Share

7. Slip Gaji

Penulis: Irma.N
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-03 20:14:29

Jihan mengangkat kembali kakinya untuk mengambil sesuatu yang baru saja terinjak. Dipungutnya sebuah kertas kecil mirip dengan struk belanja dari atas lantai, mata Jihan memincing. Bola matanya bergerak ke kanan ke kiri, menelisik tulisan-tulisan kecil yang berada di atas kertas. Dan akhirnya, rasa penasaran Jihan terjawab juga.

"Rizal Aditama, assisten manager merk, empat belas juta rupiah." Komat-kamit mulut Jihan membaca tulisan pada kertas yang kini berada dalam genggamanya.

Mata wanita itu membola, tangannya terangkat untuk mengucek mata yang sebenarnya tak merasa mengantuk. Hanya untuk memastikan jika pengelihatannya tidak salah. Hati Jihan kian kecewa, benarkah Rizal naik jabatan setinggi itu, yang awalnya hanya buruh kontrak di bagian produksi sekarang berubah menjadi assisten manager merk. Bagaimana bisa, padahal pendidikan terakhir Rizal hanya lulusan sekolah menengah atas.

Jihan meremas kertas itu kemudian memasukkannya ke dalam saku daster yang ia kenakan. Melangkahkan kakinya ke teras dan kembali membuka kedai sembari menunggu kepulangan Rizal untuk menanyakan semuanya. Jika benar Rizal sekarang bekerja dengan jabatan itu, pantaslah bisa membelikan Rindi sebuah sepeda motor keluaran terbaru. Tapi, mengapa Rizal sama sekali tak memberi tahu sang istri. Apakah Rizal terlalu takut mengeluarkan uang untuk anak dan istrinya? Memikirkan semua kemungkinan itu membuat kepala Jihan terasa berdenyut.

"Sepertinya kamu benar-benar ingin main petak umpet denganku, Mas. Namun, aku akan segera menangkapmu," batin Jihan dalam hati.

*******

Hari telah menjelang malam saat Jihan menutup kedai seblaknya dan merasa lelah menunggu Rizal yang tak kunjung pulang. Wanita itu memutuskan memesan makanan lewat gofood untuk makan malam. Satu ekor ayam panggang lengkap dengan urap dan lalapan menjadi menu pilihannya. Jihan segera menata makanan yang baru saja datang di atas meja makan, kemudian memanggil sang anak untuk makan bersama tanpa menunggu Rizal yang mungkin masih betah berada di rumah Bu Inggar.

"Fadil, ayo kita makan, Nak. Bunda beli ayam panggang lho," ajak Jihan pada putranya yang langsung tersenyum lebar kala mendengar kata ayam panggang.

Bocah itu mengangguk kemudian berlari kecil menuju ke ruang makan. Mata Fadil berbinar mendapati satu ekor ayam panggang utuh yang berada di atas meja.

"Kok Bunda sekarang makananya beli terus, enak lagi. Nanti kalau ayah marah karena uang Bunda habis bagaimana?" celetuk bocah kecil itu seraya menatap heran ke arah Jihan yang mengulas senyuman.

"Karena Fadil juga butuh makanan bergizi, ayo kita makan."

Jihan mendudukan putranya di salah satu kursi kemudian mengambilkan nasi beserta lauk untuk bocah lelaki itu. Nampak Fadil yang makan dengan begitu lahap. Dari arah luar, terdengar suara sepeda motor yang mulai mendekat. Pertanda jika Rizal pulang ke rumah, seketika mata Fadil tertuju ke arah pintu. Namun, bocah itu langsung memalingkan muka kala sang ayah telah masuk ke dalam rumah. Hati Fadil masih sangat sakit ketika mengingat perlakuan sang ayah tadi siang yang menolaknya hanya demi Putri, keponakannya.

Sementara Jihan terus menikmati makannya tanpa menyapa ataupun mengajak sang suami untuk makan bersama. Rizal mendekat ke arah anak dan istrinya, matanya memincing melihat hidangan yang tersaji di atas meja.

"Bagus ya, Jihan. Boros banget, setiap hari makan enak terus. Habis-habisin uangku saja!" bentak Rizal tiba-tiba.

