Share

Loyo

Author: NonaRein
last update Last Updated: 2025-02-04 13:16:00

Aku coba meredam perasaanku yang mulai gak enak. Aneh saja kalau dipikirkan lebih teliti, masak iya aku harus tanya di saat suamiku tadi sudah jawab kalau dia makan siang sama Tiara sebelum aku ke sini. Walau aku nggak munafik masih tetap bertanya-tanya dengan siapa sebenarnya Mas Fahri makan siang.

"Sayang, kenapa jadi diam?" Mas Fahri mindai wajah aku pasti dia lihat banget kalau aku lagi mikir keras.

"Eh nggak Mas, lagi mikirin nanti malam kita makan di luar yuk. Udah lama kayaknya kita nggak makan keluar sambil jalan-jalan." Berharap diiyain sama suamiku biar dia nggak curiga.

“Kayaknya nggak bisa deh, Sayang. Gimana kalau besok malam aja, malam ini Mas udah janji mau bahas kerjaan sama Roni, kamu tau kan bisnis baru Mas sama Roni.”

“Pulang kerja?”

“Heem, malem lah sekitar jam tujuhan. Kita mau bahas banyak banget, kayaknya sampai larut deh. Maklum kalau luncurin bisnis baru kan harus siapin semuanya dengan detail.”

Aku pura-pura saja ngangguk paham, aku juga tidak terlalu tahu apa bisnisnya Roni tentang apa dan niat banget suamiku ini buat bantu.

***

[Dinda, Mas ke tempatnya Roni dulu ya, Sayang. Mas janji selesai semua, Mas langsung pulang.]

Aku baca chatnya Mas Fahri sekitar jam tujuj malam, karena Mas Fahri tidak pulang dulu ke rumah langsung dari kantornya.

Aku nggak bales, cuma ngangguk sendiri saja tanpa bisa dia lihat. Kalau gitu aku nulis saja lah daripada bengong.

Sebelum mulai nulis, aku beres-beres rumah dulu, cuci-cuci piring sama gelas kotor. Mungkin ada setengah jam aku berkutat dengan pekerjaan rumah tanggaku ini, gegas setelah selesai aku baru ke kamar membuka laptop fokus dengan niat awalku tadi. Entah selesai jam berapa semalam. aku juga langsung tidur nggak nunggu suamiku pulang dan aku juga nggak tahu kapan suamiku ini datang, tahu-tahu sudah ada di sebelahku tidur pulas masih dengan pakaiannya kerjanya, kemeja tanpa jasnya sudah dilepas.

"Mas..." Kuguncang pelan tubuhnya suruh dia bangun, tapi nggak bangun-bangun malah suara dengkurannya makin keras.

"Mas..." ulangku.

Dia menggeliat, perlahan matanya membuka. "Ada apa, Dinda?" Kelihatan banget malas sama ngantuk beratnya.

"Udah pagi, Mas bangun siap-siap ngantor."

"Duh nanti aja, Mas ngantuk banget. Mas capek, badan Mas pegel-pegel. Kayaknya hari ini Mas bolos kerja, pengen tiduran aja."

Aku tahu Maas Fahri pasti masih ngantuk karena bahas kerjaan semalam, tapi ko kesannya dia mengesampingkan urusan kantornya sendiri setelah bahas kerjaan sama Roni. Pulang-pulang malah loyo banget staminanya.

Usai bangunin suamiku, gegas aku ke bawah buat beli sayuran buat sarapan. Di depan sana tukang sayur yang biasa mangkal sudah teriak-teriak buat panggil ibu-ibu komplek. Dan aku lihat ada Mbak Janda sebelah berpakaian serba minim bikin aku jadi malu sendiri ngelihatnya, pasti setelah ini ibu-ibu komplek bakalan ramai gibahin dia.

"Bang udangnya ada? Sama brokolinya." Rencananya pagi ini aku mau bikin sarapan udang saus tiram sama tumis brokoli favoritnya Mas Fahri. Pasti Mas Fahri lahap makannya, aku yakin itu.

"Bang, daging ayamnya sekilo. Jahenya juga sama wortel," pinta Miska setelah aku bicara.

