Share

bab2

Author: putrimaharani
last update Last Updated: 2023-01-21 10:10:34

Siang harinya Shanum mencoba mengecek persediaan barang yang ada di agennya ditemani bersama beberapa anak buahnya untuk sekaligus stock opname.

"Apa aja barang yang kosong, Tan? Biar sekalian belanja mumpung masih siang?" tanya Shanum.

"Minuman ini, biskuit ini juga tinggal satu, teh kotak, sama apalagi ya..."

"Ditulis aja Tan."

"Oke bu juragan."

Intan pun menuliskan sesuai yang dititah setelah dirinya mengambil kertas sobekan. Mencatat segala macam yang kosong dan perlu distok ulang.

Mendadak Intan teringat sesuatu. "Oh iya bu, waktu itu aku lupa kasih tau kalo waktu itu suami ibu ngambil 10kg beras. Ibu udah tau kan?"

"Mas Jaka? Ngambil beras?" tanyanya curiga.

"Iya, udah bilang ke ibu kan ya? Katanya mau dikasih ke ibunya bu juragan."

Ia membatin heran. "Kok bisa sih dia ngasih ibu tapi gak bilang-bilang aku? Aneh banget, ibu juga enggak ngomong kalo dikasih beras sama mas Jaka." batinnya.

Malam harinya.

"Kamu tuh WA-an mulu sama si Ghea-Ghea itu! Ibu kan bilang jangan pacaran. Sekarang pokoknya kamu harus putusin dia!" ucap Shanum.

"Emang kenapa si Bu? Ghea juga orang yang baik, pinter lagi. Kita enggak ngapa-ngapain kok." dalihnya. 

"Kalo enggak, Ibu mau Gavin kenalin sama Ghea? Besok Gavin bawa Ghea kesini deh." ucap Gavin.. 

"Yah, hapenya. Astagfirulloh Bu, kenapa hapenya malah dibawa?" keluh Gavin di ujung sana.

Shanum coba membuka pintu dan keluar dengan mengantungi ponsel Gavin di saku dasternya. Shanum coba berdiri disana seraya melihat ke atas langit. 

Langitnya cukup cerah dan udaranya juga sejuk. Kini Shanum mencoba untuk duduk di kursi depan rumah seraya kembali melihat ponsel Gavin.

Shanum penasaran apakah ada foto Ghea itu di galeri fotonya. Shanum pun buka kunci ponselnya dan lihat ke galeri foto, Shanum scrolling sebentar lalu yang didapati tak lain foto Gavin yang begitu banyak berjejer. 

"Tampannya anak lelakiku ini dan juga... narsis! Dia ini mirip siapa sih? Perasaan aku enggak begini deh?"

Tiba-tiba di album satu lagi Shanum menemukan foto close up seorang gadis cantik yang rambutnya diikat, mungkinkah itu Ghea?!

"Astaga, pacar anakku cantik sekali sih? "

"Kenapa juga dia mau sama anakku yang jarang merawat diri dan nilainya juga pas-pasan?!"

Shanum tiba-tiba berteriak pada Gavin. "Vin, kamu make pelet apa sih? Kamu belakangan ini sering ke dukun ya Vin?!" 

"Ah aku coba telepon aja kali ya temennya itu. Aku penasaran, kalo diajak makan malam mau kali ya? Aku telepon ah orangnya."

"Segala namain ayang lagi. Ayang goyeng."

Dengan menekan kontak bernama "Ayang mbep", telepon tersambung dan terdengar suara seorang perempuan di seberang.

"Halo assalamualaikum? Ini Ghea ya?" tanya Shanum.

"Waalaikumsalam, iya betul bu. Maaf ini siapa ya? Ah maaf... ini ibu Gavin ya? Maaf bu, ternyata pas dilihat kontaknya dari Gavin. Ada apa ya tan?"

"Kamu pacar Gavin ya? Kamu main dong kesini, tante ajak makan malam mau ya ke rumah? Nanti tante masakin yang enak-enak deh."

"E-eh? G-gimana ya. Aku bingung hehe."