Tanpa diduga, Fadil segera mendorong piringnya menjauh dengan kasar hingga menimbulkan bunyi. Padahal isi piringnya masih tersisa setengah.

"Ayah, datang-datang selalu merusak kebahagiaanku dan Bunda!" teriak Fadil kemudian masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya dengan keras.

Rizal terperanjat melihat sikap sang anak, lelaki itu merasakan sedikit kepedihan kala mendengar makian dari putranya. Namun, lagi-lagi Jihanlah yang menjadi sasaran. Lelaki itu menganggap jika sang istri tak becus mengurus dan mendidik anak hingga Fadil bisa bersikap sebar-bar itu.

"Lihat itu Jihan hasil didikan kamu, nggak ada sopan santunnya sama orang tua!" Jihan ikut mendorong piringnya menjauh mendengar perkataan suaminya, namun wanita itu sama sekali tak terpancing emosi.

"Ya jelas hasil didikanku lah, Mas. Memangnya kamu pernah mendidiknya? Kamu terlalu sibuk dengan keponakanmu, sampai kamu membelikannya sepeda motor keluaran terbaru pula," sindir Jihan, wanita itu menatap sang suami dengan pandangan remeh.

"Apa maksud kamu sepeda motor baru? Mana ada aku belikan sepeda motor baru untuk keponakanku, jangan mengada-ada," kilah Rizal yang berusaha menutupi kebohongannya.

Jihan beranjak dari duduknya, melipat tangan di depan dada dan memandang sang suami dengan tatapan jijik. Ternyata Rizal tak lebih dari seorang pembohong dan lelaki egois.

"Jangan bohong lagi, Mas. Aku lihat kamu di dealer tadi pagi. Selain itu, keponakanmu juga bilang pada Fadil, dan kakakmu yang cantik itu sudah pamer di media sosial miliknya."

Rizal mulai kelabakan, bodohnya Rindi. Mengapa tak melarang Putri untuk bercerita pada Fadil. Rindi juga, kenapa kebiasaan pamernya tak melihat keadaan. Lelaki itu menggigit bibir bawahnya, mencari-cari alasan agar Jihan tak semakin murka.

"Jadi kamu tidak percaya dan tetap menuduhku membelikan sepeda motor untuk Putri? Terserah kalau begitu, gaji saja aku pas-pasan pake dituduh yang aneh-aneh pula!" Rizal kembali berkelit, tetap tak mau mengakui kebohongannya.

Jihan berdecih kemudian mengambil sesuatu dari dalam saku dasternya. Menunjukan kertas slip gaji itu tepat di depan mata Rizal.

"Ini, slip gaji assisten manager merk dengan gaji empat belas juta rupiah atas namamu, Mas. Dan slip gaji ini untuk bulan maret lalu, sedangkan sekarang bulan juni. Kalau dihitung tentu saja cukup untuk beli sepeda motor baru, lebih malah?" Serangan Jihan kali ini benar-benar telak hingga berhasil membuat Rizal terperangah.

"Dari mana kamu dapat itu? Kamu geledah dompet aku? Lancang kamu Jihan!"

"Memangnya kamu sembunyikan slip gaji kamu di dompet selama ini? Aku menemukannya terjatuh di lantai kamar kok. Kenapa kamu bohong selama ini, Mas? Bagaimana bisa kamu tiba-tiba naik jabatan tinggi?" Jihan masih berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi ganjalan di hatinya, rasanya aneh jika seorang buruh pabrik dengan ijazah SMA bisa langsung naik jabatan menjadi assisten manager merk.

"Semua itu bukan urusanmu, Jihan. Kamu itu hanya orang lain yang kebetulan menjadi pasangan hidupku dan tak berjasa apa-apa. Jadi wajar kalau aku berikan gajiku untuk ibu dan kakakku yang sudah merawatku dari kecil." Rizal masih tak mau mengalah, merasa tak bersalah sudah menjadikan sang istri sebagai tulang punggung yang memenuhi kebutuhan anaknya.

Sekuat apapun Jihan, ia hanya wanita biasa. Sekuat tenaga menahan, akhirnya satu tetes bulir bening berhasil membasahi sudut matanya.