"Mbak Miska mau bikin apa?" tanya Citra, dia ini seumuran denganku tetanggaan juga tapi rumahnya terhalang tiga rumah dari rumahku.

"Mau bikin sup ayam jahe, buat stamina. Badan saya rontok capek banget habis gadang semalaman." Jawaban Miska spontan bikin aku ngerutin kening, habis ngapaian dia capek segala habis gadang kayak habis ngeronda saja.

Eh! Sebentar. Habis gadang? Badannya capek banget?

"Mbak Miska ini kayak habis malam jumatan aja, rontok segala badannya," ujarku mancing. Ingin tahu habis ngapain sih dia sebenarnya, aku kan jadi kepo gara-gara story dia kemarin.

"Emang, kan habis malam jum'atan. Capek banget banyak gaya." Miska terkekeh tapi aku dan ibu-ibu yang lain malah saling pandang. Lah kalau dia habis malam jum'atan, lantas siapa lakinya? Dia kan janda anak satu.

"Mbak Miska punya suami? Ko warga di sini nggak tau siapa suaminya Mbak Miska? Jangan-jangan Mbak Miska nutupin status Mbak Miska dari Pak RT?" Langsung saja aku sembur dia biar tahu rasa.

Bola mata Miska bergerak liar seperti sedang cari alasan. "Eh nggak ko saya cuma bercanda. Kemarin habis gym mulai lagi jadi badannya pada rontok." Dia terkekeh nutupin mulutnya lalu buru-buru membayar setelah tukang sayur menghitung total belanjaannya.

Bodynya yang bohai dengan gaun tidur bahan satin berbalik masuk ke rumahnya lalu menutup pintunya rapat-rapat.

"Nggak ngerti deh sama dia, pakai baju tidur keluar buat beli sayuran. Kalau suami saya lagi di luar, otomatis saya langsung suruh masuk lagi. Bisa gawat tuh penampilan seksinya dia."

Ibu-ibu sudah heboh perkara Miska dengan gaun tidurnya itu. Aku sih setuju-setuju saja secara menurutku pakaiannya kurang sopan kalau dipakai keluar rumah.

*

Menjelang siang sekitar pukul sepuluhan, suamiku baru bangun. Selama kami menikah, ini kali pertama suamiku bangun siang selain karena sakit. Dengan muka bantalnya dia turun lalu duduk buat makan, karena aku yang nyuruh dia buat sarapan yang terlewatkan.

"Mas, tadi ibu-ibu komplek pada ngomongin janda sebelah," aduku sama Mas Fahri sewaktu aku ambilkan nasi dan teman-temannya ke dalam piring.

"Kenapa memangnya?" Mas Fahri seperti biasa dengan ekspresi santainya.

"Itu loh gara-gara dia pakai gaun tidur tipis di atas paha mana belahan atasnya kelihatan lagi." Kepalaku geleng-geleng, entah gimana jadinya kalau suamiku sendiri ngelihat pemandangan itu.

"Seksi dong," sahut Mas Fahri nerima piringnya lalu menyuapkan satu sendok suapan pertamanya itu.

"Seksi sih tapi nggak tau tempat!" Semburku. Tuh kan gimana kalau suamiku lihat sendiri, nggak lihat saja dia bilang seksi kan aku jadi kesal.

Langsung aku berdiri ngambil air minum di dapur, mendadak seret tenggorokan kalau bahas janda sebelah.

"Nggak usah marah kali, Sayang. Biarinlah asal jangan kamu yang pakai kayak gitu keluar rumah, nggak bakalan nggak ikhlas." Satu lirikan mata suamiku bikin aku meleyot, tiap kali kayak gitu nyerah deh aku.

"Tapi Mas.." Teringat perkataan Miska yang badannya rontok-rontok habis gym katanya gitu. "Dia juga lagi capek katanya, badannya pegal-pegal rontok sebadan-badan. Habis gadang malam jum'atan. Ada ya tetangga modelan gitu, padahal nggak deket-deket banget berani bicara kayak gitu." Sama Citra saja yang sudah sama-sama lama tinggal di sini, aku belum terlalu bebas ngobrolin masalah kayak yang diucapkan Miska tadi, malu.

