Share

Masih Perawan

last update Last Updated: 2025-03-25 06:28:01

Lady memasukkan dua potong pakaian ke dalam tas. Blouse berbelahan dada rendah serta rok mini sepaha. Nanti setelah pulang kuliah ia akan langsung ke Romantic—kelab malam tempatnya bekerja sebagai pelayan.

Setelah kuliah berakhir biasanya Lady akan mengganti bajunya di toilet dulu, tak lupa melapisinya dengan jaket. Teman-temannya sesama mahasiswa sudah tahu pekerjaan sampingan Lady. Berbagai respon ia terima. Ada yang memandangnya dengan rendah, dan ada pula yang biasa-biasa saja. Tapi Lady tidak ambil pusing. Ia hanya mencoba menjalani pekerjaan yang menurutnya halal untuk tetap bertahan hidup.

Lady memasuki Romantic melalui pintu khusus para karyawan. Membuka jaket dan meletakkannya di loker, Lady berkaca sesaat, memulas ulang sapuan bedak di pipinya, kemudian membubuhkan blush on dengan sedikit tebal. Sebenarnya ia tidak suka dengan riasannya ini. Menurut Lady, dandanannya terlalu menor. Namun atasannya mewajibkan berpenampilan begitu dengan alasan agar indah dipandang dan menarik perhatian siapa saja.

”Lady, antar ini ke meja VIP.” Lady langsung mendapat perintah untuk mengantar minuman.

Ia mengedarkan mata ke meja dimaksud. Ada empat orang laki-laki muda di sana.

Dengan langkah anggun Lady membawa minuman. Beberapa orang pria pengunjung tempat itu bersiul menggodanya.

“Hai cantik… sini dong sama Abang.”

Lady yang sudah terbiasa menghadapi godaan semacam itu tersenyum sekilas dan tidak terlalu meladeni mereka selagi itu hanya sebatas godaan melalui kata-kata. Tapi ia tidak akan tinggal diam jika ada yang berani menyentuhnya.

“Permisi…” Lady meletakkan minuman di atas meja setelah meminta izin.

“Ternyata lo!”

Lady yang tadinya tersenyum mendadak mengatupkan bibir begitu mengetahui siapa sosok yang barusan menggumam kecil padanya. Rain.

Rain memindai Lady dari atas kepala hingga ujung kaki. Ia tercengang melihat penampilan Lady saat itu yang begitu berbeda dengan saat ditemui di rumah bundanya. Lady yang waktu itu sangat sopan dengan pakaian longgar kini tampil dengan busana seksi, ketat, dan… menggoda. Rambutnya yang waktu itu dikuncir kini digerai bebas. Pun dengan bibirnya yang saat itu polos tanpa polesan apa-apa dan cenderung kering kini berwarna merah menyala. Lady terlihat cantik dan menggoda. Rain benci mengakuinya, namun ia tidak bisa mengingkari pandangan matanya.

’Di depan Bunda gayanya sopan, lugu dan polos, tapi ternyata begini. Ternyata dia bukan cewek baik-baik,’ kecam Rain di dalam hati.

Lady yang juga terkejut melihat Rain tidak berkata apa-apa. Ia bersikap sama seperti laki-laki itu yang berpura-pura tidak mengenalnya.

”Thank you, Cantik.” Gavy, salah satu teman Rain menatap Lady dengan mata nakalnya ketika perempuan itu meletakkan gelas minuman.

”Sama-sama.” Lady tersenyum ramah. Bukan senyum yang dengan senang hati ia lakukan, tapi ia melakukannya karena tuntutan pekerjaan.

“Open BO nggak nih?” Bobby, teman Rain yang lain menyentuh tangan Lady. Tatapannya tidak kalah liar dengan lelaki sebelumnya.

”Maaf, saya di sini murni pelayan, bukan yang lain-lain.” Lady menepis tangannya dari lelaki yang mencekalnya.

Semua pria tersebut kemudian tertawa mendengar jawaban Lady kecuali Rain. Mereka tidak percaya pada perkataan Lady.

“Hahaha… pasti dia anak baru.”

”Muna banget, sok lugu.”

“Paling nanti kalau gue tunjukin duit segepok bakalan diem.”

“By the way, i like her boobs.”

“Perasaan nggak gede-gede amat. 36B i think.”

”36B lo bilang nggak gede? Mata lo udah siwer?” Bobby menoyor pelan kepala Gavy.

