Share

bab2

Siang harinya Shanum mencoba mengecek persediaan barang yang ada di agennya ditemani bersama beberapa anak buahnya untuk sekaligus stock opname.

"Apa aja barang yang kosong, Tan? Biar sekalian belanja mumpung masih siang?" tanya Shanum.

"Minuman ini, biskuit ini juga tinggal satu, teh kotak, sama apalagi ya..."

"Ditulis aja Tan."

"Oke bu juragan."

Intan pun menuliskan sesuai yang dititah setelah dirinya mengambil kertas sobekan. Mencatat segala macam yang kosong dan perlu distok ulang.

Mendadak Intan teringat sesuatu. "Oh iya bu, waktu itu aku lupa kasih tau kalo waktu itu suami ibu ngambil 10kg beras. Ibu udah tau kan?"

"Mas Jaka? Ngambil beras?" tanyanya curiga.

"Iya, udah bilang ke ibu kan ya? Katanya mau dikasih ke ibunya bu juragan."

Ia membatin heran. "Kok bisa sih dia ngasih ibu tapi gak bilang-bilang aku? Aneh banget, ibu juga enggak ngomong kalo dikasih beras sama mas Jaka." batinnya.

Malam harinya.

"Kamu tuh WA-an mulu sama si Ghea-Ghea itu! Ibu kan bilang jangan pacaran. Sekarang pokoknya kamu harus putusin dia!" ucap Shanum.

"Emang kenapa si Bu? Ghea juga orang yang baik, pinter lagi. Kita enggak ngapa-ngapain kok." dalihnya. 

"Kalo enggak, Ibu mau Gavin kenalin sama Ghea? Besok Gavin bawa Ghea kesini deh." ucap Gavin.. 

"Yah, hapenya. Astagfirulloh Bu, kenapa hapenya malah dibawa?" keluh Gavin di ujung sana.

Shanum coba membuka pintu dan keluar dengan mengantungi ponsel Gavin di saku dasternya. Shanum coba berdiri disana seraya melihat ke atas langit. 

Langitnya cukup cerah dan udaranya juga sejuk. Kini Shanum mencoba untuk duduk di kursi depan rumah seraya kembali melihat ponsel Gavin.

Shanum penasaran apakah ada foto Ghea itu di galeri fotonya. Shanum pun buka kunci ponselnya dan lihat ke galeri foto, Shanum scrolling sebentar lalu yang didapati tak lain foto Gavin yang begitu banyak berjejer. 

"Tampannya anak lelakiku ini dan juga... narsis! Dia ini mirip siapa sih? Perasaan aku enggak begini deh?"

Tiba-tiba di album satu lagi Shanum menemukan foto close up seorang gadis cantik yang rambutnya diikat, mungkinkah itu Ghea?!

"Astaga, pacar anakku cantik sekali sih? "

"Kenapa juga dia mau sama anakku yang jarang merawat diri dan nilainya juga pas-pasan?!"

Shanum tiba-tiba berteriak pada Gavin. "Vin, kamu make pelet apa sih? Kamu belakangan ini sering ke dukun ya Vin?!" 

"Ah aku coba telepon aja kali ya temennya itu. Aku penasaran, kalo diajak makan malam mau kali ya? Aku telepon ah orangnya."

"Segala namain ayang lagi. Ayang goyeng."

Dengan menekan kontak bernama "Ayang mbep", telepon tersambung dan terdengar suara seorang perempuan di seberang.

"Halo assalamualaikum? Ini Ghea ya?" tanya Shanum.

"Waalaikumsalam, iya betul bu. Maaf ini siapa ya? Ah maaf... ini ibu Gavin ya? Maaf bu, ternyata pas dilihat kontaknya dari Gavin. Ada apa ya tan?"

"Kamu pacar Gavin ya? Kamu main dong kesini, tante ajak makan malam mau ya ke rumah? Nanti tante masakin yang enak-enak deh."

"E-eh? G-gimana ya. Aku bingung hehe."

"Jangan bingung-bingung. Kamu aman kok dirumah tante. Gak dijadiin sate kok, cuma duduk manis di meja makan, bareng-bareng sama Gavin. Tante penasaran gimana sih kamu aslinya."

"E-eh hehe...."

"Kamu enggak masalah kan diajak ke rumah tante? Makan gratis loh masa gak mau hehe?"

"Iya tan enggak apa-apa."

"Oke, ditunggu ya besok malam. Tenang aja, Gavin kok yang jemput kamu."