"Dianya curhat sama kamu?"

"Bukan curhat, tapi aku tanya. Katanya sih dia habis ngegym gitu, mulai lagi."

“Oh mungkin iya, positif aja, Sayang. Ko kamu jadi seneng ngomongin dia?”

Aku mendelik, bukan seneng Mas, tapi kesel.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuhan Suamiku   Fahri Datang Lagi

    Pak Raga terlihat sedikit terdiam saat mendengar pertanyaanku.“Saya kenal Miska karena kami masih ada hubungan keluarga. Dia sepupu jauh saya,” ucapnya dengan nada tenang, tapi cukup mengejutkan buatku.Deg.Aku refleks meneguk ludah. Mataku melebar, tak percaya dengan jawaban itu. Jadi... mereka masih ada hubungan saudara?“Serius, Pak? Maksudnya... kalian itu masih keluarga?”Raga mengangguk pelan. “Iya. Nggak dekat banget sih, saya ngerasanya kayak gitu.”Astaga. Kalau begitu...Kepalaku mendadak dipenuhi banyak skenario. Kalau aku dekat dengan Pak Raga… pasti Miska nggak akan suka. Wanita itu nggak pernah suka kalau ada sesuatu yang bukan miliknya ikut disentuh orang lain. Bahkan kalau hanya sebatas perhatian.Diam-diam muncul ide kecil dalam benakku. Mungkin... aku bisa memanfaatkan kedekatanku dengan Pak Raga untuk membalas dendam ke Miska. Bukan dengan cara jahat, tapi biar dia tahu rasanya tersisihkan.***Keesokan harinya, setelah Pak Raga pulang dan aku sedikit merasa lebih

  • Selingkuhan Suamiku   Jangan Dekati Dinda!

    Mataku seketika melebar kala melihat Mas Fahri tiba-tiba saja menarik kerah kemejanya Pak Raga. Spontan aku yang tadinya menjauh seketika berlari demi menghindari agar Mas Fahri tidak melakukan hal gegabah. Nahas, kakiku terkilir kemudian aku jatuh dan saat itu juga bokongku terasa sakit sekali apalagi pergelangan kakiku yang terkilir.Dua lelaki yang tadinya beradu pandangan tajam lantas menolong, terutama suara Pak Raga yang menyebut namaku."DINDA!" Suara yang aku tahu kalau nadanya seperti nada kekhawatiran."Aaww..." Bukan cuma bokong dan pergelangan kakiku saja ternyata yang sakit, kram cukup hebat menerjang perutku. Membuatku kesakitan sekali."Dinda.." Samar kulihat dan kepalaku pusing sekali, entah semuanya mendadak gelap dan aku tidak tahu apa-apa lagi setelah itu. *Bau desinfektan, aroma karbol khas rumah sakit tertangkap hidup saat mataku membuka. Tirai putih di sekelilingku dan tanganku yang sudah ditusuk jarum infus menyadarkanku kalau saat ini aku sedang berada di r

  • Selingkuhan Suamiku   Fitnah Tak Jelas

    POV DindaLama-lama kehamilanku ini malah tambah parah rasanya, mulai nggak bisa semua makanan aku nikmati dan aku juga nggak bisa menerima bau-bauan yang hinggap ke hidungku. Rasanya tuh mual dan lama-lama mau muntah. Sepertia saat ini, tetiba wangi parfum yang malah bikin kepalaku pusing. Wanginya nggak nyengat, nggak terlalu strong, manly tapi herannya nggak bisa aku terima dan lebih kagetnya kala mendapati bahwa Pak Ragalah pemilik wangi itu. Beliau ada di depan kubikel aku, spontan aku lirik teman-teman timku takut ada yang salah paham melihat 'kedekatanku' dengan Pak Raga."Din, sarapan dulu." Beliau nyimpan sesuatu, kotak makanan karena aromanya tercium nikmat. Kayanya enak, lagian kebetulan belum sempat sarapan."Buat saya Pak?" tanyaku sok pura-pura."Menurutmu buat siapa? Nggak ada orang lain lagi di ruangan ini."Ya karena memang cuma baru beberapa yang datang, itupun mereka lagi di pantry, biasalah sarapan, ngopi sambil gosip.Pak Raga tergolong bos yang rajin, masih ada