”Ya, seenggaknya nggak tumpah-tumpah, cuma ngintip sedikit. Tipe Rain banget tuh. Iya kan, Rain?”

Ketiganya memandang bersamaan ke arah Rain yang sejak tadi hanya diam.

”Apanya?” sahut Rain.

“Elo kan suka yang ngintip-ngintip sedikit, nggak suka yang tumpah ruah, kayak cewek yang tadi. Lagian kenapa lo diem aja? Dari tadi juga kayak orang sakit gigi.”

“Gue males bahas cewek nggak jelas kayak gitu. Bisa nggak ganti topik yang lebih bermutu?”

”Bisa banget. Sekarang tuh yang lagi viral coli pake cumi-cumi. Lo mau coba nggak?”

“Ngapain juga gue coli kalo ada Sydney?”

“Halaa… lo Sydney mulu, nggak bosan apa? Kita tuh masih muda Rain. Lo nggak mau coba yang lain?”

“Dosa,” celetuk Rain sok polos, yang ia tahu apa respon teman-temannya setelah itu.

“Huhhh!!! Ketiga temannya menyoraki dan tertawa lepas. “Dosa itu nikmat. Nanti kan tinggal tobat."

"Eh, by the way lo kan habis menang kompetisi nih. Kita punya gift buat lo,” celetuk Bobby tiba-tiba. Bobby merupakan teman Rain yang juga berprofesi sebagai pembalap. Hanya saja karirnya tidak secemerlang karir Rain.

“Gift apaan?”

“Ada deh… nanti gue kasih tahu. Eh, lo juga, Le, dari tadi cuma senyum. Lo kenapa? Mau gift juga?”

Ale, sahabat Rain yang paling dekat dengannya yang juga merupakan manajernya hanya tersenyum hampa. “Lain kali deh, Rain aja dulu. Gue kan nggak ngapa-ngapain.”

“Halaaa… gaya lo.”

Ale lalu menghindar ketika Bobby mencoba mendorong pelan kepalanya.

Keempat laki-laki itu kemudian turun ke lantai disko, bergabung bersama para pengunjung lainnya.

Selang beberapa menit, Bobby menyelinap keluar dari kerumunan orang-orang.

***

“Lagi sibuk, Dear?”

Lady yang baru saja melayani tamu menoleh ke belakang kala pundaknya ditepuk. Lady terkejut saat mendapati ternyata lelaki teman Rain tadi berdiri di belakangnya. Laki-laki nakal yang tadi dengan lancang menyentuh tangannya. Lady langsung waspada.

”Ada apa ya, Mas?”

Lelaki itu tersenyum. “Saya minta tolong, boleh?”

“Minta tolong apa?”

“Saya mau pesen cocktail tapi tolong diantar ke kamar 301 ya!”

Kerutan tercipta di dahi Lady. Kelab malam tempatnya bekerja memang satu bangunan dengan hotel bintang lima. Tak jarang para pengunjung di sana sering menginap di hotel tersebut hanya untuk one night stand.

Melihat Lady kebingungan, Bobby segera mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya. “Ini buat kamu,” kata laki-laki itu sembari menyodorkan ke tangan Lady.

Selama sepersekian detik Lady terdiam.

“Ayo, nggak usah sungkan. Ini tip buat kamu. Kamu hanya perlu mengantar cocktail ke kamar itu lima belas menit lagi.”

Bobby pergi dari hadapan Lady sebelum perempuan itu sempat menjawab apa-apa. Lady memang sering menerima tip dari para pengunjung, namun tidak pernah sampai sebanyak ini. Untuk sesaat ia masih bingung. Tapi ia pikir sekadar mengantar minuman apa salahnya.

***

Bobby memapah Rain dengan penuh upaya. Alkohol yang kini beredar di pembuluh darahnya membuat kesadaran Rain tinggal separuh.

”Kita mau ke mana, Bob?” Rain masih sempat bertanya saat Bobby membawanya ke sebuah ruangan dan memapahnya masuk.

“Lo inget nggak, tadi gue bilang mau kasih gift?”

“Hemm…” Rain tidak benar-benar mengingatnya karena sudah hangover.

Bobby membaringkan Rain yang sudah tidak berdaya di ranjang. “Rain, lo di sini dulu ya, bentar lagi gift buat lo dateng.”

Seulas senyum licik terbit dari bibir Bobby sebelum ia meninggalkan Rain sendiri di tempat itu.