"Jangan bingung-bingung. Kamu aman kok dirumah tante. Gak dijadiin sate kok, cuma duduk manis di meja makan, bareng-bareng sama Gavin. Tante penasaran gimana sih kamu aslinya."

"E-eh hehe...."

"Kamu enggak masalah kan diajak ke rumah tante? Makan gratis loh masa gak mau hehe?"

"Iya tan enggak apa-apa."

"Oke, ditunggu ya besok malam. Tenang aja, Gavin kok yang jemput kamu."

"Iya tan."

Telepon ditutup.

"Aneh loh, aku yang tadinya enggak dukung mereka berdua jadi dukung. Soalnya dia dilihat-lihat mirip aku waktu dulu deh. Cantiknya... hahaha ngaku-ngaku."

Gavin kembali melihat ke arahku dan mengambil kembali ponselnya. "Ih barusan ibu nelepon Ghea ya?"

"Iya udah biarin, ibu mau dia makan malam sama kita nanti."

"Hah? Makan malam? K-kok tiba-tiba? Enggak maksudnya ibu kan bilang ngelarang sendiri kalo enggak mau aku pacaran sama Ghea?"

"Ya asal jangan aneh-aneh! Tapi ibu penasaran sih kamu pacarnya kayak gimana. Ibu mau ajak makan malam dia. Kamu jemput dia gih nanti." ujarnya.

"Hmm gimana ya, malu gak ya dia."

"Ayolah enggak masalah, dia aja bilang mau kok tadi, ayo dong ibu penasaran. Soalnya pas dilihat pacar kamu itu mirip banget sama ibu pas lagi remaja. Ayo dong." ucapnya.

"Yaudah tapi jangan lama-lama ya."

"Enggak kok. Tenang aja gak bakal ditelen sama ibu."

Malam harinya.

Ghea sedang belajar ditengah rumah, mendadak muncul sebuah nomor yang tak disangka adalah seseorang spesial itu. Ia merasa amat senang ketika mendapati teleponnya. Ia langsung menerimanya dan menjawab.

"Iya? Eh? Sekarang ada didepan rumah? Oke deh bentar ya." ucapnya.

Ghea pun bergegas keluar, sang adik hanya mengikik dan berpesan. "Tahu deh itu siapa, jangan lupa martabak!" ucapnya.

Ghea membuka pintunya dan terkejut sudah ada pria misterius itu dihadapannya. Ghea merasa sangat senang.

Pria misterius itu berkata. "Maaf ya terlalu lama."

Ghea dengan senang hati mengangguk. "Enggak apa-apa sayang."

Ghea dan pria misterius itu saat ini sedang berada di sebuah bazar, disana Ghea diajak membeli buku, berbagai macam kebutuhan, kerajinan, hingga boneka.

"Kamu suka?" tanya pria itu.

Ghea mengangguk. "Suka banget."

Mendadak Ghea mengadukan kedua tumitnya, seakan menahan sesuatu. "Kamu kenapa begitu?" tanya pria misterius itu tertawa.

"Aku mau buang air kecil. Duh kebelet, disini ada gak toilet umum?" tanya Ghea.

"Kayaknya ada deh. Eh itu disana." ucap pria itu menunjuk ke ujung sana. Ghea segera pergi sesuai tempat yang ditunjuk.

Ghea masuk dan setelah beberapa lama dirinya pun berniat keluar tapi dengan sangat mengejutkannya ia melihat ada telepon dari pacarnya, Gavin.

"Halo?"

"Kamu lagi ngapain?"

"E-eh? Aku.... Aku ada di rumah."

"Kok berisik?"

"B-berisik? Itu suara tivi hehe."

"Masa sih? Bukan kayak tivi ah suaranya. Kayak keramaian orang. Kamu dimana sih?"

"Beneran ini dirumah. Adikku nyalain tivinya berisik banget, nih aku matiin tivinya kalo gak percaya." ucap Ghea yang langsung masuk ke dalam toilet dan membekap ponselnya dengan tangan. Kebisingan itu seketika menghilang.

"Tuh, udah kan?"

"O-oh yaudah. Kamu udah makan belom sekarang?" tanya Gavin.

"Udah. Kamu gimana?"

