Home / Rumah Tangga / Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua / 6. Story Media Sosial Rindi

Share

6. Story Media Sosial Rindi

Author: Irma.N
last update Last Updated: 2023-07-03 20:11:45

Kening Jihan mengernyit, wanita itu tengah berusaha untuk mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Bu RT. Suaminya membeli sepeda motor baru, tapi uang dari mana? Sedangkan yang dipakai Rizal saat ini saja adalah sepeda motor Jihan yang dibeli jauh sebelum menikah dengan Rizal dahulu, wanita itu hanya bisa menerima kala sang suami memintanya memakai motor matic buntut milik Rizal dengan alasan Jihan hanya memakainya untuk pergi ke pasar sedangkan Rizal harus bekerja setiap hari.

"Mbak, Mbak Jihan kok melamun. Terlalu senang ya mau dapat kado motor baru dari suami?" goda Bu RT sembari menaik-turunkan kedua alisnya. Dua wanita beda generasi itu memang cukup akrab lantaran sikap Jihan yang sopan dan ramah.

Jihan tersenyum canggung karena ketauhan Bu RT ketika sedang melamun, "Ah Ibu bisa saja, mana mungkin Mas Rizal beli motor baru. Lha wong dia saja pakai motor saya."

"Ya siapa tahu aja diam-diam Mas Rizal nabung, Mbak. Buktinya dia beli motor itu secara cash lho, bukan kredit," ucap Bu Rt yang masih kekeh.

Sedang Jihan semakin bingung setelah mendengar sang suami membeli sepeda motor secara cash. Uang dari mana, sedangkan gajinya hanya dua setengah juta. Itupun Jihan hanya mendapat jatah lima ratus ribu, Rizal lima ratus ribu dan sisanya untuk Bu Inggar serta Rindi. Namun, Bu RT juga tak mungkin bohong karena anaknya bekerja di dealer itu. Jihan terus berpikir sembari membungkus seblak pesanan Bu RT yang sudah selesai ia masak.

"Ini, Bu seblaknya." Jihan mengulurkan sebuah bungkusan kantong kresek pada Bu RT.

"Nih uangnya mbak. Seblak dua berarti dua puluh lima ribu ya." Jihan mengangguk dan menerima uang pas yang diulurkan oleh Bu RT.

Wanita itu kembali terduduk di kursi, tangannya mengambil benda pipih yang sedari tadi berada di atas meja. Memutuskan untuk membuka aplikasi f******k dan mencari informasi, ia tak bisa melihat story w******p milik Rindi karena pengaturan privasi.

Seperti yang sudah ia duga sebelumnya, Rindi selalu memosting aktivitasnya di media sosial. Story pertama menunjukan wanita itu sedang berada di sebuah dealer sepeda motor bersama ibu dan adiknya. Jihan kembali menggeser layar telepon pintar miliknya.

Mata wanita itu membola sempurna kala melihat foto Rindi yang sedang berpose di atas sebuah sepeda motor honda scoppy tanpa plat nomor. Pertanda jika sepeda motor itu masih baru. Jihan masih menerka-nerka, masih ada satu lagi story foto milik Rindi. Dengan tangan bergetar, Jihan menggeser layar benda pipih itu.

Deg!

Hati Jihan benar-benar kecewa. Sebuah foto kunci sepeda motor lengkap dengan BPKB dan STNK dengan nama Rindi Amelia. Caption yang ditulis Rindi pun berhasil membuat hati Jihan semakin memanas.

Terima kasih adikku sayang, sudah belikan sepeda motor baru untuk keponakanmu. Memang keluarga tetap yang nomor satu. Yang lain nggak penting.

Begitulah bunyi caption yang ditulis oleh Rindi. Jihan meremas telepon genggamnya kuat-kuat, terpikir untuk langsung menghubungi Rizal. Namun, wanita itu teringat jika harus menjemput putranya di sekolah.

Jihan buru-buru berganti baju dan memacu sepeda motor matic buntut milik Rizal menuju ke sekolah putranya. Nampak di sana Fadil yang tengah duduk termenung di dekat pos satpam, bocah lelaki itu segera beranjak saat melihat sang bunda yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah, mencium tangan Jihan dan segera naik ke atas boncengan sebelum diminta oleh bundanya.

