Share

Menghadapi masalah

Anea terbangun dan mendapati sahabatnya berada di sisinya. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah beberapa saat ia baru mengingat semuanya.

Sahabatnya ini yang membantunya pulang, untung saja dia punya memiliki Mitha, kalau tidak mungkin ia akan sedikit kesal karena harus di bawa pulang oleh para bodyguard Mamy Han. Ia sama sekali tak menyukai hal itu.

Layar gawai sepertinya menarik untuk diperiksa, Anea mengutak-atik sekilas dan menutupnya lagi. Tak ada hal menarik untuk dirinya. Mencoba menoleh ke arah Mitha, tapi sepertinya tidurnya masih pulas. Lalu ia bangkit dari ranjang dan menarik hordeng jendela, sinar matahari berebut masuk ke ruangan.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki ia mencoba masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah shower. Setelah mandi tubuhnya menjadi terasa lebih segar. Tiba-tiba perutnya kembali memberi komando agar segera di isi. Anea malas turun ke bawah untuk sarapan di cafe seperti biasa, tubuhnya masih sedikit lemas untuk bergerak aktiv. Dengan tertatih ia melangkah kearah kulkas dan membukanya. Anea sedikit heran, seingatnya ia masih menaruh beberapa camilan di dalam kulkas. Tapi sekarang yang terlihat di kulkas hanya beberapa sayuran dan air putih.

Dalam keheranan ia menutup pintu kulkas dan saat berbalik, ekor matanya menangkap sebuah kaleng minuman di meja. Anea mengambilnya, ternyata kaleng itu kosong. Ia lalu memeriksa tempat sampah, bungkus camilan terlihat memenuhinya. Anea yakin, ini ulah Mitha. Dan sekarang dirinya harus terjebak dalam  kelaparan dan tubuh yang masih lemas. Tak ada jalan lain. Satu-satunya cara harus turun untuk menemukan makanan di cafe langganan. Anea lantas membangunkan Mitha.

“hey pemalas, ayo cepat bangun!” Anea terus menggoncang tubuh  Mitha yang masih enggan bangun.

“Ada apa sih ganggu, aku masih ngantuk.”

“kau harus tanggung jawab.”

“Tanggung jawab apa maksudmu, Ne?” Akhirnya Mitha membuka mata karena mendengar suara nyaringnya Anea.

“Kau menghabiskan makananku di kulkas, dan sekarang aku kelaparan.”

“ooh itu, hehe. Semalam aku kelaparan setelah memapahmu kesini. Apa kau lupa semalam kau mabuk berat. Harusnya kau berterimakasih padaku Anea, bukan memarahiku seperti ini. Dan jangan lupa fakta bahwa kau berat, Ne. Catat itu!”

Anea kesal saat Mitha bilang bahwa ia terlalu berat. Ia menjaga porsi makannya dengan baik agar tubuhnya proporsional dan tetap indah dimata lelaki. Lalu sekarang dengan gampang Mitha berkata jika ia berat? Ooh, itu sungguh kebohongan yang nyata terlihat.

“Aku tak seberat itu Mit, dan aku tak mau tahu sekarang kau harus temani aku mencari  sarapan.”

“Baiklah.. baiklah, aku mengalah, Ne.”

Mitha menuju wastafel dapur dan mencuci muka disana. Anea mendelik melihat sikap sahabatnya itu.

“Kau cuci muka disitu?”

“Jika aku mandi dulu, aku yakin kau tak akan sabar menunggu kawan.”

“Kali ini kau memang benar. Tapi apakah kau tetap tak ingin mengganti bajumu?”

“Aku hanya perlu mengganti sandal, dan kita akan mencari makanan untuk obat kelaparanmu.”

Anea tersenyum geli dengan sifat unik Mitha, dan itu cukup menghiburnya pagi ini.

***

Dret..dret..dret

Gawai Anea bergetar pelan.

(Senin: waktunya pergi ke salon.)

Ternyata itu bunyi alarm yang ia atur untuk mengingatkan jadwal ke salonnya. Ia akan melakukan perawatan seluruh tubuh seminggu sekali dan kebetulan hari ini memang jadwalnya. Anea berniat mengajak Mitha sekalian.

“Hari ini jadwal ke salonku. Ayo pergi bersama.”

“Ide yang bagus, aku menyukainya.”

“Atau aku punya ide yang lebih bagus.”

“Apa itu?”

“Mari kita pergi shooping...”

sepertinya kurang menyenangkan, Ne.”

“Apa kau bercanda? Kita pergi shooping dan bersenang-senang. Apakah ada hal yang lebih baik dari itu?”

