanya lampu dihalaman saja yang menyala, itu berarti Elica harus mencari saklar lampu didalam. Sedikit ada rasa takut di benak Elica, tapi sebisa mungkin dia menepis pikiran negatif nya tentang hantu. Konyol jika dia masih mempercayai hal mistis tersebut.Setelah masuk melangkah menuju pintu rumah tersebut, tangan nya menggenggam erat koper yang dibawakan nya. Sedangkan tangan satunya dia gunakan untuk menyalakan lampu flash dari ponsel nya mencari saklar lampu.Semua lampu diruangan tersebut menyala. Dan rumah itu ternyata masih terawat dengan baik, hanya perlu dibersihkan debu nya saja, pikir Elica.Elica memilih langsung beristirahat dikamar. Dia meletakan koper nya disudut kamar tersebut.
Bryan dan Elica pergi ke sebuah Klinik untuk mengobati luka yang ada di dahi Elica. Meskipun hanya sedikit tergores tetapi Bryan melihat akibat benturan tadi menjadikan dahi Elica membiru.Setelah selesai diobati, Bryan pun langsung mengantarkan Elica pulang. Namun Elica bilang jika dia ingin bertemu terlebih dahulu dengan sang ayah. Karena sudah dua bulan dia tidak melihat nya. Dan Bryan pun hanya menuruti saja.Didalam mobil Elica tampak melamun dan hanya melihat kearah luar jendela. Sepertinya dia masih sedikit syok dengan apa yang terjadi pada ibu nya. Tidak ada sedikit pun dibenak Elica jika ibu nya akan gila. Dan lebih parah nya dia sudah tidak mengenali Elica lagi. Air mata Elica tiba-tiba menetes, karena dia merindukan sosok sang ibu yang selalu menyayangi nya."Hei.. kau menangis?" Tanya Bryan saat mendengar Elica yang sesenggukan.Dan Elica membalas dengan gelengan kepala. Dia dengan cepat
Setelah pertengkaran itu akhirnya Alex berhasil membawa Elica kembali dengannya. Keduanya kini berada di dalam mobil dan tidak ada satu pun yang membuka suara.Elica memilih diam karena marah dengan Alex yang membawa nya paksa, sedangkan Alex diam karena tidak ingin memulai lagi pertengkaran dengan Elica.Dua orang yang memiliki ego sama besar, membuat hubungan Alex dan Elica bagai tiada ujungnya. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang bersedia mengalah dengan prinsip yang mereka pegang.Mobil yang ditumpangi Alex dan Elica pun sampai di sebuah rumah besar. Bagian depan nya terlihat luas namun suasana asri masih melekat di halaman rumah tersebut. Keduanya pun turun dari mobil dan berjalan kedalam rumah.Sesampainya didalam, seorang wanita tua berusia sekitar 50 tahunan menyapa Alex dan Elica dengan sopan."Selamat datang tuan muda, saya tidak menduga anda akan pulang ke rumah
Di rumah besar, Elica terlihat sedang duduk melamun di balkon kamarnya. Semilir angin menerpa wajah cantik nya dengan lembut. Entah mengapa malam ini dia terlihat Gelisah tanpa alasan hingga di tidak bisa tertidur. Tidak berselang lama terdengar ponsel nya berdering yang berada diatas ranjang tidur nya, dengan segera Elica pun berjalan kedalam kamar untuk mengangkat panggilan tersebut. Dan ternyata Bryan lah yang menelpon dirinya."Halo Bryan.."("Halo Elica, kau baik-baik saja? Aku sedang di Seattle ingin menemui mu. Tapi tidak ada. Kau berada dimana?")Tanya Bryan dengan cemas, dan Elica baru teringat jika dia belum memberitahu pada Bryan jika dia kini sedang berada di kediaman rumah Alex."Astaga Bryan, maafkan aku. Aku lupa memberitahu mu. Kemarin Alex datang ke Seattle dan membawa ku bersama nya" jawab Elica.("Apa, lalu apa yang terjadi? Apa dia menyakiti mu?") 
