Beranda / Zaman Kuno / Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu! / Bab 91. Dua Jenderal itu Bukan Lawan

Share

Bab 91. Dua Jenderal itu Bukan Lawan

Penulis: Zhang A Yu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 16:13:31

Langit pagi masih pucat ketika pintu utama kediaman Jenderal Shang Que terbuka perlahan. Seorang pria tua dengan janggut tipis dan sorban abu-abu melangkah keluar, membawa kotak kayu obat di tangannya. Langkahnya tenang, tapi wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran yang belum reda.

Tabib Jiang, salah satu tabib Kekaisaran yang paling tua, dikenal dingin dan tak banyak bicara. Namun pagi ini, sorot matanya lebih berat dari biasanya. Dia melirik ke arah pelayan yang berdiri di sisi tangga dan berkata pelan, “Jangan biarkan siapa pun masuk kecuali atas perintah langsung Jenderal. Lukanya tidak ringan.”

Pelayan itu mengangguk cepat. “Baik, Tabib.”

“Ganti perban setiap pagi dan malam. Gunakan ramuan hitam di kotak ini untuk bagian pinggangnya. Campur dengan air panas dan kain linen bersih. Jangan pakai air dingin.” Tabib Jiang menepuk kotaknya, sebelum menambahkan lirih, “Dan jangan bawa kabar ini keluar kediaman. Belum saatnya orang-orang tahu bahwa Jenderal mereka hampir tewas.”

“Ya, Tab
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 225. Pagi Menegangkan

    Chu Qiao duduk diam di kursi kayu rendah. Suara kain halus bergesekan pelan saat Chun Mei menarik perlahan lengan bajunya hingga melewati bahu, menyingkap luka gores yang memanjang di kulit pucatnya. Air hangat dalam baskom kecil di meja samping memantulkan cahaya temaram lampu minyak. Asap tipis mengepul, menyatu bersama aroma lembut obat herbal yang baru disiapkan. Tanpa berkata apa pun, Chun Mei merendam kain bersih ke dalam air, memerasnya perlahan, lalu menyapukannya ke luka di lengan Chu Qiao. Gerakannya hati-hati, nyaris lembut seperti belaian. Chu Qiao tidak mengeluh, tidak juga menatap. Matanya tertuju kosong ke arah lantai kayu, menatap refleksi cahaya yang bergetar. Setiap kali kain menyentuh luka, otot di bahunya menegang, tapi dia menahan diri dengan diam sempurna. Setetes air menetes dari kain, jatuh di punggung tangannya. Hangat. Sehangat napas yang samar terasa di dekatnya. Chun Mei beralih mengambil mangkuk kecil berisi salep, ujung jarinya menyentuh permukaannya

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 224. Pertarungan Dengan Jenderal

    Tubuh jenderal Shang spontan berputar. Crash! Pedangnya langsung terhunus, berkilau tajam dalam cahaya lampu minyak, dan tanpa perhitungan dia tebaskan ke arah tirai. Tirai terbelah, potongan kain terbang di antara kilatan logam. Chu Qiao melesat keluar dari balik bayangan, pedang tipisnya menangkis, percikan api logam berloncatan. Ruangan kecil itu seketika berubah menjadi medan tempur. Meja terbelah, kursi terjungkal, guci arak pecah menghantam lantai, cairannya mengalir bagai darah. Zi’er tersentak, tubuhnya menempel ke dinding, wajah pucat berkilau keringat. Langkahnya berulang kali terseret mundur, nyaris jatuh, hanya bisa menahan napas menyaksikan dua bayangan beradu cepat melebihi pandangan matanya. Jenderal menekan, setiap ayunan pedangnya berat, penuh tenaga perang. Chu Qiao melompat ringan, meluncur rendah, pedangnya menyambar cepat, menusuk di celah-celah serangan. Clang! Clang! Clang! Benturan demi benturan membelah keheningan, menggema menusuk telinga. C

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 223. Tertangkap???

