7 - Saya Sudah Sering Termakan Janji Palsu

Disaat otak Saquyna masih berpikir, kepalanya sudah lebih dulu mengangguk dengan malu. Apa dia masih belum sepenuhnya sadar? Apa mungkin dia mengira itu mimpi?

Gusti menarik leher Saquyna untuk membelakanginya, lalu bibirnya meraup bibir tipis Saquyna. Sentuhan yang bukan pertama kalinya itu masih terasa tidak nyata sampai-sampai Gusti harus menahan napasnya.

"Kamu yakin setuju?" bisik Gusti lagi. Padahal dia sudah setengah gila menahan getaran di bawah sana tapi pria itu tetap mempertanyakan kesediaan Saquyna.

"Kalau nggak mau, nggak apa-apa. Saya mau pulang," ucap Saquyna kesal. Siapa yang tidak kesal kalau hasrat yang sudah naik ke ubun-ubun malah dihentikan.

Gusti terkekeh geli, "Bercanda. Bisa kita lanjutkan?"

Saquyna tidak menjawab. Gusti mengambil alih dengan membalikkan keadaan. Dia ingin berada di atas, dengan tahta tertinggi sebagai kepala rumah tangga. Benarkah? Hubungan mereka saja hanya sebatas hubungan senang-senang. Rumah tangga apanya?

Saquyna terpana, terpaku pad