Share

Bab 167. Tahan Dulu Selir Mu Fei

Penulis: Zhang A Yu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-04 11:56:12

Kaisar bergeming.

Seakan-akan suara selir agung tak lebih dari desir angin yang lewat, tidak mampu menembus dinding batin yang kini sepenuhnya terfokus pada wanita di sisinya. Jemari besar Kaisar tetap mengunci tangan mungil Chun Mei, bahkan dia meremasnya lebih erat, seolah hendak mengukuhkan bahwa hanya perempuan ini yang berhak menerima seluruh perhatiannya.

Tatapannya tak bergeser sedikit pun; tetap menelusuri wajah pucat Chun Mei, seakan mencari kekuatan dari napas lemah wanita tersebut.

Selir agung yang berdiri di tengah ruangan menanti jawaban. Jantungnya berdegup keras, telinganya bergetar oleh senyap yang menusuk. Namun, semakin lama dia menunggu, semakin jelas pula bahwa keberadaannya tak dihiraukan.

Bibirnya bergetar, ingin mengulang perkataan tadi, tetapi pandangan dingin Kaisar yang sekilas beralih padanya, hanya sekilas, membuat kata-kata itu membeku di kerongkongan. Sorot mata itu tajam, tak perlu suara untuk menyampaikan; jangan berani mengusik.

Keheningan menggan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 174. Intrik Permaisuri dan Ratu

    Permaisuri Yuwen seketika membeku. Ujung jarinya yang masih menggenggam tangan Chun Mei perlahan mengeras, sebelum buru-buru dia tarik kembali. Seolah baru saja menyentuh bara, napasnya sedikit tertahan, matanya yang dingin berubah tegang. Dalam batinnya, dia menyesal telah berkata demikian. Hanya saja, wajah Permaisuri Yuwen tetap dipaksakan anggun, senyumnya samar, tapi di baliknya ada segurat kegelisahan yang sulit ditutupi. Dia menundukkan kepalanya sesaat, seakan menutupi sorot mata yang sempat goyah. Sementara Chun Mei masih berdiri tegak, senyumnya terjaga indah. Bukan senyum ramah, melainkan senyum tipis yang menutupi ribuan makna. Tidak menusuk, tidak pula hangat, cukup untuk membuat lawan bicaranya merasa terjebak dalam ruang tanpa pintu keluar. “Ah.” Dan permaisuri Yuwen lanjut memecahkan ketegangan sendiri. “Jadi kabar itu tidak benar, yah? Para pelayan memang pintar bergosip.” Permaisuri Yuwen secara tak langsung melimpahkan masalah pada pelayan. Padahal Chu

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 173. Topeng Para Wanita

    Chun Mei mengulurkan tangan putihnya yang ramping, jari-jari lentik itu menyentuh lengan Mu Fei dengan gerakan pelan tapi tegas. Dengan satu tarikan halus, Chun Mei mengangkat lengan Mu Fei, memaksa wanita itu berdiri kembali. Senyumnya tipis, indah,hanya bisa saja begitu menusuk hati. Suaranya terdengar manis, tapi sarat dengan nada menghina yang halus, membuat setiap katanya bagaikan jarum halus menusuk kulit. “Selir Mu Fei terlalu sopan,” ucap Chun Mei, seolah sedang menenangkan seorang adik yang canggung, “seakan-akan aku ini benar-benar sulit dijangkau.” Tatapan Chun Mei menyipit, menggelitik dengan rasa puas. Senyuman di bibirnya begitu tipis, tapi mampu membuat Mu Fei merasakan seolah dirinya sedang dipermalukan di depan pelayannya sendiri. Mu Fei menggertakkan giginya dalam-dalam, matanya berkilat marah, tapi wajahnya tetap dipaksakan lembut, bibirnya menekuk kaku dalam senyuman palsu. “Ratu Chun terlalu merendah,” jawabnya dengan suara bergetar samar, “bagiku, Ya

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 172. Siapa yang Berani?