    Dug!!! Kya!!! Para wanita yang sedang tertawa menggoda tiba-tiba menjerit histeris ketika dari jendela lantai dua meluncur sesuatu. Seorang pria gendut jatuh menghantam tanah. Tubuhnya terbanting keras di jalanan basah. Jeritan memuncak saat mereka melihat wajahnya! Mata pria itu melotot lebar, lidahnya terjulur kaku, seolah bahkan dalam kematian pun dia masih ingin menatap tubuh-tubuh indah di sekelilingnya. “Mayat! Ada mayat!” “Ya Tuhan, dia jatuh dari atas!” Wanita-wanita Linglong yang sebelumnya tersenyum manja kini histeris, berhamburan ke segala arah. Suara sandal kayu beradu dengan batu jalanan, suara kain sutra terkibas di antara teriakan panik. Dari kerumunan, seorang wanita bertubuh berisi dengan jubah mewah warna merah keemasan; pemilik rumah bordil, bergegas menerobos ke depan. Wajahnya pucat pasi, kipas lipat di tangannya berkibar panik, mengipas-ngipasi wajah sendiri seakan bisa mengusir malapetaka. “Celaka! Celaka! Bajingan ini mati di depan pintu r

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 222. Menyelinap Pergi

    Di gang belakang rumah bordil yang samar diterangi lampu merah, Chu Qiao melangkah mantap. Pakaian hitamnya membaur dengan kegelapan, hanya suara gesekan sepatu kulit pada tanah basah yang menandakan kehadirannya. Rambut yang dicepol rapi terselip di bawah topi hitam bertepi lebar, menutupi wajahnya hingga hanya mata tajam itu yang tersisa; mata yang seolah menelan segala cahaya. Lorong sempit dipenuhi aroma arak basi dan dupa murahan. Suara tawa perempuan bercampur dengan nada seruling samar dari ruang bawah membuat suasana semakin gaduh. Namun, Chu Qiao tidak berhenti. Dia memilih jalur belakang, tempat para pelayan jarang berkeliaran, tangga kayu sempit yang langsung mengarah ke lantai dua. Langkahnya ringan, nyaris tak meninggalkan jejak. Tangannya sempat menyentuh gagang pedang pendek yang tersembunyi di balik jubah, sekadar memastikan senjata itu masih ada. Sampai di lantai dua, suasana berbeda. Lebih sunyi. Hanya sesekali terdengar lenguhan samar di balik pintu-pintu kamar.

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 221. Tuan Jatuh Hati Pada Bidak

    Di kuil Haiyun. Ketika Li Jiancheng tiba, adiknya; Li Muwan, tengah bermain wei qi dengan selir agung. Li Jiancheng sengaja menghentikan langkah, memandang adik tersayangnya dari kejauhan. Begitu Li Muwan melihat Li Jiancheng tak jauh di depan sana, dia mencondongkan wajah untuk berbisik, “Selir Agung, hari ini sampai sini dulu.” Selir Agung seolah dapat membaca isi pikiran Li Muwan. Dengan cepat menoleh, mendapati Li Jiancheng berdiri tanpa ekspresi. Lantas, tanpa mengatakan apapun, selir agung meletakkan batu hitam, yang tadi di tangannya. Lanjut beringsut melenggang pergi diikuti nyonya Xu. Kini Li Jiancheng melanjutkan langkah menghampiri Li Muwan. Duduk tanpa perlu diperintah, pandangannya ke bawah, memperhatikan sisa-sisa permainan wei qi. “Aku belum mendengar kematian Chun Mei.” Li Muwan berkata sembari menuangkan teh untuk Li Jiancheng. “Tujuan utama Qiao'er adalah Shang Que.” Li Jiancheng membalasnya tanpa ekspresi signifikan. “Dan sekarang apa Shang Que su

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 220. Permaisuri Yuwen Mencoba Trik Kecil

    Permaisuri Yuwen baru saja keluar dari kediaman nenek permaisuri, langkahnya tenang tapi hatinya masih digelayuti resah. Ucapan wanita tua itu tentang calon anak di kandungannya membuat pikirannya terasa berat! Belum jauh berjalan, dari arah berlawanan tampak seorang wanita, yang tak asing lagi. Chun Mei. Di bawah cahaya siang, penampilannya tampak anggun tanpa perlu balutan mewah. Gaun sutra lembut berwarna hijau pucat dengan bordiran tipis bunga seruni menempel indah di tubuh ramping, serta perut yang tampak membesar. Rambut hitam panjangnya disanggul sederhana, dihiasi satu tusuk rambut giok yang memantulkan cahaya matahari. Wajahnya bersih, cantik, dengan sorot mata tenang yang seolah menolak terusik hiruk-pikuk intrik istana. Permaisuri Yuwen memperhatikan dalam diam. Hati kecilnya segera diselimuti rasa tak suka, bukan karena Chun Mei berusaha menyaingi kemewahannya, justru sebaliknya, karena pesona alami wanita itu tetap memancar meski tanpa gemerlap perhiasan. Saa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status