“Aku ada janji dengan Deon siang ini. Kau tahu? Tidak ada hal yang lebih bagus daripada menghabiskan uangnya.”

“Perempuan licik... Hahaha.”

“Itu memang keahlian kita kawan.”Mitha ikut tertawa renyah.

“Apa kau ingin tidur dengannya siang hari? Terdengar tidak memuaskan bagiku.”

“Kenapa kau polos sekali sekarang, bukankah itu tugas malam kita. Siang hari adalah tugas mereka untuk memuaskan rasa lapar kita untuk belanja barang mewah. Seingatku kau bukan anak kemarin sore.”

“Kenapa kau menyindirku terus sekarang.”

“Kapan Ne? Aku tidak begitu. Ooh aku tahu, otakmu bermasalah karena Jan. Kau benar-benar terperangkap cinta dengannya sekarang?”

“Apa.. Jan? Kenapa kau menyebut namanya lagi. Aku sudah harus melupakannya, dia merugikanku.”

“Ooh firasatku benar. Anea kau harus pergi refresing agar tetap waras.”

“Sekarang kau menyebutku gila, entahlah kenapa kepalaku seperti mau meledak memikirkan ini.”

“Kau benar-benar gila karena Jan, Anea.”

***

Beberapa malam Jan tak mengunjungi Bar, juga tak ada sama sekali menghubungi Anea. Kerisauan semakin dirasakan wanita cantik ini. Mungkinkah dirinya benar-benar terperangkap dalam cinta Jan? Hal ini membuat kinerjanya diranjang dengan lelaki lain menurun. Hingga malangnya beberapa pelanggan mengeluhkan pelayanan Anea kepada Mamy Han. Wanita itu tak tinggal diam. Malam itu juga Mamy Han memperingatkan Anea.

“Aku menerima beberapa pengaduan tentang kau, Anea!”

“Mamy.. aku hanya...”

“Ada apa denganmu anak manis? Kau lebih banyak mabuk dari pada melayani tamu. Aku takut itu membuatku merugi.”

“maafkan aku mam, aku janji ini tak akan terulang lagi.”

“Aku mendengar kau sangat kacau karena seorang lelaki, apakah itu benar Anea?”

“Tidak mam, itu hanya sebuah gosip murahan.”

“Apa aku bisa mengharapmu lagi?”

“Percayalah padaku mam, please.”

“Baiklah, tapi ingat kau dalam  pengawasan, Anea!”

Anea menghela nafas, Mamy Han sudah sampai menegurnya. Walaupun itu wajar karena memang dirinya terlihat begitu payah. Namun siapakah itu, orang yang mengatakan kepada Mamy Han jika dirinya kacau karena Jan. Meski Mamy Han tak menyebut langsung namanya, tapi Anea yakin mamy Han sudah mengetahui tentang kerumitan dirinya dengan lelaki tampan itu. Anea harus mencari tahu siapa penyebar berita tentang dirinya. Selama ini hanya Mitha yang menjadi keluh kesahnya, tak mungkin ia tega mengadu kepada Mamy Han. Mungkinkah seseorang sedang ingin menjatuhkannya sekarang. Sepertinya cukup menarik untuk diselidiki.

Ini pasti ulah orang di Bar ini, dan orang ini pasti membencinya. Entah karena suatu hal apa, yang jelas Anea memiliki musuh dari sekarang. Maka inilah saatnya Anea bertindak. Di tengah pesta hiruk pikuk terpampang, ia mengedarkan pandangaan menelisik setiap sisi dan..

Yap!!!

 Target terlihat. Seorang pria bernama Richard.

Pria macho berkulit sedikit pucat itu selalu terlihat menarik bagi wanita disini. Bagaimana tidak, tubuhnya yang ideal, wajah bule dan tentu saja kekayaan berlimpah membuat siapapun tergila-gila. Dia adalah pemilik perusahaan industri plastik yang sangat sukses. Berasal dari Amerika dan sudah berkeluarga, itu info yang sering terdengar.

Dia sesekali terlihat di Bar ini untuk sekedar minum bersama rekan bisnisnya. Tetapi sifatnya yang dingin sulit untuk ditakhlukan oleh wanita, beberapa dari kami silih berganti menawarkan jasa namun yang terjadi adalah penolakan. Dia hampir tidak pernah memakai jasa service disini, entah apa sebabnya. Itu hampir, tapi bukan berarti tidak pernah bukan?

Tercatat ada seorang wanita yang pernah dipakainya, dialah Clara sang primadona di sini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status