    Kata-kata Kaisar Lin Yi barusan menggema di benak semua pejabat. Namun, tak seorang pun berani menjadi yang pertama. Mereka saling lempar pandang dari balik kepala yang menunduk, wajah mereka pucat, keringat dingin menetes di pelipis. Detik terasa panjang. Hingga akhirnya, seorang pejabat tua dari barisan kiri, dengan jubah kebesaran hitam panjangnya, menghela napas berat. Dia perlahan merendahkan tubuh, lalu bersujud dalam-dalam, suara seruannya terdengar mantap walau gemetar. “Hamba memberi hormat pada Ratu Chun!” suara itu menggema di aula besar, membuat atmosfer yang kaku sedikit retak. Seolah mendapat isyarat, pejabat lain pun segera menyusul. Satu per satu mereka menjatuhkan diri bersujud, suara-suara hormat mulai bersahutan, saling tindih, hingga bergemuruh. “Kami memberi hormat pada Ratu Chun!” “Kami memberi hormat pada Ratu Chun!” Gaung itu menebas hening, memenuhi seisi ruangan, hingga hanya tersisa tiga orang pejabat yang tetap tegak. Mereka berdiri kaku, wajah men

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 171. Penobatan Chun Mei

    Ketegangan belum usai, tiga pelayan berpakaian putih gading masuk dengan langkah pelan tapi teratur. Bayangan mereka memanjang di lantai ubin yang berkilau, membuat seisi aula spontan melempar pandangan ke arah mereka. Terutama pada apa yang mereka bawa.Pelayan pertama membawa baki hitam berlapis emas. Di atasnya terletak sepasang tusuk rambut Phoenix berkilau, emas murni yang diukir halus hingga seakan-akan bulu burung itu bisa bergerak. Batu permata merah darah menghiasi matanya, seolah api yang tak pernah padam.Pelayan kedua membawa gulungan sutra putih dengan segel naga merah menyala yang melambangkan kekuasaan tertinggi Kaisar.Pelayan ketiga membawa baki betisi jubah, berwarna merah marun menyala dengan sulaman burung hong berekor sembilan. Benang emasnya bersinar setiap kali terkena cahaya lampu minyak, seolah sayap-sayap burung itu hendak terbang ke angkasa. Setiap helai jahitan adalah karya seni, setiap lengkungan ekor burung hong membawa lambang keberlangsungan dinasti.Me

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 170. Membekukan Suasana

    Langkah berat sepatu besi bergema di koridor panjang paviliun Naga Emas. Sore yang perlahan meredup membuat bayangan tiang-tiang istana memanjang di lantai batu. Jenderal Shang Que memimpin patroli kecil bersama beberapa pengawal, wajahnya tetap dingin, sorot matanya tajam menyapu sekeliling, memastikan tidak ada gerakan mencurigakan. Dari arah berlawanan, Chu Qiao muncul. Begitu menyadari siapa yang datang, napasnya langsung tercekat. Dia menunduk cepat, bahunya menegang, jemarinya bergetar halus di sisi tubuh. Lidahnya refleks membasahi bibir yang kering, tapi kelembapan itu hilang secepat dia berusaha menahannya. Shang Que tidak berhenti. Tidak ada tanda dia berniat mengurangi langkahnya, seakan Chu Qiao hanyalah bagian dari pemandangan istana yang tak perlu diperhatikan. Tubuhnya tetap melangkah lurus, tegap, tanpa goyah sedikit pun. Hanya bola matanya yang bergerak. Sekilas. Entah itu sebuah lirikan yang disengaja atau hanya gerakan refleks seorang jenderal yang terbiasa meng

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 169. Di Balik Ketenangan

    Di bawah naungan pohon plum, sebuah meja rendah dipasang, di atasnya terletak kecapi panjang dengan permukaan mengilap. Chun Mei duduk anggun, jemarinya menari luwes di atas senar, menghasilkan melodi jernih yang mengalun, lembut tapi penuh perasaan. Wajahnya tenang, mata menunduk dengan senyum samar, seolah hanya musik yang ada di dunia ini. Di sampingnya, Chu Qiao berdiri tegak, sedikit condong ke belakang dengan lengan terlipat. Ekspresinya datar, pandangan matanya kosong, seolah nada-nada yang mengalun tak benar-benar masuk ke telinganya. Ada garis tegas pada wajahnya, dingin, seakan pikirannya jauh melayang entah ke mana, bukan pada musik, bukan pula pada Chun Mei. Chun Mei melirik sekilas dari bawah matanya, tanpa menghentikan petikan senar. Jemarinya yang lentik bergerak semakin lembut, seakan mencoba menyelipkan rasa hangat ke dalam melodi. Namun, Chu Qiao tetap tak bergeming, tatapannya lurus tanpa emosi. Hanya suara kecapi yang memenuhi udara, berpadu dengan kicau buru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status