Jihan mengerutkan keningnya kala melihat sikap sang anak yang tak seperti biasa. Biasanya Fadil akan selalu berceloteh sepanjang perjalanan, menceritakan kegiatannya selama di sekolah. Tapi, berbeda dengan hari ini, ia hanya diam sembari memeluk erat tubuh sang bunda yang sedang membonceng dirinya. Sesekali bahunya berguncang seperti menahan tangis. Jihan yang memang sengaja tak memasak, memutuskan untuk membelokkan sepeda motornya itu menuju sebuah rumah makan padang.

"Sayang, kita makan siang dulu ya. Bunda hari ini nggak masak," ucap Jihan yang hanya dibalas dengan sebuah anggukkan oleh putranya.

Ibu dan anak itu bergandeng tangan untuk memasuki rumah makan padang.

"Kamu mau makan apa, Nak?" tawar Jihan pada putranya.

"Biasa, Bun. Lauk ayam goreng aja," jawab Fadil kemudian mengambil tempat duduk sembari menunggu makanan yang dipesankan oleh Jihan.

Keduanya menyantap makan siang itu dalam suasana hening, sama sekali tak ada ocehan yang keluar dari bibir milik Fadil. Bocah itu hanya fokus pada isi piring di depannya, membuat semakin banyak tanda tanya yang muncul di benak Jihan.

Setelah selesai dengan ritual makan siang, Jihan tak langsung mengajak putranya untuk pulang. Mereka masih duduk di sana, wanita itu ingin mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi pada putranya hari ini.

"Kamu kenapa, Nak? Kok dari tadi cuma diam saja, kamu sakit?" tanya Jihan dengan wajah khawatir.

Tak Ada Jawaban yang terlontar dari mulut bocah kecil itu. Fadil hanya menggelengkan kepalanya pelan kemudian kembali menundukkan kepala.

"Ayo cerita sama Bunda, apa yang bikin kamu jadi sedih seperti ini?" Jihan mengelus Puncak kepala bocah lelaki itu dengan penuh kasih sayang.

Fadil menatap sang bunda dengan tatapan sendu. Bocah itu benar-benar merasakan kekecewaan yang luar biasa pada Rizal hari ini.

"Fadil kecewa sama ayah, Bun. Ayah nggak sayang sama Fadil," lirih bocah lelaki itu dengan bibir bergetar. Memperjelas jika ia sedang berusaha menahan tangis.

Tentu saja Jihan semakin tak mengerti, mengapa sang anak bisa merasa kecewa pada sang ayah. Memangnya apa yang telah dilakukan Rizal pada putranya? Bukankah hari ini mereka belum bertemu sama sekali.

"Kecewa kenapa, Nak? Memangnya kamu sudah ketemu sama ayah hari ini?" Fadil mengangguk mengiyakan.

"Ketemu di mana memangnya?" tanya Jihan lagi.

"Tadi di sekolah Putri bilang sama Fadil, kalau Ayah beliin dia sepeda motor keluaran terbaru. Fadil kira Putri cuman mau bikin Fadil kesel, tapi ternyata pas pulang sekolah ayah beneran jemput Putri naik sepeda motor baru, Bun. Honda Scoopy warna merah." Fadil sengaja menjeda kalimatnya untuk menyeka sudut mata yang mulai basah.

"Ayah jemput Putri pakai sepeda motor baru? Terus ayah lihat kamu nggak?" Jihan mulai tertarik untuk mengorek informasi dari putranya itu.

"Iya Bun, ayah lihat. Fadil mau ikut tapi ayah bilang nggak usah, suruh nunggu bunda datang aja. Putri juga bilang katanya Fadil nggak pantas dibonceng pakai sepeda motor baru, pantasnya pakai sepeda motor buntut," oceh Fadil menceritakan apa yang ia alami di sekolah tadi.

Jihan mengelus dada, Rizal sudah benar-benar keterlaluan. Tapi yang masih menjadi pertanyaan, dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli sepeda motor baru.