"Aku mungkin memang orang lain, Mas. Tapi Fadil, dia darah dagingmu. Apa kamu juga tega sama dia? Kalau aku harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan anakku, lalu apa arti pernikahan ini? Apa hanya sebatas status di mata hukum dan di atas kertas?" Jihan terduduk di sofa, meratapi nasib yang ternyata salah dalam memilih pendamping hidup.

"Arrrghh, cerewet banget kamu jadi perempuan. Memang benar kata ibu dan kakakku, kamu adalah istri yang hanya bisa bikin pusing suami," maki Rizal pada istrinya, lelaki itu menyambar kunci sepeda motor yang ada di atas meja dan melangkah lebar hendak keluar dari rumah itu.

"Tunggu, Mas!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
pake otak mu njing. dasar istri tolol dan gampang dibodohi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   41. Berita Duka

    Rizal kembali menyimpan benda pipih berbentuk persegi panjang itu ke dalam saku setelah mengakhiri panggilan tersebut. Wajahnya datar, menatap wajah-wajah tegang yang terpampang di hadapannya tanpa ada satu kata pun terucap dari bibir."Zal, siapa yang telepon barusan? Siapa yang meninggal?" tanya Bu Inggar dengan wajah penasaran."Indri dan Papanya kecelakaan, Bu. Dan ... mereka meninggal dunia di tempat.""ALHAMDULILLAH," seru Rindi dan Bu Inggar secara bersamaan.Rizal menggaruk bagian belakang kepalanya dengan kening mengernyit melihat tingkah Ibu dan kakaknya yang aneh menurutnya."Kok kalian malah ngucap syukur? Ini berita duka lho, Mbak, Bu. Indri dan papanya meninggal!" Rizal menautkan kedua alisnya penuh tanya, ia mengulangi kalimatnya tadi.Dua wanita beda generasi itu terkekeh, kemudian saling melempar pandangan. Bu Inggar meminta Rindi memberikan penjelasan kepada Rizal melakui kontak mata."Zal, kamu kalau lemot jangan kebangetan. Kita 'kan sama-sama tahu kalau Indri dan

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   40. Kedatangan Indri dan Brama

    Rizal melangkah masuk ke dalam rumah dengan hati berdebar sekaligus perasaan bahagia. Setidaknya, meski ia tak sungguh-sungguh mencintai Indri. Namun, satu masalah hidupnya akan beres jika Indri tak jadi meminta cerai. Ia tak perlu pusing memikirkan biaya hidupnya sehari-hari karena bisa menumpang hidup kepada wanita kaya raya bertubuh gemuk itu.Ayunan tungkai Rizal semakin mendekat ke ambang pintu, senyum mengembang di bibir. Namun, senyum itu seketika musnah kala mendengar isak tangis sang ibu.Rizal buru-buru membuka pintu. Di sofa, Indri duduk bersebelahan dengan Brama. Sedangkan Bu Inggar dan Rindi duduk di seberang meja dengan kepala menunduk. Air mata berderai membasahi pipi sepasang ibu dan anak itu."Ada apa ini? Kenapa Ibu dan Mbak Rindi menangis?" tanya Rizal dengan wajah bingung.Bu Inggar menhampiri sang putra dan menuntunnya untuk ikut duduk di sofa."Pak Brama dan Indri datang kemari untuk mengambil BPKB mobil kamu, Zal," ucap Bu Inggar di tengah-tengah isakan.Rizal m

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   39. Rujuk 2

    Jihan urung untuk melanjutkan kalimat, ia merasa jika perasaanya mulai terombang-ambing. Keraguan menyelimuti hati. Di satu sisi, ia tak ingin lagi disakiti oleh Rizal dan keluarganya. Namun di sisi lain, ada Fadil yang juga membutuhkan sosok seorang ayah, dan di sudut hati yang paling dalam, masih ada sedikit rasa untuk lelaki di yang duduk di depannya saat ini."Bagaimana, Jihan? Kamu mau 'kan kembali rujuk denganku? Demi kebahagiaan anak kita, pasti Fadil sangat sedih melihat kita berpisah seperti ini!" Rizal kembali mendesak Jihan untuk memberikannya jawaban.Jihan kembali menatap Rizal dengan pandangan tajam penuh keraguan. Ia masih tak percaya jika Rizal bisa berubah secepat ini."Apa sebenarnya tujuan kamu ngajak aku rujuk, Mas?" tanya Jihan."Aku nggak ada maksud lain, Jihan. Aku benar-benar sudah berubah, aku mohon kamu percaya sama aku ya?" Rizal menangkupkan kedua tangannya di depan wajah.Jihan terdiam sejenak, menghirup napas panjang kemudian menghembuskanya secara perlah