"Iya tan."

Telepon ditutup.

"Aneh loh, aku yang tadinya enggak dukung mereka berdua jadi dukung. Soalnya dia dilihat-lihat mirip aku waktu dulu deh. Cantiknya... hahaha ngaku-ngaku."

Gavin kembali melihat ke arahku dan mengambil kembali ponselnya. "Ih barusan ibu nelepon Ghea ya?"

"Iya udah biarin, ibu mau dia makan malam sama kita nanti."

"Hah? Makan malam? K-kok tiba-tiba? Enggak maksudnya ibu kan bilang ngelarang sendiri kalo enggak mau aku pacaran sama Ghea?"

"Ya asal jangan aneh-aneh! Tapi ibu penasaran sih kamu pacarnya kayak gimana. Ibu mau ajak makan malam dia. Kamu jemput dia gih nanti." ujarnya.

"Hmm gimana ya, malu gak ya dia."

"Ayolah enggak masalah, dia aja bilang mau kok tadi, ayo dong ibu penasaran. Soalnya pas dilihat pacar kamu itu mirip banget sama ibu pas lagi remaja. Ayo dong." ucapnya.

"Yaudah tapi jangan lama-lama ya."

"Enggak kok. Tenang aja gak bakal ditelen sama ibu."

Malam harinya.

Ghea sedang belajar ditengah rumah, mendadak muncul sebuah nomor yang tak disangka adalah seseorang spesial itu. Ia merasa amat senang ketika mendapati teleponnya. Ia langsung menerimanya dan menjawab.

"Iya? Eh? Sekarang ada didepan rumah? Oke deh bentar ya." ucapnya.

Ghea pun bergegas keluar, sang adik hanya mengikik dan berpesan. "Tahu deh itu siapa, jangan lupa martabak!" ucapnya.

Ghea membuka pintunya dan terkejut sudah ada pria misterius itu dihadapannya. Ghea merasa sangat senang.

Pria misterius itu berkata. "Maaf ya terlalu lama."

Ghea dengan senang hati mengangguk. "Enggak apa-apa sayang."

Ghea dan pria misterius itu saat ini sedang berada di sebuah bazar, disana Ghea diajak membeli buku, berbagai macam kebutuhan, kerajinan, hingga boneka.

"Kamu suka?" tanya pria itu.

Ghea mengangguk. "Suka banget."

Mendadak Ghea mengadukan kedua tumitnya, seakan menahan sesuatu. "Kamu kenapa begitu?" tanya pria misterius itu tertawa.

"Aku mau buang air kecil. Duh kebelet, disini ada gak toilet umum?" tanya Ghea.

"Kayaknya ada deh. Eh itu disana." ucap pria itu menunjuk ke ujung sana. Ghea segera pergi sesuai tempat yang ditunjuk.

Ghea masuk dan setelah beberapa lama dirinya pun berniat keluar tapi dengan sangat mengejutkannya ia melihat ada telepon dari pacarnya, Gavin.

"Halo?"

"Kamu lagi ngapain?"

"E-eh? Aku.... Aku ada di rumah."

"Kok berisik?"

"B-berisik? Itu suara tivi hehe."

"Masa sih? Bukan kayak tivi ah suaranya. Kayak keramaian orang. Kamu dimana sih?"

"Beneran ini dirumah. Adikku nyalain tivinya berisik banget, nih aku matiin tivinya kalo gak percaya." ucap Ghea yang langsung masuk ke dalam toilet dan membekap ponselnya dengan tangan. Kebisingan itu seketika menghilang.

"Tuh, udah kan?"

"O-oh yaudah. Kamu udah makan belom sekarang?" tanya Gavin.

"Udah. Kamu gimana?"

"Udah. Oh iya tadi ibu aku nelepon kamu. Jadinya akhir pekan ya bukan besok, diubah jadwalnya hehe."

"I-iya gapapa."

"Yaudah sekarang istirahat gih kalo udah makan mah."

"Iya, kamu juga ya."

"Oke deh."

"Bye. I love you."

"Love you too."

Ghea mematikan teleponnya dan menarik nafas lega. Dirinya langsung keluar dari toilet dan berkata pria misterius itu. "Maaf nunggu lama ya?"

"Enggak kok. Yuk kita keliling lagi. Sayang."

"Iya sayang." ucap Ghea tersenyum ceria menerima gandengan tangannya. "Apa yang sedang kamu cari, sayang?" tanya pria misterius itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status