"Nanti Bunda bicara sama ayah, sekarang kita pulang dulu," ajak Jihan pada putranya.

Sesampainya di rumah, Fadil langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Sementara Jihan juga masuk ke kamarnya untuk berganti baju sebelum kembali membuka kedai yang sempat ia tutup karena harus menjemput Fadil. Namun, fokus mata Jihan langsung beralih kala kakinya menginjak sesuatu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   41. Berita Duka

    Rizal kembali menyimpan benda pipih berbentuk persegi panjang itu ke dalam saku setelah mengakhiri panggilan tersebut. Wajahnya datar, menatap wajah-wajah tegang yang terpampang di hadapannya tanpa ada satu kata pun terucap dari bibir."Zal, siapa yang telepon barusan? Siapa yang meninggal?" tanya Bu Inggar dengan wajah penasaran."Indri dan Papanya kecelakaan, Bu. Dan ... mereka meninggal dunia di tempat.""ALHAMDULILLAH," seru Rindi dan Bu Inggar secara bersamaan.Rizal menggaruk bagian belakang kepalanya dengan kening mengernyit melihat tingkah Ibu dan kakaknya yang aneh menurutnya."Kok kalian malah ngucap syukur? Ini berita duka lho, Mbak, Bu. Indri dan papanya meninggal!" Rizal menautkan kedua alisnya penuh tanya, ia mengulangi kalimatnya tadi.Dua wanita beda generasi itu terkekeh, kemudian saling melempar pandangan. Bu Inggar meminta Rindi memberikan penjelasan kepada Rizal melakui kontak mata."Zal, kamu kalau lemot jangan kebangetan. Kita 'kan sama-sama tahu kalau Indri dan

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   40. Kedatangan Indri dan Brama

    Rizal melangkah masuk ke dalam rumah dengan hati berdebar sekaligus perasaan bahagia. Setidaknya, meski ia tak sungguh-sungguh mencintai Indri. Namun, satu masalah hidupnya akan beres jika Indri tak jadi meminta cerai. Ia tak perlu pusing memikirkan biaya hidupnya sehari-hari karena bisa menumpang hidup kepada wanita kaya raya bertubuh gemuk itu.Ayunan tungkai Rizal semakin mendekat ke ambang pintu, senyum mengembang di bibir. Namun, senyum itu seketika musnah kala mendengar isak tangis sang ibu.Rizal buru-buru membuka pintu. Di sofa, Indri duduk bersebelahan dengan Brama. Sedangkan Bu Inggar dan Rindi duduk di seberang meja dengan kepala menunduk. Air mata berderai membasahi pipi sepasang ibu dan anak itu."Ada apa ini? Kenapa Ibu dan Mbak Rindi menangis?" tanya Rizal dengan wajah bingung.Bu Inggar menhampiri sang putra dan menuntunnya untuk ikut duduk di sofa."Pak Brama dan Indri datang kemari untuk mengambil BPKB mobil kamu, Zal," ucap Bu Inggar di tengah-tengah isakan.Rizal m

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   39. Rujuk 2

    Jihan urung untuk melanjutkan kalimat, ia merasa jika perasaanya mulai terombang-ambing. Keraguan menyelimuti hati. Di satu sisi, ia tak ingin lagi disakiti oleh Rizal dan keluarganya. Namun di sisi lain, ada Fadil yang juga membutuhkan sosok seorang ayah, dan di sudut hati yang paling dalam, masih ada sedikit rasa untuk lelaki di yang duduk di depannya saat ini."Bagaimana, Jihan? Kamu mau 'kan kembali rujuk denganku? Demi kebahagiaan anak kita, pasti Fadil sangat sedih melihat kita berpisah seperti ini!" Rizal kembali mendesak Jihan untuk memberikannya jawaban.Jihan kembali menatap Rizal dengan pandangan tajam penuh keraguan. Ia masih tak percaya jika Rizal bisa berubah secepat ini."Apa sebenarnya tujuan kamu ngajak aku rujuk, Mas?" tanya Jihan."Aku nggak ada maksud lain, Jihan. Aku benar-benar sudah berubah, aku mohon kamu percaya sama aku ya?" Rizal menangkupkan kedua tangannya di depan wajah.Jihan terdiam sejenak, menghirup napas panjang kemudian menghembuskanya secara perlah

