Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua

Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua

Oleh:  Irma.N  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
41Bab
6.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jihan Yuniar harus selalu mengalah ketika uang jatah bulananya harus diambil oleh Inggar Larasati, ibu mertuanya yang suka bergaya seperti wanita sosialita padahal sebenarnya hidupnya serba pas-pasan dan hanya mengandalkan uang pemberian putranya . Bahkan Jihan harus memenuhi kebutuhan dapurnya dengan hasil dari berjualan seblak dan telur gulung di teras rumahnya. Apalagi sang suami, Rizal Aditama sama sekali tak punya ketegasan untuk menolak keinginan sang ibu. Lalu, bagaimana nasib rumah tangga Jihan dan Rizal pada akhirnya? Sampai kapan Jihan harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka? Mampukah Jihan merengkuh kebahagiaan bersama Fadil, putranya? Yuk, kita ikuti kisah rumah tangga Jihan dan Rizal yang penuh konflik di novel ini.

Lihat lebih banyak
Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
41 Bab
1. Ternyata Bukan KFC
Jihan tengah sibuk memasak seblak pesanan pelanggan setianya, kala motor sang suami memasuki halaman rumah. Dengan senyum sumringah, sang suami turun sembari menenteng sebuah kantong kresek berwarna hitam yang tak bisa memperlihatkan isi di dalamnya.Jihan pun ikut tersenyum karena mengira isi dari kresek tersebut adalah ayam goreng crispy dari sebuah brand terkenal yang dijanjikan Rizal, sang suami untuk putranya. Setelah selesai melayani pelanggan, Jihan segera menyusul sang suami yang sudah duduk di sofa sembari memainkan telepon pintar."Mas." Panggilan lembut Jihan membuat sang suami memalingkan pandangan dari gawai di tanganya, Rizal menghampiri dan menggandeng tangan sang istri ke ruang makan."Jihan, ini ada soto ayam dari ibu. Kamu panasin ya, nanti biar buat makan Fadil," perintah Rizal yang membuat kedua alis sang istri saling bertaut, tentu saja Jihan sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, wanita itu tetap ingin menanyakan perihal janji sang suami pad
Baca selengkapnya
2. Toko Emas
Pandangan mata tajam Rizal langsung mengarah pada sang istri yang tengah susah payah berusaha menahan tawa agar tidak pecah. Wanita itu sibuk mengunyah nasi dengan sambal bawang sembari pura-pura tak melihat wajah merah padam sang suami yang sudah tersulut emosi."Jihan, kamu kan tadi beli ayam crispy buat Fadil. Lalu, ayam untuk aku mana?" tanya lelaki itu pada sang istri.Seketika Jihan menghentikan aktivitasnya mengunyah dan berganti memandang ke arah sang suami dengan tatapan tajam."Bukannya Mas sendiri yang bilang, kalau aku itu istri yang boros. Makanya sekarang aku coba untuk berhemat, beli ayamnya satu aja buat Fadil. Kita cukup makan dengan sambal bawang biar hemat dan uang bulanan dari kamu cukup buat makan sebulan sekalian bayar tunggakan SPP Fadil," oceh Jihan kemudian melanjutkan kembali makannya."Ck, kalau gitu buatin aku telur dadar saja. Masih ada kan telur di kulkas."Permintaan Rizal membuat sang istri memutar bola matanya malas, enak saja dia mau makan pakai telur
Baca selengkapnya
3. Serendah Itukah Aku?
Jihan dengan sengaja mengeraskan suaranya hingga mengundang perhatian beberapa pengunjung toko emas tersebut. Beberapa ibu-ibu berbisik sembari memandang negatif ke arah Bu Inggar dan putri sulungnya."Kurang ajar ya kamu, Jihan. Sengaja kamu mau mempermalukan kami?" bisik Bu Inggar dengan mata melotot.Jihan tersenyum kecut, bukan maksudnya untuk bersikap kurang ajar pada ipar dan ibu mertuanya. Namun, rasa hatinya sudah benar-benar lelah. Untuk apa menghormati mertua dan ipar yang selalu menindas, bahkan tega mengambil hak nafkahnya."Ibu malu? Kenapa? Apa Ibu memang merasa sudah merebut hakku dan anakku," balas Jihan kian sengit, membuat kedua wanita itu memilih untuk segera pergi sebelum bertambah malu.Jihan menatap punggung dua wanita yang kian menjauh dari pandangan mata, kemudian memutar badan untuk kembali pada tujuan utamanya. Namun, satu pemikiran terlintas di benaknya."Ibu dan Mbak Rindi pasti akan bilang ke Mas Rizal kalau aku jual cincin nikah, jadi sebaiknya memang aku