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   38. Rujuk

    Rindi duduk di meja makan, menyuapi Putri sembari memperhatukan wajah Rizal yang tampak sedih dan terpuruk. Ia tahu bahwa Rizal masih mencintai Jihan, mantan istri yang sudah ia sia-siakan hanya demi mengejar harta."Mbak, jadi solusi apa yang mau Mbak Rindi kasih ke aku?" tanya Rizal setelah isi piringnya tandas."Zal, aku tahu kamu masih mencintai Jihan. Sekarang dia sudah mulai sukses, penampilanya juga jauh lebih cantik dibanding saat masih menjadi istrimu dahulu," ujar Rindi dengan wajah serius.Kening Rizal mengernyit tajam, ia tak paham dengan tujuan Rindi yang sebenarnya."Maksud, Mbak Rindi?" tanya Rizal dengan dua alis yang saling bertaut."Bagaimana jika kamu minta rujuk saja sama Jihan? Aku yakin dia pasti masih mau rujuk sama kamu kalau tahu Indri sudah meminta cerai. Kalau kalian kembali bersama, kamu bisa kembali hidup enak, termasuk Mbak dan Ibu juga. Nggak perlu capek-capek jual gorengan begini, kamu juga nggak perlu pusing nyari kerja lagi." Rindi mengutarakan ide ko

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   37. Hancur

    Mata Rizal mengembun, menahan bulir bening yang mendesak di sudut mata. Dadanya terasa sesak seperti dihimpit beban berat. Ingin rasanya menangis sepuasnya, akan tetapi sebagai seorang lelaki tentu ia merasa malu jika terlihat lemah meski di hadapan keluarganya sendiri."Rizal, kamu kenapa? Ada masalah? Indri mana? Kenapa kamu ke sini sendirian?" cecar Rindi yang penasaran karena melihat mata sang adik memerah akibat menahan tangis."Aku diusir sama Indri, Mbak. Dia ingin menceraikan aku, dan aku juga sudah dipecat dari perusahaan, aku hancur! Aku balik lagi jadi gembel sekarang, Mbak!" Suara nyaring Rizal memenuhi seluruh sudut ruangan. Terlihat jelas jika lelaki itu tengah berada di titik terendahnya. Karir yang ia bangun kini hancur, kehidupan rumah tangganya pun berantakan.Mulut Bu Inggar menganga, bola matanya melotot seolah ingin keluar dari tempatnya. Tak percaya dengan apa yang baru saja disampaikan oleh sang putra. Pernikahan Rizal dan Indri yang baru seumur jagung sudah be

  • Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua   36. Kedatangan Benalu

    Bu Inggar mengikuti ke mana arah jari telunjuk putrinya tertuju, wanita itu membulatkan mata setelah melihat apa yang tengah dilakukan oleh sang mantan menantu di depan sana."Benar-benar kurang ajar itu Jihan. Ayo kita ke sana sekarang." Bu Inggar melangkah tergesa, menghampiri Jihan yang baru saja selesai memotong pita dan mempersilakan seluruh pengunjung untuk masuk ke dalam caffe."Heh, Jihan. Kurang ajar, jadi selama ini kamu makan uang Rizal dan sekarang kamu gunakan untuk buka bisnis caffe ini setelah kalian cerai? Tega kamu senang-senang dia atas penderitaan saya yang hidup serba kekurangan sekarang," tuduh Bu Inggar dengan suara lantang.Para pengunjung caffe saling berbisik, ada yang sebagian langsung percaya dengan ucapan Bu Inggar. Namun, lebih banyak yang lebih percaya kepada Jihan karena sudah tahu bagaimana perjalanan hidup wanita muda itu sampai bisa seperti sekarang ini.Kedua alis Jihan saling bertaut mendengar tuduhan yang baru saja dilontarkan oleh mantan ibu mertu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status