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   38. Rujuk

    Rindi duduk di meja makan, menyuapi Putri sembari memperhatukan wajah Rizal yang tampak sedih dan terpuruk. Ia tahu bahwa Rizal masih mencintai Jihan, mantan istri yang sudah ia sia-siakan hanya demi mengejar harta."Mbak, jadi solusi apa yang mau Mbak Rindi kasih ke aku?" tanya Rizal setelah isi piringnya tandas."Zal, aku tahu kamu masih mencintai Jihan. Sekarang dia sudah mulai sukses, penampilanya juga jauh lebih cantik dibanding saat masih menjadi istrimu dahulu," ujar Rindi dengan wajah serius.Kening Rizal mengernyit tajam, ia tak paham dengan tujuan Rindi yang sebenarnya."Maksud, Mbak Rindi?" tanya Rizal dengan dua alis yang saling bertaut."Bagaimana jika kamu minta rujuk saja sama Jihan? Aku yakin dia pasti masih mau rujuk sama kamu kalau tahu Indri sudah meminta cerai. Kalau kalian kembali bersama, kamu bisa kembali hidup enak, termasuk Mbak dan Ibu juga. Nggak perlu capek-capek jual gorengan begini, kamu juga nggak perlu pusing nyari kerja lagi." Rindi mengutarakan ide ko

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   37. Hancur

    Mata Rizal mengembun, menahan bulir bening yang mendesak di sudut mata. Dadanya terasa sesak seperti dihimpit beban berat. Ingin rasanya menangis sepuasnya, akan tetapi sebagai seorang lelaki tentu ia merasa malu jika terlihat lemah meski di hadapan keluarganya sendiri."Rizal, kamu kenapa? Ada masalah? Indri mana? Kenapa kamu ke sini sendirian?" cecar Rindi yang penasaran karena melihat mata sang adik memerah akibat menahan tangis."Aku diusir sama Indri, Mbak. Dia ingin menceraikan aku, dan aku juga sudah dipecat dari perusahaan, aku hancur! Aku balik lagi jadi gembel sekarang, Mbak!" Suara nyaring Rizal memenuhi seluruh sudut ruangan. Terlihat jelas jika lelaki itu tengah berada di titik terendahnya. Karir yang ia bangun kini hancur, kehidupan rumah tangganya pun berantakan.Mulut Bu Inggar menganga, bola matanya melotot seolah ingin keluar dari tempatnya. Tak percaya dengan apa yang baru saja disampaikan oleh sang putra. Pernikahan Rizal dan Indri yang baru seumur jagung sudah be

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   36. Kedatangan Benalu

    Bu Inggar mengikuti ke mana arah jari telunjuk putrinya tertuju, wanita itu membulatkan mata setelah melihat apa yang tengah dilakukan oleh sang mantan menantu di depan sana."Benar-benar kurang ajar itu Jihan. Ayo kita ke sana sekarang." Bu Inggar melangkah tergesa, menghampiri Jihan yang baru saja selesai memotong pita dan mempersilakan seluruh pengunjung untuk masuk ke dalam caffe."Heh, Jihan. Kurang ajar, jadi selama ini kamu makan uang Rizal dan sekarang kamu gunakan untuk buka bisnis caffe ini setelah kalian cerai? Tega kamu senang-senang dia atas penderitaan saya yang hidup serba kekurangan sekarang," tuduh Bu Inggar dengan suara lantang.Para pengunjung caffe saling berbisik, ada yang sebagian langsung percaya dengan ucapan Bu Inggar. Namun, lebih banyak yang lebih percaya kepada Jihan karena sudah tahu bagaimana perjalanan hidup wanita muda itu sampai bisa seperti sekarang ini.Kedua alis Jihan saling bertaut mendengar tuduhan yang baru saja dilontarkan oleh mantan ibu mertu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status