Baca selengkapnya
4. Mahar Pernikahanku, Mas!
Fadil sedikit tersentak kaget kala mendengar suara keras sang ayah yang langsung menggema di seluruh sudut ruangan. Beruntung, bocah itu telah menghabiskan semua isi piringnya. Sepercik kekecewaan muncul di hati bocah kecil itu kala mengingat sikap sang ayah yang seolah tak mempedulikan dirinya dan sang bunda. Tanpa diminta, bocah itu pamit pada Jihan untuk masuk ke dalam kamarnya."Bunda, Fadil sudah kenyang. Sekarang Fadil mau ke kamar dulu ya, capek," pamit Fadil pada sang bunda, Jihan mengangguk. Mengerti jika sang anak tak ingin melihat pertengkaran kedua orang tuanya.Jihan mengangguk, kemudian tersenyum menatap ke arah punggung sang anak yang sudah menghilang di balik pintu kamar. Kini, sorot mata wanita itu berubah tajam, menatap sang suami yang masih berdiri di hadapannya dengan wajah bengis."Maksud kamu apa-apaan gimana tadi, Mas?" tanya Jihan pada sang suami.Rizal mendengus kesal, wajahnya merah padam menahan emosi. Lelaki itu menghenyakkan bobot tubuhnya di kursi seberan
Baca selengkapnya
5. Di dealer?
Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya meski masih sedikit malu-malu karena tertutup tebalnya awan mendung. Burung-burung mulai bernyanyi membawa harum aroma embun pagi yang membasahi dedaunan. Jihan mulai menggeliat dari nyenyak tidurnya, tangannya terulur untuk meraba sisi ranjang yang terasa dingin. Pertanda jika semalam sang suami benar-benar tak pulang ke rumah.Wanita itu menyandarkan dirinya di kepala ranjang dan segera mengambil benda pipih yang berada di atas nakas, melihat siapa tahu ada panggilan tak terjawab dari sang suami karena semalam Jihan telah mengunci pintu rumahnya. Namun nihil, tak ada satupun telepon atau pesan yang masuk dari Rizal. Jihan terdiam, pandangannya nanar ke arah jendela yang masih tertutup oleh kain gorden bermotif bunga. Sedang tangannya meremas benda pipih yang masih berada dalam genggamannya karena merasa dongkol."Sepertinya kamu memang sudah tak menganggap aku dan Fadil sebagai bagian dari hidupmu, Mas," gumam Jihan kemudian melangkahkan kakin
Baca selengkapnya
6. Story Media Sosial Rindi
Kening Jihan mengernyit, wanita itu tengah berusaha untuk mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Bu RT. Suaminya membeli sepeda motor baru, tapi uang dari mana? Sedangkan yang dipakai Rizal saat ini saja adalah sepeda motor Jihan yang dibeli jauh sebelum menikah dengan Rizal dahulu, wanita itu hanya bisa menerima kala sang suami memintanya memakai motor matic buntut milik Rizal dengan alasan Jihan hanya memakainya untuk pergi ke pasar sedangkan Rizal harus bekerja setiap hari."Mbak, Mbak Jihan kok melamun. Terlalu senang ya mau dapat kado motor baru dari suami?" goda Bu RT sembari menaik-turunkan kedua alisnya. Dua wanita beda generasi itu memang cukup akrab lantaran sikap Jihan yang sopan dan ramah.Jihan tersenyum canggung karena ketauhan Bu RT ketika sedang melamun, "Ah Ibu bisa saja, mana mungkin Mas Rizal beli motor baru. Lha wong dia saja pakai motor saya.""Ya siapa tahu aja diam-diam Mas Rizal nabung, Mbak. Buktinya dia beli motor itu secara cash lho, bukan kredit,
Baca selengkapnya
7. Slip Gaji
Jihan mengangkat kembali kakinya untuk mengambil sesuatu yang baru saja terinjak. Dipungutnya sebuah kertas kecil mirip dengan struk belanja dari atas lantai, mata Jihan memincing. Bola matanya bergerak ke kanan ke kiri, menelisik tulisan-tulisan kecil yang berada di atas kertas. Dan akhirnya, rasa penasaran Jihan terjawab juga."Rizal Aditama, assisten manager merk, empat belas juta rupiah." Komat-kamit mulut Jihan membaca tulisan pada kertas yang kini berada dalam genggamanya.Mata wanita itu membola, tangannya terangkat untuk mengucek mata yang sebenarnya tak merasa mengantuk. Hanya untuk memastikan jika pengelihatannya tidak salah. Hati Jihan kian kecewa, benarkah Rizal naik jabatan setinggi itu, yang awalnya hanya buruh kontrak di bagian produksi sekarang berubah menjadi assisten manager merk. Bagaimana bisa, padahal pendidikan terakhir Rizal hanya lulusan sekolah menengah atas.Jihan meremas kertas itu kemudian memasukkannya ke dalam saku daster yang ia kenakan. Melangkahkan kak
