“El ….” Suara lembut itu menembus indra pendengaran Elzio begitu dia membuka pintu Griya Tawang.Sosok cantik menyambutnya dengan senyum merekah saat berjalan mendekat.Detik berikutnya Elzio mendapat sebuah pelukan hangat.Satu tangan Elzio mengusap punggung Alzea membalas pelukan.“Mau mandi dulu atau mau langsung makan malam?” Alzea bertanya saat Elzio membawa langkah mereka yang sambil berangkulan masuk lebih jauh ke dalam sana.“Makan aja dulu,” kata Elzio singkat, meski begitu ekspresi dan sorot matanya begitu hangat tidak seperti beberapa hari lalu yang menyiksa Alzea.“Aku masak-masakan Indonesia … tadi aku ke Little India cari bumbu rempah biar pas rasanya.” Alzea berceloteh sembari menuang nasi dan lauk ke piring Elzio.Semenjak Elzio menyetujui syarat yang diminta Alzea sebelum mereka bercerai—sedih dan sendu di wajah Alzea sirna berganti binar kebahagiaan yang dulu pernah Elzio temukan pada Alzea semenjak kepulangan mereka dari Dubai.“Sama siapa pergi ke Little India?” El
Sofa panjang di living room menjadi tempat mereka untuk bicara lagi.Beberapa saat Alzea diam, menundukan kepalanya menatap kedua tangan yang meremat di atas pangkuan.Elzio dengan sabar menunggu Alzea siap untuk bicara.Dia juga sudah tidak ingin menyakiti Alzea lagi, apapun yang dia lakukan akan berakhir melukai hati Alzea.Elzio tidak membenci Alzea bahkan mungkin ada perasan sayang di hatinya yang menyebabkan perasaan menyesal selalu muncul setiap kali melihat Alzea menangis dan tersakiti olehnya.Pria yang sukses dalam bisnis itu ternyata nol besar dalam urusan hati dan asmara.Elzio terjebak di antara dua wanita yang tidak ingin dia sakiti namun justru yang dia lakukan malah menyengsarakan salah satunya.“El ….” Alzea mendongak menatap Elzio.Wajah tampan itu berekspresi dingin seperti biasa.“Aku yang akan mengajukan cerai setelah satu tahun pernikahan kita agar kamu tidak perlu meninggalkan Papa dan perusahaan … biar aku yang pergi setelah satu tahun, aku sendiri yang akan men
Alzea tidak tidur semalaman, saat pagi menjelang dia pergi ke dapur membuat sarapan untuk suaminya.Wajah cantik Alzea bermuram durja dengan lingkaran hitam di bawah mata, padahal sudah Alzea tutupi dengan make up setelah mandi tadi tapi Elzio masih bisa melihatnya.Selama sarapan pagi Elzio tidak berhenti mencuri tatap kepada Alzea dengan cara paling cool.Alzea tidak bicara, sorot matanya sendu menatap piring dan tampak tidak berselera makan.Elzio juga memilih tidak mengeluarkan suara, dia sudah mengungkapkan niatnya kepada Alzea jadi Alzea bisa bersiap untuk bercerai setelah satu tahun pernikahan mereka.Alzea masih mengantar Elzio hingga pintu dan langsung menutup pintu begitu pria itu melewati bingkainya.Dan yang Alzea lakukan seharian adalah menangis karena tidak ingin kehilangan Elzio.Alzea ingin egois sekali saja, dia akan berusaha keras untuk membuat Elzio kembali mencintainya.Malamn
“Eeeel, kamu udah pulang?” Suara Alzea terdengar dari ruang televisi disusul langkah kaki mendekat menuju ruang tamu di mana Elzio sedang membuka sepatunya.Mata Alzea sembab namun bibirnya tersenyum dan kali ini senyum itu sampai ke mata mungkin saking bahagianya Elzio pulang cepat.Elzio mematung menatap Alzea yang berjalan mendekat.Baru dia lihat lagi senyum tulus di bibir Alzea, Elzio jadi serba salah, dia bimbang apakah harus bicara dengan Alzea sekarang karena pasti akan melunturkan senyum itu.“Kamu mau makan malam apa? Akan aku buatkan apapun yang kamu mau.” Alzea meraih tangan Elzio untuk dia genggam.Alzea selalu melakukan itu setiap Elzio pulang ke rumah tidak peduli tangannya akan dihempaskan Elzio.“Al … kita harus bicara,” kata Elzio dengan suara beratnya yang mampu membuat Alzea merinding.Seakan tahu apa yang akan Elzio bicarakan, senyum di bibir Alzea seketika pudar, sorot matanya berubah
“El ….” Suara Alzea terdengar begitu Elzio membuka pintu unit apartemen.Elzio mengangkat pandangannya setelah melepas sepatu sehingga netranya dengan netra Alzea bertemu.“Kamu belum tidur?” Elzio bertanya dingin.“Belum, aku nunggu kamu pulang.” Alzea mendekat, meraih tangan Elzio yang kemudian dia genggam.“Bagaimana kalau aku enggak pulang? Kamu akan nungguin aku sampai besok?” Elzio bertanya random karena kesal melihat Alzea yang masih saja bersikap baik padanya.Alzea menganggukan kepalanya disertai senyum. “Tapi kalau bisa kamu pulang ya, El … kamu suami aku.” Alzea mengerjap pelan, bibirnya masih tersenyum tapi Elzio yakin kalau di balik senyum itu menyimpan banyak kesedihan.Elzio tahu kalau Alzea tengah terluka dan semestinya dia tidak boleh menyiksa Alzea terus seperti ini.“Kamu mau mandi air hangat? Aku siapkan ya?” Alzea bertanya membuyarkan lamunan Elzio yang sedari tadi menatap wajahnya kosong.“Enggak usah.” Elzio melepaskan tangan Alzea dan melengos begitu saja masuk
Sarapan pagi kali ini terasa hening setelah tadi malam Elzio dan Alzea sedikit bicara tentang masa depan hubungan mereka.Elzio tidak berani bicara banyak dulu, tidak sampai hati mengatakan yang sebenarnya kepada Alzea.Sedangkan Alzea masih melayani Elzio seperti biasa, meski matanya sembab karena memeras air mata semalaman tapi dia berusaha mengembangkan senyum di bibirnya.“El …,” panggil Alzea di tengah sarapan pagi.Elzio hanya mendongak menatap Alzea sebagai respon.“Nanti malam … mau aku masakin apa? Makan malam sama aku ya?” Alzea melayangkan dua pertanyaan sekaligus.Elzio menatap Alzea sesaat dia lantas menggelengkan kepala dengan sangat menyesal.“Aku memiliki janji nanti malam.” Elzio sengaja jujur agar Alzea membencinya.Tapi reaksi Alzea adalah menganggukan kepala disertai senyum ironi di bibir.Setelah sarapan pagi dia mengantar Elzio hingga depan pintu.“Hati-hati ya El …,” ucap Alzea lalu Elzio pergi begitu saja tanpa peluk atau cium seperti biasa.Alzea menyimpan tan