"Udah. Oh iya tadi ibu aku nelepon kamu. Jadinya akhir pekan ya bukan besok, diubah jadwalnya hehe."

"I-iya gapapa."

"Yaudah sekarang istirahat gih kalo udah makan mah."

"Iya, kamu juga ya."

"Oke deh."

"Bye. I love you."

"Love you too."

Ghea mematikan teleponnya dan menarik nafas lega. Dirinya langsung keluar dari toilet dan berkata pria misterius itu. "Maaf nunggu lama ya?"

"Enggak kok. Yuk kita keliling lagi. Sayang."

"Iya sayang." ucap Ghea tersenyum ceria menerima gandengan tangannya. "Apa yang sedang kamu cari, sayang?" tanya pria misterius itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   106

    Tapi tentunya ia tidak bisa terus mendiamkan dirinya begitu saja, ia mesti menjawabnya."Iya, ibu gue hamil." ucap Gavin. Ghea terlihat sedih saat itu. Ia kemudian berkata. "O-oh selamat ya." "Iya, makasih." ucap Gavin masih melihat bagaimana raut wajah itu terpancar. Ghea sepertinya sedang membandingkan dengan kejadiannya kemarin saat keguguran. Ia sekaligus merasa terpukul dibalik rasa senangnya itu, dan Gavin tahu itu. Ia jadi merasa tidak enak. Entah apa yang dipikirkannya sekarang, jujur Gavin tidak mau mengutarakan hal ini tapi sayangnya ia tidak bisa melewatkan perkataan Ghea begitu saja. Shanum kini sedang berdiam diri dirumahnya dan sibuk menonton televisi, belakangan setelah menerima kabar dari dokter tentang kehamilannya, ia jadi lebih sering berada didalam rumah. Tidak lagi ke pasar, dan lebih menyerahkan masalah kerjaan kepada dua karyawannya. Rian juga menjelaskan kalau dirinya tidak mengijinkan Shanum pergi kemanapun selagi dirinya sedang hamil muda, karena khawatir y

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   105

    "Iya ngerti, tapi aku juga ngerti kalau mama kamu melakukan ini semua untuk kamu sendiri." ucap Shanum, membuat Rian sedikit menimbang perkataaannya. Rian diam saja saat itu. Rina entah kenapa jadi berterima kasih atas hal itu. Ia merasa sedikit tertolong atas pembelaan Shanum. Ia jadi merasa tidak enak dan berbalik respek dengannya. Setelahnya Shanum pun diajak pulang bersama Rian kembali. Namun Rina menahan Shanum mengikuti Rian ke dalam mobil, ia berbicara empat mata terlebih dulu dengannya. Memegang tangannya. "Makasih banget atas pembelaan kamu tadi, mama benar-benar menyesal sekarang udah ngelakuin hal kayak gitu ke kamu. Mama benar-benar meminta maaf ya Num, mama khilaf, mama janji enggak bakalan ngelakuin hal kayak gitu lagi, mama janji akan bersikap baik ke kamu setelah ini. Maafin kesalahan mama yang kemarin ya Num." ucap Rina penuh harap. Shanum tersenyum dan mengangguk. "Iya mah, enggak apa-apa." ucap Shanum. "Kamu memang baik Num, mama ngerasa bersalah banget sama kamu

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   104

    Shanum seusai dari masjid kembali lagi ke tokonya, dirinya merasa cukup aman disana bersama dengan Reza, lelaki itu tampak gagah berdiri disampingnya bahkan selama berada diperlindungannya ia merasa cukup lega, sekalipun Shanum merasa penasaran siapa sebenarnya orang yang menulis memakai lipstik merah tadi, apakah mungkin dia adalah pria yang selama ini mengincarnya? Shanum merasa sangat ketakutan, ia akhirnya sampai ke tokonya kembali. Namun mendadak ia mendengar ponselnya berbunyi. Ternyata dari Rian. "Saya udah telepon polisi barusan, sekarang lagi dilacak nomornya antara 2 kali 24 jam, nanti bakal dikasih tahu lagi hasilnya." ucap Rian. "Oh yaudah mas semoga aja bisa langsung ada hasilnya. Supaya kita enggak repot lagi nyari. Barusan juga ada yang neror aku lagi mas." ucap Shanum seraya membeberkan penjelasan tentang teror yang terjadi tadi, tak pelak semakin membuat Rian cemas. "Kamu yang sabar ya disana, palingan cuma sampai dua hari aja, nanti bakalan ketahuan hasilnya." ucap