Baca selengkapnya
8. Silakan Pergi, Mas!
Suara keras Jihan membuat sang suami menghentikan langkahnya di depan pintu. Lelaki itu tersenyum miring, sudah menebak jika Jihan akan menahan kepergiannya. Karena ia tahu jika sang istri sangat mencintainya. Bahkan, dulu Jihan rela menentang restu sang ayah demi bisa menikah dengan Rizal. Lelaki itu segera menghapus senyum dan memutar badan untuk menghadap sang istri yang sudah berdiri sembari melipat tangan di depan dada."Ada apa, Jihan? Mau mencegah kepergianku?" ucap Rizal dengan pandangan remeh, lelaki itu terlalu percaya diri.Tak seperti yang diharapkan oleh Rizal, wanita cantik itu malah menadahkan telapak tangan, "Kembalikan kunci sepeda motorku, bawa sepeda motormu sendiri yang buntut itu!"Rizal terperangah dibuatnya, tak menyangka Jihan akan meminta kembali sepeda motor yang selama ini pakai untuk pergi bekerja."Ayo mana kuncinya, ini kunci sepeda motor buntutmu." Jihan mengulurkan kunci sepeda motor buntut yang selama ini ia pakai kepada Rizal."Nih, makan tuh sepeda m
Baca selengkapnya
9. Rayuan Indri
Mentari pagi telah kembali berkunjung, bersama kehangatan yang menyesap butiran embun di dedaunan. Rizal baru saja selesai menikmati sarapan pagi bersama keluarganya dan tengah bersiap untuk berangkat bekerja setelah pertengkaran yang membuatnya diusir oleh Jihan semalam."Mbak Rindi mau ngantar putri ke sekolah?" tanya Rizal pada sang kakak yang baru saja menyambar kunci sepeda motor barunya."Iya Zal, siapa tahu nanti ketemu si Jihan itu. Lumayan, bisa sekalian pamer biar kebakaran jenggot," ucap Rindi dengan senyum sumringah."Gimana kalau putri berangkat kerja bareng aku aja, Mbak? Sekalian aku pakai sepeda motor Mbak. Malu aku, masa seorang asisten manager di perusahaan rokok paling terkenal berangkat kerja pakai sepeda motor buntut," keluh Rizal dengan wajah memelas.Rindi memutar bola matanya seperti sedang memikirkan sesuatu kemudian menepuk lembut pundak adiknya, "Ngapain malu, justru ini kesempatan. Siapa tahu Indri kasihan lihat kamu terus dikasih motor baru kan lumayan.""
Baca selengkapnya
10. Harta Gono-Gini
Jihan menarik napasnya dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Berusaha untuk memasang wajah setenang mungkin, menata emosinya baru kemudian membuka pintu yang masih terus digedor oleh ibu mertua dan kakak iparnya itu.Pintu terbuka, Jihan tersenyum dengan manis menatap dua tamunya dengan wajah tegas. Sementara Bu Inggar dan Rindi terpanah untuk beberapa saat melihat perhiasan yang melekat di tubuh Jihan. Otak Bu Inggar dan Rindi seketika bekerja keras, menerka-nerka dari mana Jihan mendapatkan uang untuk membeli satu set perhiasan semewah itu."Ibu, Mbak Rindi, ada apa?" Suara Jihan membuat dua wanita beda generasi itu tersadar dari lamunannya.Bu Inggar menatap tajam sang menantu, bersiap untuk memaki-maki wanita yang sudah hampir sepuluh tahun mendampingi Rizal, dan selama itu pula Jihan menjadi istri yang baik serta penurut untuk Rizal."Heh Jihan, berani sekali kamu mengusir anak saya dari rumah ini! Memangnya kamu bisa apa tanpa Rizal, hah?" Bu Inggar berucap sembari bertola
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status