“Tadi pagi ada pergantian shift … dijadwalkan akan ada perawat baru di ruang bayi untuk menggantikan perawat yang cuti melahirkan … perawat senior yang seharusnya berjaga di ruang bayi bersama dengan perawat baru kebetulan datang terlambat dan pada saat dia tiba di ruang bayi, tidak ada yang menjaga di sana … begitu perawat itu mengecek ranjang bayi, salah satu bayi Anda tidak ada … dia langsung mengkonfirmasi kepada yang lain dan begitu melihat rekaman CCTV … ternyata bayi Anda dibawa oleh perawat baru tersebut ….” Pria bernama Gilbert menjeda kalimatnya agar Prabu dan Elzio dapat mencerna informasi yang dia berikan.“Apa?!” Prabu dan Elzio kompak berseru panik.Elzio sudah curiga sewaktu dia dipanggil ke ruangan petinggi rumah sakit ini, pasti ada sesuatu yang buruk terjadi.Dan seakan Alzea yang tengah terbaring di ICU belum cukup menyiksa Elzio, Tuhan masih menghukum Elzio dengan hilangnya salah satu anak mereka.“Anak Tuan yang berjenis kelamin laki-laki yang diculik oleh wanita
Elzio tidak pulang, dia menunggui istrinya di rumah sakit meski harus ketiduran di ruang tunggu semi outdoor.Angin malam tidak akan menumbang Elzio dengan mudah.Pagi sekali Arman datang membawakan kopi dan sarapan pagi beserta pakaian ganti.Dia tidak bertanya bagaimana keadaan sang nyonya karena bila melihat bagaimana kondisi Elzio sekarang tampaknya belum ada kabar baik dari Alzea.“Kamu ke kantor aja, Man … kirim pekerjaan saya ke iPad, nanti akan saya kerjakan.” Elzio mengatakannya sembari menatap kosong pintu ruangan ICU.“Baik Tuan.” Arman sebenarnya tidak tega meninggalkan Elzio sendiri tapi dia harus ke kantor meng-cover tugas Elzio.Setelah Arman pergi tidak lama kemudian Prabu datang, dari jauh Elzio sudah bisa melihat sorot tajam mata sang papa yang tampak berang.Elzio pasrah, dia bangkit dari kursi ruang tunggu begitu langkah papa hampir sampai di depannya.Plak!Sebuah tamparan kencang mendarat di pipi Elzio, pria itu hanya memalingkan wajah bersama pejaman mata sekil
Saat tadi Elzio berteriak dari ujung panggilan telepon yang meminta agar Alzea memuntahkan puding yang tengah dia makan, Alzea langsung memuntahkan tanpa bertanya dan setelahnya tenggorokan Alzea terasa perih, perutnya mual yang mengakibatnya dia tidak berhenti muntah-muntah di toilet ruang televisi.Bayangkan bagaimana paniknya Elzio, dia berlari di sepanjang loby untuk masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir eksclusive di depan sana.Melihat Elzio dan Arman berlarian mendekat, sang driver bersiap menyalakan mobil.“Antar saya ke rumah! Cepat!” Elzio berseru setelah masuk ke dalam mobil dengan membanting pintu.Detik berikutnya driver menginjak pedal gas dalam membawa mobil keluar dari pelataran gedung pencakar langit tersebut.Beruntung tidak ada antrian kendaraan di jalanan sehingga mobil mewah berwarna hitam itu tanpa hambatan bisa dengan cepat sampai di gedung Penthouse.Bersamaan dengan mobil Elzio tiba di sana, ambulance datang dengan suara sirineunya yang memekakan telinga.
“Si pengendara motor diketahui berkewarganegaraan Tiongkok, dia datang ke Singapura seminggu sebelum kecelakaan terjadi lalu kembali ke Tiongkok sehari setelahnya.” Arman memberikan iPad kepada Elzio untuk menunjukkan identitas si pelaku.Elzio terpekur cukup lama menatap foto seorang pria lengkap beserta identitasnya di layar canggih itu.Di sana tertera kalau pria itu berkuliah di Universitas yang sama dengannya di mana Elzio pertama kali bertemu Angela.Itu berarti dulu mereka bertiga pernah berkuliah di kampus yang sama, mata Elzio memicing menatap foto si pelaku sembari mengingat-ngingat lantaran wajah si pelaku tampak familiar.Sambil mengingat, Elzio terus membaca identitas pria itu yang ternyata belum menikah dan bekerja di perusahaan sekuriti service di Tiongkok.Sempat terbesit dalam benak Elzio kalau apa mungkin Angela yang menyuruh pria itu mencelakai Alzea mengingat pengakuan Thomas yang mengatakan kalau Angela adalah perempuan licik dan jahat.Namun Elzio berusaha mengab
Dia berlarian melintasi loby setelah turun dari mobil yang berhenti sempurna di depan pintu loby gedung Penthouse.Ingin segera mencapai unit Penthouse-nya menemui sang istri yang dia harap sabar menunggu.Elzio terus berlari menyusuri lorong setelah pintu lift terbuka.Dia menekan pascode di sisi bingkai pintu utama Penthouse.“Aaaaaaal …,” teriaknya memanggil Alzea sembari berlari menuju kamar saat dirinya berhasil masuk.“Eeeel … kenapa harus teriak-teriak?” tegur Alzea lembut.Istri cantiknya itu masih duduk di tempat yang sama saat Elzio tinggal tadi dengan kondisi televisi menyala.Pria itu menanggalkan jas lalu membuka kancing kemeja, melepas gesper dan menarik turun resleting celana.Elzio merangkak naik ke atas ranjang hanya menggunakan boxer saja.Dia memeluk Alzea dari samping menghujani pipi dan leher Alzea dengan kecupan. “Eeeeel … geliiii …,” protes Alzea mengerang disela tawa.Elzio bernapas lega, menegakan punggung bersandar pada headboard lantas membawa kepala Alzea
“Kamu yakin enggak akan ikut?” Elzio duduk di sisi ranjang di mana Alzea sedang berselonjor kaki, bersandar pada headboard.“Iyaaa, kamu pergi aja … kasih selamat sama ibu dan bapak klien terus pulang,” kata Alzea sembari merapihkan dasi kupu-kupu suaminya.Alzea tidak pernah berhenti bersyukur karena diberi suami setampan Elzio.Elzio mendapat undangan pesta ulang tahun pernikahan dari kliennya yang merupakan crazy rich Singapura.Sudah seminggu semenjak menerima undangan, Elzio membujuk Alzea agar ikut dengannya menemaninya ke pesta tersebut karena sudah dipastikan ada Angela di sana.Tadinya Elzio tidak akan datang tapi sang klien mewanti-wantinya untuk tidak melewatkan acara itu.Klien besar perusahaan Elzio yang satu ini memang tidak pernah bersedia menerima penolakan. Dan untuk pertama kalinya Alzea tidak bisa dibujuk, istrinya tetap tidak ingin ikut meski sudah dibelikan gaun mahal dan diancam dengan segala cara.“Sayang.” Elzio mengesah.“Aku gendut, El … kaki aku juga bengka