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   103

    "Orangnya kabur mas?" Shanum mendekati Rian. Tentu Rian mengangguk. "Aku khawatir aja dia bakalan ngelakuin hal lebh dari ini." "Intinya mah yang penting hapenya itu, kita mesti dapetin informasi tentang dirinya secepat mungkin. Keburu dia kabur dari kejaran kita." "Iya, kamu udah telepon lagi tukang sentra hape itu?" "Bentar, saya telepon dulu. Mudah-mudahan aja sudah kelar." ucap Rian penuh harap, dirinya langsung menelepon sentranya dan lantas terhubung. "Hapenya sudah selesai pak, anda bisa kesini ya mengambilnya." ucap tukang hape itu, membuat Rian merasa sangat bersyukur atas hal itu. Ia benar-benar lega begitupun dengan Shanum.Ia pun memutuskan pergi dari sana. "Aku pergi ya. Kamu jaga diri disini." ucap Rian, Shanum meniyakannya seraya berkata. "Hati-hati ya." Shanum mendapatkan telepon dari Gavin, Shanum menerimanya. "Bu, katanya kemarin ibu diteror ya? Sekarang masih ada teror gak?" "Udah kamu enggak perlu khawatirin ibu, kamu jaga diri kamu aja ya disana. Banyakin bel

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   102

    "Belum, tunggu besok ya. Katanya perlu diperiksa dulu dalamnya, entahlah apa yang harus diperiksa. Mudah-mudahan aja bisa selesai secepatnya. Supaya kita bisa tahu siapa pelakunya." ucap Rian."Iya mas." Esok siangnya Diana sudah berada di tempat kerjanya, ia tak sengaja berpapasan dengan Gavin yang sedang membawa beberapa berkas dan buku yang cukup banyak. Diana segera dekati Gavin dan ambil salah satu bukunya. "Kalo bebannya terlalu berat, lo bisa kasih salah satu beban itu ke teman lo." ucap Diana seakan menyindir Gavin yang saat iut memang sedang kepayahan membawanya. "Sayangnya gue terbiasa melakukan apa-apa sendiri." ucap Gavin. "Hilih terlalu mandiri lo. Hati-hati, nanti kebiasaan sampe tua. Apa-apa sendiri." ucap Diana. "Selama enggak merepotkan orang gak masalah kan?"Mereka sambil jalan saat itu membawa buku dan berkas itu, jalan berdampingan. Gavin tiba-tiba nyeletuk. "Gimana nyokap lo? Jadi cerai?" tanya Gavin menyinggung."Kayaknya masih dalam proses." "Kasian banget

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   101

    Gavin semakin jengkel dengan sosok Ivan, dia memang benar-benar mesti diberi pelajaran, meski sayangnya ia langsung menahan itu semua karena dirinya tidak benar-benar ingin membuat keributan disana. Riko cukup sebal disana, dirinya segera berkata pada Nara. "Nar, lo tuh nyari ribut mulu bikin gue empet dengernya. Males banget sumpah ngedenger celotehan lo yang gak berguna itu. Cewek-cewek kok nyari ribut, sekalipun lo banyak harta dan ada Ivan di samping lo juga, enggak semestinya lo bersikap kayak gitu ke orang, emang lo sendiri enggak diajarin adab yang baik apa sama orang tua lo?" ucap Riko. "Halah pake segala ajarin gue adab lagi, orang tua gue aja gak pernah ngomongin gituan, adab segala." ucap Nara meremehkan. "Kalian sendiri emang adabnya udah baik hah?" tanya Ivan heran. "Udahlah jangan pada ribut." ucap Gavin yang kemudian angkat bicara. "Ayo dong Vin panggil ibu sama Ghea. Ayo kita tunggu kok. Ibuuuu aku mencintaimu." ucap Nara membuat beberapa dari mereka termasuk Gavi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status