***

Berjalan sendiri, Lady berhenti tepat di depan pintu kamar 301. Tadi Bobby memberikan keycard kamar tersebut padanya dan menyuruh langsung masuk.

Dengan membawa cocktail di tangannya Lady membuka pintu. Langkahnya terhenti tiba-tiba ketika melihat seseorang sedang berbaring di ranjang.

‘Astaga! Siapa itu?’

Ragu-ragu ia berjalan mendekat.

“Hany…”

Lady kaget ketika tiba-tiba saja orang di ranjang membuka mata dan menarik tangannya. Namun yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah begitu mengetahui lelaki itu adalah Rain.

“Lepasin aku!” Lady menarik tangannya yang dicekal Rain, namun tidak berhasil karena tenaga laki-laki itu jauh lebih kuat.

”Sini, Han, temenin aku tidur di sini.” Rain yang menyangka Lady adalah Sydney menarik Lady lebih kuat hingga perempuan itu rebah di sebelahnya. Dengan sigap Rain mengunci Lady di bawahnya agar tidak meloloskan diri.

“Kamu mau ngapain? Lepasin saya!” Lady memberontak saat Rain mencoba meraup bibirnya.

“Kamu menolak aku, Han?” tanya Rain heran. Selama ini sekali pun Sydney belum pernah menolaknya.

”Dasar cowok brengsek. Selain sombong kamu juga biadab!” maki Lady penuh amarah serta ketakutan. Ia terus memukul Rain yang mengunci tubuhnya.

“Han, seriously kamu mau kita main BDSM?” ujar Rain karena Lady terus melawan dan memukul badannya. “Oke, aku nggak keberatan kalau kamu maunya begitu.”

Lalu Rain membuka kemejanya dan dengan gerakan cepat mengikat kedua tangan Lady.

Lady terkejut atas perlakuan Rain padanya. Ia lalu berteriak, “Tolong!!! Tolong saya! Apa ada orang di sini? Tolong saya!!!”

“Sssttt… Han, jangan teriak. Lagian kamu kenapa sih tiba-tiba jadi kayak gini. Aku udah on nih, Han…”

Lady menangis ketika Rain melepas penutup tubuhnya satu demi satu hingga ia tampil polos bagai manekin. Lady terus melawan dan mencoba untuk melepaskan diri, namun usahanya kembali sia-sia. Rain jauh lebih kuat.

”Kamu kenapa nangis, Han? Aku nyakitin kamu memangnya?” tanya Rain sambil membelai rambut Lady.

Kecupan bibirnya di tubuh perempuan itu mulai menjalar ke mana-mana. Mulai dari bibir, leher, dada hingga bagian yang lain.

Rain melucuti pakaiannya sendiri hingga tubuhnya tak berpenutup. Ia tidak memedulikan Lady yang terus merintih dan menangis. Kadang Sydney memang suka nge-drama, pikirnya.

“Han, diam dulu, Han!” pinta Rain karena Lady terus meronta.

Rain memegang kaki Lady dengan kedua tangannya agar tidak terus bergerak. Ia kemudian memosisikan diri di depan Lady. Bersiap-siap memasuki perempuan itu.

Kerutan tercipta di dahinya ketika ia merasa kesulitan untuk masuk. Perempuan itu terasa sempit yang membuat Rain keheranan dan bertanya-tanya.

Kenapa jadi sesusah ini? Perasaan, Sydney nggak begini.

Sambil terus mendorong, Rain memandangi wajah Lady yang meringis menahan sakit. Detik itu juga ia tersadar kalau perempuan yang ia coba masuki bukan Sydney. Rain menarik diri sebelum berhasil masuk.

“Lo masih virgin, lo bukan Sydney,” desisnya syok.

Rain segera melepaskan tangan Lady yang sejak tadi terikat.

Tanpa membuang waktu, Lady bangkit dari ranjang dan segera memungut pakaiannya dan memakai dengan terburu-buru.

Plakkk!!!

Telapak tangan Lady melayang ke pipi Rain yang membuat laki-laki itu berjengit.

“Saya nggak akan pernah melupakan kebejatan anda malam ini!” kecamnya penuh kebencian.

