Share

6. Story Media Sosial Rindi

Kening Jihan mengernyit, wanita itu tengah berusaha untuk mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Bu RT. Suaminya membeli sepeda motor baru, tapi uang dari mana? Sedangkan yang dipakai Rizal saat ini saja adalah sepeda motor Jihan yang dibeli jauh sebelum menikah dengan Rizal dahulu, wanita itu hanya bisa menerima kala sang suami memintanya memakai motor matic buntut milik Rizal dengan alasan Jihan hanya memakainya untuk pergi ke pasar sedangkan Rizal harus bekerja setiap hari.

"Mbak, Mbak Jihan kok melamun. Terlalu senang ya mau dapat kado motor baru dari suami?" goda Bu RT sembari menaik-turunkan kedua alisnya. Dua wanita beda generasi itu memang cukup akrab lantaran sikap Jihan yang sopan dan ramah.

Jihan tersenyum canggung karena ketauhan Bu RT ketika sedang melamun, "Ah Ibu bisa saja, mana mungkin Mas Rizal beli motor baru. Lha wong dia saja pakai motor saya."

"Ya siapa tahu aja diam-diam Mas Rizal nabung, Mbak. Buktinya dia beli motor itu secara cash lho, bukan kredit," ucap Bu Rt yang masih kekeh.

Sedang Jihan semakin bingung setelah mendengar sang suami membeli sepeda motor secara cash. Uang dari mana, sedangkan gajinya hanya dua setengah juta. Itupun Jihan hanya mendapat jatah lima ratus ribu, Rizal lima ratus ribu dan sisanya untuk Bu Inggar serta Rindi. Namun, Bu RT juga tak mungkin bohong karena anaknya bekerja di dealer itu. Jihan terus berpikir sembari membungkus seblak pesanan Bu RT yang sudah selesai ia masak.

"Ini, Bu seblaknya." Jihan mengulurkan sebuah bungkusan kantong kresek pada Bu RT.

"Nih uangnya mbak. Seblak dua berarti dua puluh lima ribu ya." Jihan mengangguk dan menerima uang pas yang diulurkan oleh Bu RT.

Wanita itu kembali terduduk di kursi, tangannya mengambil benda pipih yang sedari tadi berada di atas meja. Memutuskan untuk membuka aplikasi f******k dan mencari informasi, ia tak bisa melihat story w******p milik Rindi karena pengaturan privasi.

Seperti yang sudah ia duga sebelumnya, Rindi selalu memosting aktivitasnya di media sosial. Story pertama menunjukan wanita itu sedang berada di sebuah dealer sepeda motor bersama ibu dan adiknya. Jihan kembali menggeser layar telepon pintar miliknya.

Mata wanita itu membola sempurna kala melihat foto Rindi yang sedang berpose di atas sebuah sepeda motor honda scoppy tanpa plat nomor. Pertanda jika sepeda motor itu masih baru. Jihan masih menerka-nerka, masih ada satu lagi story foto milik Rindi. Dengan tangan bergetar, Jihan menggeser layar benda pipih itu.

Deg!

Hati Jihan benar-benar kecewa. Sebuah foto kunci sepeda motor lengkap dengan BPKB dan STNK dengan nama Rindi Amelia. Caption yang ditulis Rindi pun berhasil membuat hati Jihan semakin memanas.

Terima kasih adikku sayang, sudah belikan sepeda motor baru untuk keponakanmu. Memang keluarga tetap yang nomor satu. Yang lain nggak penting.

Begitulah bunyi caption yang ditulis oleh Rindi. Jihan meremas telepon genggamnya kuat-kuat, terpikir untuk langsung menghubungi Rizal. Namun, wanita itu teringat jika harus menjemput putranya di sekolah.

Jihan buru-buru berganti baju dan memacu sepeda motor matic buntut milik Rizal menuju ke sekolah putranya. Nampak di sana Fadil yang tengah duduk termenung di dekat pos satpam, bocah lelaki itu segera beranjak saat melihat sang bunda yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah, mencium tangan Jihan dan segera naik ke atas boncengan sebelum diminta oleh bundanya.

