Siang harinya Shanum mencoba mengecek persediaan barang yang ada di agennya ditemani bersama beberapa anak buahnya untuk sekaligus stock opname.
"Apa aja barang yang kosong, Tan? Biar sekalian belanja mumpung masih siang?" tanya Shanum."Minuman ini, biskuit ini juga tinggal satu, teh kotak, sama apalagi ya...""Ditulis aja Tan.""Oke bu juragan."Intan pun menuliskan sesuai yang dititah setelah dirinya mengambil kertas sobekan. Mencatat segala macam yang kosong dan perlu distok ulang.Mendadak Intan teringat sesuatu. "Oh iya bu, waktu itu aku lupa kasih tau kalo waktu itu suami ibu ngambil 10kg beras. Ibu udah tau kan?""Mas Jaka? Ngambil beras?" tanyanya curiga."Iya, udah bilang ke ibu kan ya? Katanya mau dikasih ke ibunya bu juragan."Ia membatin heran. "Kok bisa sih dia ngasih ibu tapi gak bilang-bilang aku? Aneh banget, ibu juga enggak ngomong kalo dikasih beras sama mas Jaka." batinnya.Malam harinya."Kamu tuh WA-an mulu sama si Ghea-Ghea itu! Ibu kan bilang jangan pacaran. Sekarang pokoknya kamu harus putusin dia!" ucap Shanum."Emang kenapa si Bu? Ghea juga orang yang baik, pinter lagi. Kita enggak ngapa-ngapain kok." dalihnya. "Kalo enggak, Ibu mau Gavin kenalin sama Ghea? Besok Gavin bawa Ghea kesini deh." ucap Gavin.. "Yah, hapenya. Astagfirulloh Bu, kenapa hapenya malah dibawa?" keluh Gavin di ujung sana.Shanum coba membuka pintu dan keluar dengan mengantungi ponsel Gavin di saku dasternya. Shanum coba berdiri disana seraya melihat ke atas langit. Langitnya cukup cerah dan udaranya juga sejuk. Kini Shanum mencoba untuk duduk di kursi depan rumah seraya kembali melihat ponsel Gavin.Shanum penasaran apakah ada foto Ghea itu di galeri fotonya. Shanum pun buka kunci ponselnya dan lihat ke galeri foto, Shanum scrolling sebentar lalu yang didapati tak lain foto Gavin yang begitu banyak berjejer. "Tampannya anak lelakiku ini dan juga... narsis! Dia ini mirip siapa sih? Perasaan aku enggak begini deh?"Tiba-tiba di album satu lagi Shanum menemukan foto close up seorang gadis cantik yang rambutnya diikat, mungkinkah itu Ghea?!"Astaga, pacar anakku cantik sekali sih? ""Kenapa juga dia mau sama anakku yang jarang merawat diri dan nilainya juga pas-pasan?!"Shanum tiba-tiba berteriak pada Gavin. "Vin, kamu make pelet apa sih? Kamu belakangan ini sering ke dukun ya Vin?!" "Ah aku coba telepon aja kali ya temennya itu. Aku penasaran, kalo diajak makan malam mau kali ya? Aku telepon ah orangnya.""Segala namain ayang lagi. Ayang goyeng."Dengan menekan kontak bernama "Ayang mbep", telepon tersambung dan terdengar suara seorang perempuan di seberang."Halo assalamualaikum? Ini Ghea ya?" tanya Shanum."Waalaikumsalam, iya betul bu. Maaf ini siapa ya? Ah maaf... ini ibu Gavin ya? Maaf bu, ternyata pas dilihat kontaknya dari Gavin. Ada apa ya tan?""Kamu pacar Gavin ya? Kamu main dong kesini, tante ajak makan malam mau ya ke rumah? Nanti tante masakin yang enak-enak deh.""E-eh? G-gimana ya. Aku bingung hehe.""Jangan bingung-bingung. Kamu aman kok dirumah tante. Gak dijadiin sate kok, cuma duduk manis di meja makan, bareng-bareng sama Gavin. Tante penasaran gimana sih kamu aslinya.""E-eh hehe....""Kamu enggak masalah kan diajak ke rumah tante? Makan gratis loh masa gak mau hehe?""Iya tan enggak apa-apa.""Oke, ditunggu ya besok malam. Tenang aja, Gavin kok yang jemput kamu.""Iya tan."Telepon ditutup."Aneh loh, aku yang tadinya enggak dukung mereka berdua jadi dukung. Soalnya dia dilihat-lihat mirip aku waktu dulu deh. Cantiknya... hahaha ngaku-ngaku."Gavin kembali melihat ke arahku dan mengambil kembali ponselnya. "Ih barusan ibu nelepon Ghea ya?""Iya udah biarin, ibu mau dia makan malam