Rain membatu sambil memegang pipinya yang perih. Tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali memandang Lady yang pergi dengan membawa air mata.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Feeling Guilty

    Terbangun pagi itu, Rain menemukan dirinya di sebuah ruang asing. Ia merasa belum pernah berada di sana sebelumnya. Rain juga tahu persis bahwa ini bukanlah kamar di apartemennya, apalagi kamar di rumah bundanya.Sembari memegang kepalanya yang terasa berat, Rain mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi sehingga ia berada di tempat itu. Begitu nyawanya terkumpul, Rain segera terduduk.”Oh, shit! Gue ngapain semalam?”Pelan tapi pasti Rain berhasil mengumpulkan serpihan ingatannya. Sial. Ternyata tadi malam ia hampir saja meniduri seorang perempuan. Rain tidak ingat siapa perempuan itu karena blackout. Yang jelas bukan Sydney. Karena perempuan yang akan ditidurinya masih virgin. Rain batal menidurinya. Bagi Rain, ia tidak akan pernah meniduri perempuan yang masih perawan. Perempuan perawan adalah wanita yang akan dijadikannya istri suatu saat nanti. Bukan untuk teman tidur.Bobby. Nama itu adalah orang kedua yang melintas di benaknya. Di sela-sela ingatannya yang samar, Rain ber

    Last Updated : 2025-03-25
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Lebih Baik Menikah Dengan Buaya

    Lady baru saja menyadari sesuatu. Dompet serta segenap isinya termasuk kartu identitas diri miliknya raib tanpa ia sadari. ‘Astaga! Di mana dia? Di mana dompetku?’Dalam keadaan badannya yang tidak nyaman Lady yang panik berusaha keras mencari dompet tersebut. Ia membongkar apa pun yang berada di kamarnya, namun tetap tidak menemukan apa-apa.Lady semakin cemas. Uang yang berada di dalam dompet tersebut mungkin tidak seberapa. Namun ia tidak akan bisa apa-apa tanpa kartu tanda pengenal yang turut hilang.Lama mencari dan mulai putus asa, Lady merebahkan tubuhnya ke pembaringan. Seakan deritanya belum cukup, kini ia harus diberi ujian lain. Kenapa cobaan bertubi-tubi datang menimpanya? Seolah hidupnya memang ditakdirkan untuk menderita.Air matanya hampir menetes lagi ketika ia mendengar suara ketukan di pintu rumah. Ada seseorang di depan sana. Tapi siapa? Nia sudah berangkat kerja sejak tadi setelah membelikan obat sakit kepala untuknya. Apa mungkin teman serumahnya itu balik lagi?

    Last Updated : 2025-03-25
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Semua Demi Bunda

    Menyetir sendiri, Rain pergi meninggalkan rumah kontrakan Lady. Perempuan itu meninggalkan begitu banyak kesan. Jika selama ini banyak wanita yang berebutan ingin tidur dengannya dan menggadaikan harga diri mereka, maka tidak dengan Lady. Malah dia terang-terangan menolak uang pemberian Rain.“Udah susah, masih sombong,” kecam Rain kesal. Tapi Rain bersyukur karena keadaan Lady baik-baik saja setelah kejadian malam itu. Setidaknya perempuan itu masih sehat walafiat dan masih bernapas hingga saat ini.“Lo di mana, Rain?” tanya Ale, sahabat sekaligus manajernya begitu Rain menerima telepon darinya.“Gue on the way, mau balik. Lo ke mana aja sih, nyet? Kenapa ninggalin gue semalem?” Rain balas bertanya. Hingga saat ini ia masih kesal pada ketiga temannya, terutama pada Bobby yang sudah menjebaknya.“Heh, lo duluan yang ngilang, malah bilang ninggalin.”“Ck! Kampret ya lo pada. Gue nggak ninggalin tapi--”“Udah, udah, ntar aja ceritanya. Gue mau kasih tahu, ada job buat lo, mau terima ngg

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Pura-Pura

    Tempat itu masih sama seperti biasanya. Sunyi dan menguarkan kesedihan. Meskipun begitu terawat, rapi dan bersih, tapi tetap saja auranya tidak akan pernah berubah.Rain melangkah di samping Kanayya sambil merangkul perempuan itu. Sementara Lady berjalan sendiri di belakang. Sejak awal ia sudah diberitahu kalau mereka akan ke tempat ini. Mengunjungi pusara ayahnya Rain yang meninggal di usia muda.Sekilas yang Lady dengar dari Kanayya, ayahnya itu tidak pernah tahu jika istrinya sedang mengandung anaknya. Menyedihkan. Rain dan Kanayya duduk bersisian menghadap makam. Sedangkan Lady di seberang mereka. Tidak ada suara yang terdengar, termasuk irama napas sekalipun. Ketiganya tampak khusyu’ berdoa.Hingga sesaat kemudian ketika Lady mengangkat muka ia mendapati muka Kanayya yang basah. Perempuan baik yang sangat diseganinya itu menangis.”Nis, aku datang sama anak kita. Sekarang Rain sudah besar. Dia beneran udah jadi pembalap meneruskan cita-cita kamu yang dulu,” isak Kanayya.“Nda, u