  • Selingkuhan Suamiku   Hancur Perlahan

    "Jadi Raga lagi deket sama janda?" Tante Nelly kelihatan termenung, pasti pikirannya sudah terkontaminasi oleh ceritaku tentang si Dinda."Iya Tan, Tante coba deh bicara baik-baik sama Raga. Masa iya seorang Raga bisa sama janda kaya perempuan itu, dia perempuan nggak punya Tan. Rumahnya aja ngontrak, terus bukan dari turunan keluarga yang selevel dengan keluarga Tante. Ya Miska cuma menyayangkan aja, kasihan nanti kalau Om sama Tante harus malu pas kabar ini sampai ke kolega atau rekan bisnis kan."Perlahan Tante Nelly nggangguk, yes aku rasa misiku sudah hampir berhasil. Aku yakin banget setelah ini Raga nggak akan pernah kelihatan atau terdengar dekat lagi sama Dinda.Kami cukup lama ngobrol hingga akhirnya aku bisa lihat Raga keluar dari kamarnya di lantai atas, lah aku kira Raga sudah berangkat ke kantor tapi rupanya dia masih ada di rumah. Wah bisa-bisa nanti dia curiga sama aku lagi."Hai Ga.." Tanganku melambai nyapa dia yang menghampiri kami."Hai Mis, tumben..""Iya nih, kan

  • Selingkuhan Suamiku   POV Miska

    "Gimana, lo udah berhasil ngerjain si Dinda?" Kesal juga menunggu cukup lama di depan gerbang rumah.Sejak aku tahu kalau dia tinggal di perumahan itu, aku jadi punya ide buat ngerjain dia. Minimal bikin dia takut dan akhirnya nggak betah tinggal di Jakarta. Aku nggak mau yah kalau Mas Fahri nyamperin dia dengan alasan-alasan lain. Seperti kayak tempo hari, suamiku minta diantar buat urusan surat cerai. Padahal tinggal minta pengacara saja buat urus semuanya bikin hatiku ketar-ketir nggak jelas. "Berhasil Bos, cuma.." Orang suruhanku natap aku dalam-dalam kayak ada yang janggal."Saat kami mau masuk ke rumahnya, di rumah sebelahnya kayak masih rame Bos. Untungnya kami nggak jadi aksi, soalnya nggak lama setelah itu kami lihat ada mobil mewah datang pas kami udah kabur naik motor.""Mobil mewah?" Keningku mengernyit dalam, mobil siapa yang dia maksud itu."Iya Bos, kami nggak tau siapa yang ada di dalamnya karna kami langsung kabur dari perumahan itu."Penuturan anak buahku bikin aku

  • Selingkuhan Suamiku   Diinterogasi Pak RT

    Sekelebatan dua orang tadi terlihat lagi, keduanya naik motor dengan mesin yang tidak dinyalakan. Aku nggak salah lagi, jelas sekali mataku ini melihat kedua orang yang lari dari arah rumahku menuju tempat gelap dimana motor mereka berada.Diiringi ketakutan akibat mati lampu, mau tak mau memberanikan diri menyalakan meteran listrik di luar sana. Kalau tidak kan listrik di rumahku bakalan mati sampai pagi, anehnya pos ronda yang tak jauh dari rumah kelihatan sepi kalau biasanya ada yang jaga sampai subuh. Sayup-sayup terdengar suara deru mesin mobil makin dekat dan tak salah lagi, mobil yang aku kenali parkir di depan rumah. Itu mobilnya Pak Raga, ada apa coba datang lagi malam-malam begini? Bikin aku was-was disamperin bos di waktu yang kurang wajar."Dinda, kenapa listrik rumahmu mati? Apa tokennya mati?" Kulihat Pak Raga menghampiriku yang memang belum sempat menyalakan meteran listrik. Pun saat baru akan aku jawab, tetangga sebelah rumah keluar dan bertanya dengan suara nyaring.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status