Setelah pembicaraan antara Irene dan Elica semalam, keesokan harinya keduanya pun terlihat lebih akrab.Tadi nya Elica mengira jika Irene adalah wanita yang pelit bicara tapi hal itu ternyata salah. Irene justru lebih menampakkan sosok keibuan nya pada Elica dan membuat Elica menjadi nyaman walaupun keduanya baru saja kenal. Bahkan Irene pun menyuruh Elica memanggil nya dengan sebutan "Tante" sama seperti Alex memanggil Irene."Ini untuk mu Elica" ujar Irene pada Elica dengan memberikan sebuah krim"Ini apa?" Tanya Elica bingung saat menerima benda tersebut."Itu krim yang bisa di pakai untuk perut ataupun di bagian tubuh mu yang lain. Bisa menghilangkan Stretch Mark karena kehamilan juga, kau itu masih sangat muda jadi sangat sayang jika perut mu memiliki banyak bekas setelah kehamilan.""Baiklah terima kasih Tante Irene""Sama-sama Elica"Keduanya pu
Sesudah sarapan tadi, Bianca lebih memilih untuk menahan emosi dan rasa ingin tahu nya. Mungkin nanti dia akan langsung bertanya pada Alex empat mata tentang hal yang diungkapkan Irene tadi. Bianca sudah paham betul jika Tante dari Alex tersebut tidak menyukai dirinya, namun hal itu tidak memupuskan keinginan Bianca untuk mendapatkan Alex. Dan entah mengapa, Bianca pun kini sangat tidak menyukai perempuan bernama Elica itu. Jika dilihat, sepertinya usia Elica masih di bawah Bianca. Hal itu malam membuat Bianca semakin bersemangat untuk tidak kalah dari Elica si anak kecil. Karena Bianca yakin, perempuan itu tidak lebih dari seorang pelacur seperti hal nya perempuan di luar sana yang gila harta. Sedangkan Irene dan Alex terlihat sedang duduk bersama di ruang tv, melihat acara yang sebenarnya sangat membosankan. "Tante akan mengajak Elica keluar hari ini" ucap Irene membuka suara namun dengan m
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Irene terbangun dari tidurnya karena tenggorokan nya terasa kering, dia pun memilih untuk beranjak mengambil air yang berada di atas nakas kecil di sudut kamar. Namun sayangnya gelas tersebut sudah kosong, dan membuat dirinya harus turun ke dapur untuk mengisi air lagi.Seluruh ruangan terlihat gelap saat Irene menuruni tangga, pikir nya mungkin semua orang sudah tertidur. Setelah selesai mengisi air pada gelas kembali, Irene langsung naik lagi ke lantai dua kamar nya berada. Namun dia melihat sedikit cahaya dari ruangan kerja Alex karena pintu tidak tertutup dengan sempurna.Menandakan jika Alex belum tidur. Irene dengan membawakan gelas yang ada di tangan nya pun berjalan menuju ruang kerja Alex. Langkah pelan nya tidak menimbulkan suara sedikit pun. Tetapi sesampainya dia di depan ruangan tersebut, Irene mendengar Alex sedang berbicara. Dan pikir nya mungkin Alex sedang menerima telepon. Akhirnya Iren
Hari ini terlihat cerah. Cahaya matahari pun masuk ke celah jendela kamar Elica. Dia menggeliat pelan dari tidurnya yang terasa nyaman, perlahan Elica pun membuka matanya. Rupanya hari sudah pagi, Namun raut wajahnya seketika itu terlihat berubah. Sesaat setelah semua nyawanya terkumpul karena tidur nyenyak nya dan teringat kembali jika kejadian kemarin yang dia alami bukanlah mimpi. Elica tersadar jika sekarang dia sudah tidak memiliki sosok ibu lagi.Mata sembab dan lingkaran hitam di bawah mata nya adalah bukti jelas bahwa kemarin dia tidak hentinya menangis mengiringi kepergian sang ibu. Dan hari ini dia kembali menangis, entah sampai kapan duka di hati nya hilang.Elica pun memutuskan untuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.Dan setelah menghabiskan 30 menit, akhirnya Elica keluar dari kamar nya berjalan kearah dapur. Dia melihat ayah nya sedang membuat sesuatu disana."Dad.."Alber