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jelmaan Cleopatra

    Rain menunggu di depan fitting room, sedangkan Lady masih berada di dalam ruangan itu. "Ngapain aja sih dia di dalam sampai selama itu?" gerutu Rain sendiri.Kehabisan rasa sabar, Rain mengetuk pintu fitting room."Hei, lo ngapain aja?" Tidak ada sahutan dari Lady yang membuat Rain bertambah kesal. Ia mengetuk pintu sekali lagi. Sebelum tangannya sempat beradu dengan daun pintu, pintu berwarna putih itu dibuka dari dalam. Sosok Lady kini berdiri tegak di hadapannya."Saya nggak cocok ya pakai baju ini?" tanya perempuan itu pada Rain. Terlihat jelas kalau dia tidak percaya diri.Rain terkesima hingga untuk detik-detik yang lama kehilangan kemampuan mengerjapkan mata."Gimana menurut anda?""Cantik banget, Dy." Suara itu berasal dari seseorang di belakang Rain. Kanayya. "Iya kan, Rain?""B aja," sahut Rain datar. "Ya udah, Nda, aku tunggu di mobil. Sumpek di sini." Lelaki itu lalu pergi meninggalkan keduanya."Dia memang begitu orangnya. Kamu nggak usah ambil hati." Kanayya tersenyum

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   She's Not My Tipe

    “Rain, akhirnya kamu datang juga. Tadi Bunda kamu bilang ke Tante kalau nggak bisa datang. Jadinya kamu yang mewakili.”“Iya, Tante, Bunda yang minta aku datang ke sini,” jawab Rain pada Tiwi, teman sang bunda. Keduanya kemudian saling mendekap hangat.Tiwi kemudian mengamati perempuan yang berdiri di sebelah Rain. “Ini pacar baru kamu, Rain?”“Bukan, Tante, ini temenku.”“Temennya cantik banget,” komentar Tiwi saat melihat Lady yang berdiri kaku di sebelah Rain. Lady tersenyum tipis merespon sanjungan yang ditujukan padanya. Masa sih dirinya secantik itu? Ia merasa biasa-biasa saja. Dan selama ini belum pernah ada yang menyanjungnya dengan berlebihan.“Pembalap kita akhirnya datang juga. Tumben nih, lagi nggak sibuk?” River datang ke tengah-tengah mereka.”Nggak, Om, jadwalku kebetulan lagi kosong, makanya bisa ke sini.” Rain beralasan.River kemudian menepuk pelan pundak Rain. “Om bangga sama kamu, Rain. Nggak nyangka di umur semuda ini tapi prestasi kamu udah nggak kehitung lagi.

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rumor

    Rain dan Lady pulang sebelum acara pesta berakhir. Nyaris di sepanjang acara Rain tidak memedulikan dan membiarkan Lady sendirian. Sementara ia sibuk dengan teman-teman yang ditemuinya di tempat itu."Biar aku naik taksi aja," putus Lady saat Rain berniat mengantarnya pulang."Nggak, gue anter lo sampe rumah." Rain menolak ide Lady. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan itu pulang sendirian malam-malam begini."Nggak usah kalau nggak ikhlas. Aku lebih baik naik taksi aja.""Lo tuh nggak tau terima kasih banget. Tinggal duduk diam apa salahnya? Masuk!" perintah Rain setelah membuka pintu mobil.Terpaksa Lady mengikuti kemauan laki-laki itu setelah tidak punya alasan lagi untuk menolak. Dengan cepat Rain beralih ke bangku pengemudi dan menyalakan mesin. Dalam diam, Lady mencuri pandang ke arah Rain. Lelaki itu gagah, juga terlihat angkuh di saat bersamaan. Hidungnya yang tinggi semakin menambah kesan arogan apalagi jika dilihat dari samping begini."Lo kenapa ngeliat gue kayak gitu?"