sama kita nanti.""Hah? Makan malam? K-kok tiba-tiba? Enggak maksudnya ibu kan bilang ngelarang sendiri kalo enggak mau aku pacaran sama Ghea?""Ya asal jangan aneh-aneh! Tapi ibu penasaran sih kamu pacarnya kayak gimana. Ibu mau ajak makan malam dia. Kamu jemput dia gih nanti." ujarnya."Hmm gimana ya, malu gak ya dia.""Ayolah enggak masalah, dia aja bilang mau kok tadi, ayo dong ibu penasaran. Soalnya pas dilihat pacar kamu itu mirip banget sama ibu pas lagi remaja. Ayo dong." ucapnya."Yaudah tapi jangan lama-lama ya.""Enggak kok. Tenang aja gak bakal ditelen sama ibu."Malam harinya.Ghea sedang belajar ditengah rumah, mendadak muncul sebuah nomor yang tak disangka adalah seseorang spesial itu. Ia merasa amat senang ketika mendapati teleponnya. Ia langsung menerimanya dan menjawab."Iya? Eh? Sekarang ada didepan rumah? Oke deh bentar ya." ucapnya.Ghea pun bergegas keluar, sang adik hanya mengikik dan berpesan. "Tahu deh itu siapa, jangan lupa martabak!" ucapnya.Ghea membuka pintunya dan terkejut sudah ada pria misterius itu dihadapannya. Ghea merasa sangat senang.Pria misterius itu berkata. "Maaf ya terlalu lama."Ghea dengan senang hati mengangguk. "Enggak apa-apa sayang."Ghea dan pria misterius itu saat ini sedang berada di sebuah bazar, disana Ghea diajak membeli buku, berbagai macam kebutuhan, kerajinan, hingga boneka."Kamu suka?" tanya pria itu.Ghea mengangguk. "Suka banget."Mendadak Ghea mengadukan kedua tumitnya, seakan menahan sesuatu. "Kamu kenapa begitu?" tanya pria misterius itu tertawa."Aku mau buang air kecil. Duh kebelet, disini ada gak toilet umum?" tanya Ghea."Kayaknya ada deh. Eh itu disana." ucap pria itu menunjuk ke ujung sana. Ghea segera pergi sesuai tempat yang ditunjuk.Ghea masuk dan setelah beberapa lama dirinya pun berniat keluar tapi dengan sangat mengejutkannya ia melihat ada telepon dari pacarnya, Gavin."Halo?""Kamu lagi ngapain?""E-eh? Aku.... Aku ada di rumah.""Kok berisik?""B-berisik? Itu suara tivi hehe.""Masa sih? Bukan kayak tivi ah suaranya. Kayak keramaian orang. Kamu dimana sih?""Beneran ini dirumah. Adikku nyalain tivinya berisik banget, nih aku matiin tivinya kalo gak percaya." ucap Ghea yang langsung masuk ke dalam toilet dan membekap ponselnya dengan tangan. Kebisingan itu seketika menghilang."Tuh, udah kan?""O-oh yaudah. Kamu udah makan belom sekarang?" tanya Gavin."Udah. Kamu gimana?""Udah. Oh iya tadi ibu aku nelepon kamu. Jadinya akhir pekan ya bukan besok, diubah jadwalnya hehe.""I-iya gapapa.""Yaudah sekarang istirahat gih kalo udah makan mah.""Iya, kamu juga ya.""Oke deh.""Bye. I love you.""Love you too."Ghea mematikan teleponnya dan menarik nafas lega. Dirinya langsung keluar dari toilet dan berkata pria misterius itu. "Maaf nunggu lama ya?""Enggak kok. Yuk kita keliling lagi. Sayang.""Iya sayang." ucap Ghea tersenyum ceria menerima gandengan tangannya. "Apa yang sedang kamu cari, sayang?" tanya pria misterius itu."Macet tadi?" tanya Shanum. Mas Jaka melepas helmnya dan membuka jaketnya. "Iya." jawabnya.Dia masih sibuk dengan beberapa hal termasuk menaruh helm ke tempatnya. Ia mendiamiku, yah dia memang pendiam sih."Mas, kamu kemarin ke toko ya? Ngambil beras? Katanya buat ibuku 10 kg? Kok gak ngomong sih?" tanyanya langsung ke inti. Mas Jaka melihat Shanum. "Kamu tahu dari mana?" tanyanya."Ada yang ngomong orang bawahanku." ucapku."O-oh. Iya." ucapnya, entah kenapa terdengar canggung di telinga Shanum. Meski masih percaya dan tidak terlalu memusingkan hal ini. Shanum mengambil helm darinya dan taruh ke tempatnya serta juga dengan jaket yang dipakainya lalu gantungkan. Mas Jaka sudah masuk ke dalam bersama Shanum. "Mas, aku rencananya mau ngajakin kamu makan malam sama Gavin dan pacarnya akhir pekan ini." ucap Shanum. Mas Jaka mendadak menghentikan langkahnya mengernyit heran ke arahnya. "Makan malam sama pacar Gavin? Dimana, disini? Emang kamu kenal sama dia?" tanya mas Jaka cemas. "Iya