Jihan mengerutkan keningnya kala melihat sikap sang anak yang tak seperti biasa. Biasanya Fadil akan selalu berceloteh sepanjang perjalanan, menceritakan kegiatannya selama di sekolah. Tapi, berbeda dengan hari ini, ia hanya diam sembari memeluk erat tubuh sang bunda yang sedang membonceng dirinya. Sesekali bahunya berguncang seperti menahan tangis. Jihan yang memang sengaja tak memasak, memutuskan untuk membelokkan sepeda motornya itu menuju sebuah rumah makan padang.

"Sayang, kita makan siang dulu ya. Bunda hari ini nggak masak," ucap Jihan yang hanya dibalas dengan sebuah anggukkan oleh putranya.

Ibu dan anak itu bergandeng tangan untuk memasuki rumah makan padang.

"Kamu mau makan apa, Nak?" tawar Jihan pada putranya.

"Biasa, Bun. Lauk ayam goreng aja," jawab Fadil kemudian mengambil tempat duduk sembari menunggu makanan yang dipesankan oleh Jihan.

Keduanya menyantap makan siang itu dalam suasana hening, sama sekali tak ada ocehan yang keluar dari bibir milik Fadil. Bocah itu hanya fokus pada isi piring di depannya, membuat semakin banyak tanda tanya yang muncul di benak Jihan.

Setelah selesai dengan ritual makan siang, Jihan tak langsung mengajak putranya untuk pulang. Mereka masih duduk di sana, wanita itu ingin mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi pada putranya hari ini.

"Kamu kenapa, Nak? Kok dari tadi cuma diam saja, kamu sakit?" tanya Jihan dengan wajah khawatir.

Tak Ada Jawaban yang terlontar dari mulut bocah kecil itu. Fadil hanya menggelengkan kepalanya pelan kemudian kembali menundukkan kepala.

"Ayo cerita sama Bunda, apa yang bikin kamu jadi sedih seperti ini?" Jihan mengelus Puncak kepala bocah lelaki itu dengan penuh kasih sayang.

Fadil menatap sang bunda dengan tatapan sendu. Bocah itu benar-benar merasakan kekecewaan yang luar biasa pada Rizal hari ini.

"Fadil kecewa sama ayah, Bun. Ayah nggak sayang sama Fadil," lirih bocah lelaki itu dengan bibir bergetar. Memperjelas jika ia sedang berusaha menahan tangis.

Tentu saja Jihan semakin tak mengerti, mengapa sang anak bisa merasa kecewa pada sang ayah. Memangnya apa yang telah dilakukan Rizal pada putranya? Bukankah hari ini mereka belum bertemu sama sekali.

"Kecewa kenapa, Nak? Memangnya kamu sudah ketemu sama ayah hari ini?" Fadil mengangguk mengiyakan.

"Ketemu di mana memangnya?" tanya Jihan lagi.

"Tadi di sekolah Putri bilang sama Fadil, kalau Ayah beliin dia sepeda motor keluaran terbaru. Fadil kira Putri cuman mau bikin Fadil kesel, tapi ternyata pas pulang sekolah ayah beneran jemput Putri naik sepeda motor baru, Bun. Honda Scoopy warna merah." Fadil sengaja menjeda kalimatnya untuk menyeka sudut mata yang mulai basah.

"Ayah jemput Putri pakai sepeda motor baru? Terus ayah lihat kamu nggak?" Jihan mulai tertarik untuk mengorek informasi dari putranya itu.

"Iya Bun, ayah lihat. Fadil mau ikut tapi ayah bilang nggak usah, suruh nunggu bunda datang aja. Putri juga bilang katanya Fadil nggak pantas dibonceng pakai sepeda motor baru, pantasnya pakai sepeda motor buntut," oceh Fadil menceritakan apa yang ia alami di sekolah tadi.

Jihan mengelus dada, Rizal sudah benar-benar keterlaluan. Tapi yang masih menjadi pertanyaan, dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli sepeda motor baru.

"Nanti Bunda bicara sama ayah, sekarang kita pulang dulu," ajak Jihan pada putranya.

Sesampainya di rumah, Fadil langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Sementara Jihan juga masuk ke kamarnya untuk berganti baju sebelum kembali membuka kedai yang sempat ia tutup karena harus menjemput Fadil. Namun, fokus mata Jihan langsung beralih kala kakinya menginjak sesuatu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
isi kepala kau taik semua jihan. mampuslah jau ditipu suami. keledai kebih pintar dari kau njing
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status