    Last Updated : 2025-03-28
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Curiga

    “Rain, kamu kan nggak lagi ngapa-ngapain. Jemput aku nanti siang di bandara. Aku sama Zee balik duluan. Mami sama Papi masih di Sydney.”Rain menghela napas setelah membaca pesan singkat dari Sydney. Sudah seminggu ini Sydney dan keluarganya berlibur ke Sydney. Sesuai dengan namanya, perempuan itu memang lahir di Sydney saat dulu orang tuanya bermukim di sana."Oke, Han, nanti aku jemput kamu." Rain membalas pesan tersebut.Meletakkan ponsel, Rain cepat-cepat mandi. Selama tidak ada kegiatan, hidupnya memang tidak teratur. Tidak ada yang dilakukannya selain tidur-tiduran, ngerokok, minum dan main ponsel.***Wajah cemberut Sydney adalah hal pertama yang dilihat Rain ketika ia sampai di bandara."Kangen banget sama kamu, hidup aku sepi nggak ada kamu," bisik Rain di telinga Sydney ketika ia memeluk erat perempuan itu."Bohong," tuding Sydney mengurai pelukan Rain dari tubuhnya."Bohong gimana?" Kerutan kecil tercipta di dahi Rain.Sydney mengambil ponsel dari dalam tas dan menunjukkan

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Win-Win Solution

    Sudah berbatang-batang rokok Rain isap. Puntungnya juga hampir menggunung memenuhi asbak. Sementara Wisnu sedang berbicara dengan Kanayya di dalam rumah.Rain menggeleng-gelengkan kepalanya nyaris putus asa kala menyadari saat ini sedang berhadapan dengan siapa. Mau tidak mau Rain mulai menyadari kebenaran perkataan Wisnu bahwa untuk menghadapi orang seperti Jacob dibutuhkan intrik yang cerdik.‘Tuhan… bantuin gue dong…’ Ia berteriak di dalam hati. Di saat itu Rain baru menyadari bahwa mungkin seseorang bisa membantunya. Ale. Jika selama ini sahabatnya itu selalu ada untuknya maka kali ini pasti Ale bisa menolong.”Nyet, bantuin gue,” ucap Rain ketika panggilan terhubung dengan Ale melalui saluran telepon.“Gue harus bantu apa? Kalau gue bisa pasti akan gue lakuin.” Ale menjawab dari seberang sana.“Gue udah bikin perjanjian sama bokapnya Sydney, tapi masa iya sih semua poinnya merugikan gue.” Rain kemudian menceritakan secara detail apa saja isi kesepakatan itu termasuk menyebutkan

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kesepakatan Yang Gagal

    “Gimana, Mas Rain? Apa sudah cukup jelas? Apa masih ada yang ingin ditanyakan?” tanya Reno, pengacara keluarga Jacob setelah sekian menit Rain masih termangu.“Saya nggak bisa tandatangani surat ini sekarang, Pak.” Rain menjawab sembari memandang lurus ke arah sang kuasa hukum.Seluruh keluarga Sydney terkejut mendengar penolakan Rain.“Kenapa? Apa ada yang kurang jelas? Saya bisa terangkan kalau Mas Rain masih kurang mengerti.”“Saya mengerti apa maksud dan tujuannya. Tapi saya nggak setuju pada beberapa poin di dalam surat perjanjian ini.” Rain menyatakan keberatan.“Bagian mana yang Mas Rain tidak setuju? Mungkin kita bisa bicarakan sama-sama.” Reno terus berusaha membujuk Rain. Sebagai kuasa hukum tentunya pria itu piawai bersilat lidah dan andal bernegosiasi.”Hampir semua bagian saya tidak setuju, terutama poin nomor dua, lima dan enam. Untuk apa konferensi pers? Apa kalian ingin membuat saya malu? Kalian ingin orang-orang jadi tahu, begitu tujuan kalian?”“Mas Rain, tolong jang