Mas Jaka langsung cepat-cepat mematikan teleponnya dan membiarkan Shanum berdiri dihadapannya dengan tangan melipat di dada. "Kamu ngomong sayang kan barusan? Buruan ngaku!" "Sayang apanya? Kamu ngaco aja sih. Enggak kok, salah denger kamu.""Kamu kira aku budeg apa?" Mas Jaka semakin tercekat. Ia pun mulai beralasan. "Oh maksud kamu sayang itu... Gini loh... temanku kan punya anak, nah itu aku ngomong sayang ke anaknya. Anaknya kan masih kecil banget tuh. Lucu dia." "Bohong?" "Beneran, nih kalo mau telepon lagi mah." Shanum menimbang-nimbang perkataannya dan lantas berkata. "Yaudah aku percaya tapi kalo bohong awas aja. Nanti aku bakalan gantung kamu di tiang jemuran.""Tega banget, emang aku pakaian apa."Mereka pun saling masuk kembali ke dalam rumah. Mas Jaka mengambil kantung belanjaan yang tertinggal lalu membawanya masuk dan menaruhnya sembarang. "Gavin kok masih belum pulang ya? Betah dia disana kayaknya." "Yah kayak enggak tahu anak muda aja." jawab mas Jaka. "Ya jang
"Denger dulu, Num. Aku bisa jelasin." ucapnya mencoba untuk menyabarkanku. Shanum menangkis tangannya. Shanum mencoba untuk memukulnya lagi. "Dengerin dulu." ucapnya seraya memegang tangannya yang tidak bisa diam ingin memukul atau mencakarnya. "DENGERIN DULU!" teriaknya tiba-tiba yang langsung membuatku terpatung dan bungkam karena rasa kagetnya. Bahkan baru kali ini dia membentak Shanum seperti itu."Semua berawal sejak desember tahun lalu dan perempuan ini adalah Ghea dan dia bukan pelakor. Aku beberapa kali udah pernah ketemu Ghea sebelumnya bersama Gavin, mereka sering mengunjungi rumah sakit tempat aku dinas. Tapi hubungan kita waktu itu enggak lebih dari sekedar seorang Bapak dan anaknya. Lalu suatu hari aku melihat Ghea nangis di rumah sakit, ya aku pun nyamperin dia. Katanya dia baru kehilangan kakeknya yang sakit, yaudah aku temenin dia, nyabarin dia dan bayarin semua tunggakan rumah sakitnya karena dia bilang, dia enggak ada uang buat bayar tunggakan pengobatannya. Ya mula
Ghea mengangkat kepalanya dan membuka kedua tangan yang mendekap wajahnya. Ia terkejut ketika melihat Jaka, pun sama dengan Jaka yang terkejut melihat kalau dia benar Ghea."Ghea ya? Kamu kenapa nangis?" tanya Jaka penasaran.Ghea masih terisak, ia segera usap kedua matanya yang dialiri deras air mata. Wajahnya tampak sendu dan sedikit berantakan, kedua matanya juga terlihat merah. Tampaknya sudah lama ia menangis seperti itu."K-kakekku meninggal...hiks.." ucapnya sambil terisak dengan air mata yang kembali mengalir, Jaka terkejut dan langsung menatapnya sendu. "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun." ucap Jaka prihatin, segera mengusap-usap punggung gadis itu. "Kamu yang sabar ya Ge." ucapnya menenangkan. Ghea masih terus terisak dan menyeka air matanya.Tak lama kemudian. Ghea pun sudah agak mendingan dan tidak menangis lagi setelah barusan aku membiarkannya mengeluarkan semua tangisnya. Sejak saat itu pun aku terus menemaninya, dengan dilandasi rasa prihatin."K-kenapa Om bisa ada