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kesepakatan Bersama

    Jasmine sontak memandang pada Rain dengan tatapan curiga. Untuk apa laki-laki itu hanya meminta berdua saja dengan anaknya di dalam ruangan? Jangan-jangan Rain akan mencelakakan Sydney. Pikiran buruk perempuan itu semakin liar berputar di kepalanya."Kenapa kami harus keluar? Kamu mau apa?" Jasmine memandang miring pada Rain."Saya mau bicara dengan anak Tante.""Tapi kenapa harus berdua? Memangnya apa yang mau dibicarakan?""Tentang solusi masalah ini. Apa Tante nggak ngerti juga? Nanti kalau saya sudah selesai bicara dengan Sydney, Tante dan semuanya boleh masuk. Tapi sekarang tolong kasih saya waktu untuk bicara berdua." Suara tegas Rain kembali membahana.Kemudian Jasmine memandang pada suaminya meminta pertimbangan. Lelaki itu mengerti dan lekas angkat suara. "Kalau kamu memang mau membicarakan solusinya kenapa hanya berdua? Kenapa kami tidak boleh berada di sini?""Om tenang saja, saya hanya minta waktu sebentar. Saya nggak akan mencelakai Sydney kalau memang hal itu yang ada d

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Anaknya Gugur Kan? Dia Juga Mati kan?

    Sukar dijabarkan dengan kata-kata bagaimana terkejutnya Kanayya setelah mendengarkan penuturan Jacob padanya. Pikirannya masih sibuk mencerna beberapa menit setelah panggilan dari laki-laki itu berakhir. Hingga kemudian ia tersadar lantas bergerak keluar dari kamarnya.“Rain, ini Bunda!” Kanayya berseru seraya memanggil nama sang putra. Ia merasakan getaran dari suaranya sendiri.Selang beberapa detik setelahnya daun pintu pun terbuka bersama dengan sosok Lady yang kini berdiri tegak di hadapannya.”Iya, Nda?””Rain mana, Dy?” kejar Kanayya cepat.”Lagi pasang baju, baru siap mandi.”“Kalau sudah selesai langsung temui Bunda.”“Baik, Nda.”Kanayya meninggalkan kamar anaknya sedangkan Lady menutup pintu dan menghampiri Rain yang sedang berpakaian.“Rain, tadi Bunda yang manggil, kalau udah selesai langsung temui.” Lady memberitahu sesuai dengan apa yang didengarnya dari Kanayya tadi.“Bunda mau ngomong apa, Lad?”“Aku juga nggak tahu, tapi dari yang aku lihat di mukanya Bunda kayak yan

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Aksi Nekat Sydney

    Dentingan notifikasi handphone Rain menginterupsi Rain dan Lady yang sedang bermesraan. Mereka baru saja tiba di rumah sekitar beberapa menit yang lalu dan menghabiskan waktu di kamar.“Siapa lagi sih?” gumam Rain kesal.Lady membantu Rain menjangkau ponsel dan memberikan pada sang suami.Mendapati pesan dari Sydney, Rain berdecih jengkel. “Mau apa lagi sih dia?”Rain kemudian menekuri ponselnya selama beberapa saat. Membaca pesan yang dikirimkan Sydney padanya. Sempat terdiam namun kemudian tertawa ringan. “Ada-ada aja,” gumamnya pelan.“Ada apa, Rain? Siapa yang chat?” tanya Lady di sebelahnya. Rain memberikan gawainya pada Lady agar sang istri bisa membacanya sendiri.Menerima ponsel yang disodorkan Rain, Lady terdiam cukup lama. Sebagai sesama wanita hatinya jelas tergugah. Ia sangat mengerti apa yang dirasakan Sydney. Kasihan, pikirnya.Apa yang Lady pikirkan lantas ia sampaikan pada sang suami. “Rain, kasihan dia.”“Lad, itu hanya modus, aku harap kamu jangan sampai luluh. Dia

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Mempermalukan Sydney

    “Kamu mau ke mana?” tanya Kanayya pagi itu pada Rain yang sudah rapi.“Mau ikut Lalad ke toko, Nda.”“Tumben?” “Sekali-sekali aku pikir nggak ada salahnya. Lagian aku juga nggak ada kegiatan di rumah.”Kanayya tidak bertanya lagi. Rain juga tidak mengatakan jika sesungguhnya ia akan bertemu dengan Sydney. Nanti saja. Rain pikir Kanayya tidak perlu tahu urusannya dengan perempuan itu.“Rain, kamu nggak mau ambil job iklan atau apa?” tanya Alana sebelum Rain dan Lady keluar meninggalkan rumah. “Kapan-kapan kali ya, Na, biar masalah ini kelar dulu.”“Bunda setuju. Nanti kamu nggak usah cari manajer baru, biar Lady yang manajerin kamu.” Kanayya menyarankan.Rain memandang pada Lady dan tersenyum lebar. "Boleh juga,” ucapnya. Lalu ia beralih pada Lady, meminta pendapat sang istri. “Kamu mau kan, Lad?”Lady kelihatan bingung. Perempuan itu menggigit bibirnya. “Caranya gimana? Aku nggak punya pengalaman sama sekali.”“Nggak perlu punya pengalaman apa-apa kok, Lad. Kerjaan kamu cuma arrange

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Malam Ini Kamu Yang Di Atas

    “Rain, dibales,” beritahu Lady pada Rain yang sudah naik duluan ke ranjang sedangkan Lady baru saja memakai krim malamnya.“Dia bilang apa?” tanya Rain tanpa membuka mata.“Okay, Bae, besok aku ke sana. I love you.” Lady menyampaikan balasan chat dari Sydney yang baru saja ia baca di handphone Rain.Rain detik itu membuka mata. “Jangan main-main, Lad.” Rain sangka Lady sedang meledeknya dengan kata I love you yang diucapkan Sydney.“Main-main gimana? Nggak percaya nih baca sendiri.” Lady memberikan ponsel di tangannya pada Rain.Lady ternyata tidak bohong. Rain melihat sendiri di gawainya balasan dari Sydney sama persis dengan yang diucapkan Lady.Rain berdecih, lalu setelahnya mematikan ponsel dan meletakkan di nakas.”Nggak kamu bales?” tanya Lady yang kini ikut berbaring di samping Rain di kasur.”Nggak ada yang perlu dibales. Infonya sudah jelas.”“Nggak mau bilang I love you too?” Perempuan itu menggodanya.”Jangan nakal ya, Lad, atau nanti aku–”“Aku apa?” potong Lady kilat.Ra

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sesuatu Yang Akan Menjatuhkan Sydney

    Malam itu juga Rain meluncur ke apartemen Ale berdua dengan laki-laki itu. Ketika Ale bertanya untuk apa laptop lama tersebut dan apa yang akan mereka cari, Rain masih merahasiakannya. Membuat Ale penasaran setengah mati.“Ayolah, Rain, untuk apa laptop itu?” Ale yang menyetir terus mendesak agar Rain memberitahu.“Nanti lo juga bakal tahu sendiri.” Rain masih bersikukuh merahasiakannya.”Apa bedanya sih nanti sama sekarang?”“Ya bedalah, Nyet. Tapi lo yakin kan kalo laptop itu masih ada?” Sudah sejauh ini akan sia-sia kalau ternyata hasilnya zonk.”Ada kalo nggak dimakan kecoa,” ucap Ale asal.“Garing.”Dengan tidak sabar Rain menarik langkah cepat setelah mereka tiba di Heaven Residence. Gerak-gerik Rain membuat Ale benar-benar penasaran apa sebenarnya yang ingin dicari Rain di laptopnya."Kalo misal nggak ada, gimana?" Ale menyampaikan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi."Jangan macem-macem lo ya!" ujar Rain cemas."Gue nggak macem-macem. Itu kan misalnya.""Pokoknya harus

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jalan Ninja Yang Ditempuh Rain

    Rumah besar itu semakin sepi karena semua penghuninya sibuk di kamar masing-masing.Kanayya tidak habis pikir pada ide gila yang disampaikan Jacob tadi siang. Entah dari mana pria itu bisa mendapatkannya. Kanayya tidak bisa membayangkan apa tanggapan Jasmine jika mengetahui ide tidak waras suaminya.Kanayya menjangkau ponselnya ketika dentingan notifikasi terdengar. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Kanayya membacanya pelan-pelan.“Gimana, dokter Kanayya? Apa tawaran saya tadi siang sudah dipikirkan?”-JacobOh, ternyata dia. Kanayya tidak tahu dari mana pria itu mendapatkan nomor ponselnya. Tapi tentu saja bukan hal yang sulit bagi orang semacam Jacob untuk mencari tahu nomor selulernya. Pria itu punya kaki tangan di mana-mana.“Maaf, Pak Jacob, saya tidak bisa.” Kanayya menolak tegas keinginan laki-laki itu.“Anda yakin? Apa Anda sudah pikirkan baik-baik? Saya tahu anda sangat menyayangi Rain dan menantu anda. Tentu anda tidak akan membuat mereka menderita kan?”“Iya,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status