Mas Jaka tertunduk. Gavin melihat perubahan ekspresi ayahnya itu. Ia mendadak jadi merasa cemas, Gavin seperti menyadari ada rasa bersalah terpancar dari raut wajah ayahnya itu. Gavin pun mendekati Mas Jaka dan bertanya. "Itu bener, Pah? Bener yang diucapin sama Ibu?" tanyanya. Mas Jaka mengangguk, Gavin merasa sangat tidak percaya dicampur rasa kecewa saat itu, Mas Jaka berniat menjelaskan namun Gavin mengelak tangan Mas Jaka yang coba memegangnya. "KENAPA HARUS GHEA PAH?!""KENAPA JUGA PAPA TEGA DUAIN IBU?! MEMANGNYA PAPA ENGGAK TAHU KALO SELINGKUH ITU DOSA?! PAPA SENDIRI BILANG KE GAVIN UNTUK BERBUAT BAIK SAMA PEREMPUAN! TAPI PAPA SENDIRI KHIANATIN IBU!" "Sekarang tolong kabulkan permintaan aku, Mas. Talak aku! Biar aku bisa pergi sekarang juga!" ucapnya. Ia terdiam. "Ayo, Mas talak aku!" ucapnya kembali mencecarnya. "Kenapa kamu diam aja?! Kamu kan katanya cinta sama Ghea! Cuma kamu yang bisa ngertiin dia! Cuma kamu yang dia butuhkan! Mau jadiin dia istri keduamu! Memangnya
Di rumah sakit daerah Ciawi. Shanum terduduk di kursi tunggu yang tersedia didepan ruang rawat Nenek Aisyah. Shanum bingung harus bagaimana, Shanum tidak bisa meninggalkan Nenek Aisyah begitu saja.Tapi dari pihak keluarganya sudah ada yang Shanum hubungi. Itu adalah cucu Nenek Aisyah yang namanya terpampang paling awal di kontak ponsel sang nenek.Shanum menutup kedua matanya, merasa sangat cemas dengan keadaan Nenek Aisyah. Jujur aku trauma melihat kejadian seperti tadi.Almarhum ibuku pernah pingsan seperti itu didepanku, dan besoknya ia... meninggal.Aku sangat takut.Aku memeluk diri dengan tubuh gemetar. Tiba-tiba Shanum melihat bayangan seorang pria didepannya. Aku mendongak dan terkejut saat melihat pria tampan bertopi hitam dan didepannya."Anda? Yang menelepon saya?" tanya pria jangkung dengan tubuh ideal itu. Shanum bahkan tidak berkedip saat melihatnya. Gavin masih terus melihat keluar jendela kelasnya yang tak pernah pindah dan masih terus berada disamping kirinya. Ia
Malam harinya.Ghea dan adiknya, Kayla sedang berada didepan tv. Bedanya, Ghea sedang belajar sedangkan Kayla sedang sibuk menonton tv.Kayla yang masih berusia remaja sekitar anak SMP itu berkata. "Kak, kok Om ganteng enggak kesini sih? Biasanya kan dia bawain kita martabak. Aku laper tahu kak." tanyanya.Ghea yang kebetulan sedang sensi, langsung marah saat dikatakan begitu, ia langsung menegur adiknya itu. "Kamu tuh. Enggak usah ngarep-ngarepin kayak gitu. Kamu kalau mau ya tinggal beli, enggak usah maunya minta terus." ucap Ghea terkesan ngegas. Kayla tampak kaget dengan perubahan sikap kakaknya yang biasanya bersikap baik dan lembut padanya. "Iya, maap." ucapnya.Ghea kembali melihat ke arah bukunya. Meskipun selalu terlintas pemikiran tentang perkataan Gavin tadi.Entah kenapa. Ghea merasa sangat sedih dikatakan seperti itu. Wajahnya mendadak murung seketika. Ia pun langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan frustasi.Gavin pasti tahu semuanya, tentang hubungan antara ia d
Shanum segera membalas chat dari Gavin. "Vin, kamu harus pulang. Bagaimana dengan kuliah kamu? Kamu enggak boleh ninggalin kuliah. Maafin Ibu Nak, karena tiba-tiba meninggalkan kamu. Tapi kamu harus kembali lagi ke rumah. Kamu harus lanjut sekolah tinggi, kamu enggak boleh tiba-tiba putus kayak gini." chatnya pada Gavin, sambil mengusap air matanya seraya terisak."Anda menunggu lama?" tanya seseorang yang tiba-tiba ada didepannya. Aku mendongak dan terkejut ketika melihat pria didepannya adalah...Mas Rian?"Loh anda kan?" tanya Mas Rian.Shanum segera mengusap air matanya dan menyeka ingusnya."Loh? Jadi Mas Rian pemilik kios ini?!" tanyanya tidak percaya."Iya, saya pemiliknya. Jadi yang mau menyewa kios saya itu anda?" tanyanya ikut tidak percaya.Shanum tertawa kecil saat itu, padahal habis menangis. "Oalah, iya. Ya ampun, dunia sempit banget ya? Kayak berasa didalam kotak." ucapnya. Mas Rian terkekeh.Dia mendadak melihatnya intens. "Ibu barusan menangis?" tanyanya spontan. Sh