Share

Menggoda

Author: Akaraiza
last update Last Updated: 2022-02-24 22:05:48

"Aku tidak menyangka kalau kau punya waktu luang untuk hal sepele seperti ini." Rose berucap seraya membuka bungkus kado.

"Aku mengambil cuti beberapa hari. Lagi pula, aku harus memastikan sendiri kalau semua kado ini aman."

"Yang benar saja. Kita sudah membuka sebanyak ini, lihatlah! Tidak ada yang aneh ataupun mencurigakan. Mana mungkin mereka mencelakakan kita." Rose tidak percaya selagi belum mendapatkan keanehan apa pun. "Kecurigaanmu berlebihan."

Reega membuang napas berat. "Siapa yang akan menjamin kalau kau benar-benar aman?"

Bahu Rose merosot. "Ya, terserah kau saja. Lakukan apapun yang kau mau." Diambilnya kotak kado lain yang masih terbungkus rapi.

Entah perasaan Rose mendadak tidak enak saat membuka kado yang dipegangnya. Benar saja, ada sesuatu yang aneh dari kado tersebut. Rose tidak berani membuka kado itu sebab aroma menyengat dan tidak sedap tertangkap hidungnya meski samar.

"Aaaaaaaa ...." Rose teriak dan melempar kado tersebut usai memberanikan diri membukanya.

"Ada apa, Rose?" Reega panik dan langsung mengambil kado yang dilempar Rose. "Astaga!" pekiknya ketika mendapati isinya adalah sebuah boneka menyeramkan yang berlumuran darah hewan.

"Kalian baik-baik saja? Suara teriakan Rose terdengar sampai di luar." Felix datang sambil berlari.

"Lihat ini!" Reega memberikan kotak kado yang dipegangnya pada Felix. "Seseorang berusaha meneror Rose lagi."

Felix menerimanya lantas melihat sebentar lalu menjauhkannya. "Ya ampun, bau sekali."

"Bagaimana, Rose? Kau percaya? Mereka tidak akan berhenti menerormu sebelum keinginan mereka terpenuhi," ujar Reega.

"Tapi kenapa mereka terus menerorku? Apa yang salah?"

"Apa kau punya musuh?"

Rose mengernyit. "Tidak. Aku sama sekali tidak memiliki musuh." Dia mengusap dagunya yang tidak gatal. "Peluang yang paling besar mempunyai musuh adalah kau, Ga. Bisa jadi dari fansmu atau fans Padma."

Reega terdiam sebentar sebelum akhirnya berkata, "Felix, tolong segera kau selidiki siapa pengirim kado itu. Aku yakin dia orang yang sama di balik kebakaran dan surat itu."

"Baiklah. Akan kukabari perkembangan selanjutnya." Langkah Felix diurungkan, karena mengingat satu hal. "Oh, ya. Aku dengar Padma sudah kembali dari luar kota. Kau ingin menemuinya?"

Reega tidak langsung menjawab. Dia memandang Rose dengan serba salah. Perempuan itu sudah menjadi istrinya meski sebatas hitam di atas putih. Meski keduanya tidak memiliki perasaan yang sama, biar bagaimanapun juga Reega berusaha menjaga perasaan Rose.

"Keselamatan Rose lebih penting untuk sekarang ini," ucap Reega dengan tegas.

"Aku tidak masalah kalau kau ingin menemui Padma. Aku bisa menjaga diriku." Rose tidak ambil pusing. Lagi pula dia ingat perjanjian mereka di awal bahwa tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing.

Dering ponsel milik Reega berbunyi menampilkan nama Padma sebagai penelepon. Dia mengembuskan napas berat, mengingat beberapa hari lalu perempuan itu sengaja menghilang darinya bahkan tidak menghadiri pernikahannya membuat Reega semakin kesal.

"Kau tidak mau mengangkatnya?" Rose melirik suaminya sembari melanjutkan membuka kado.

"Tidak penting." Reega mematikan handphone lalu memasukkannya ke dalam saku celana. "Mari kita tuntaskan semua ini," lanjutnya.

***

Jatah cuti kantor telah berakhir hari ini. Itu artinya, Reega harus kembali pada pekerjaannya sebagai seorang CEO. Meski tugas dan pekerjaannya dia limpahkan sementara pada Ilona, tetap saja yang bertanggung jawab adalah dirinya.

Sudah seminggu menjalani pernikahan, selama itu pula tidak ada masalah di antara mereka. Keduanya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah walau tidak selalu bersama.

"Permisi, Pak. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda." Ilona masuk bersama seorang perempuan.

Reega menghentikan kesibukannya dan beralih pandang pada Ilona serta perempuan di samping sekretarisnya. Melihat siapa yang datang, mood Reega seketika berubah.

"Kau boleh kembali bekerja." Ucapan Reega barusan dimaksudkan untuk Ilona. Sang sekretaris mengangguk dan pamit.

Suasana di dalam ruaangan mendadak panas padahal alat pendingin ruangan berfungsi sebagaimana mestinya. Reega tidak mengubah posisinya, dia masih terduduk di balik meja kerja.

"Ehm." Reega berdeham. "Ada apa? Apa yang membawamu datang menemuiku?"

"Maaf aku baru menemuimu sekarang dan maaf aku tidak bisa hadir ke pernikahanmu." Perempuan itu melangkah mendekati meja kerja Reega kemudian mengambil tempat duduk. "Selamat atas pernikahan kalian," lanjutnya.

Reega tersenyum kecut. "Kelihatannya kau biasa saja, Padma. Kau justru menikmati pekerjaanmu. Apa kau senang jika aku menikah dengan orang lain?"

"Maksudku bukan seperti itu, Ga. Kau paling tahu siapa yang kucintai, yaitu dirimu." Padma meraih sebelah tangan Reega dengan lembut. "Tapi karirku lebih penting untuk saat ini."

Reega melepas genggaman Padma dengan kasar. "Kau tidak mencintaiku, Padma. Kau hanya peduli dengan karirmu."

"Kau salah paham. Kau dan karirku sama pentingnya bagiku."

Padma berdiri dari duduk sambil melepas outer putih yang dipakainya. Dress merah menyala dengan lengan terbuka, menampakkan dadanya yang menyembul serta paha putih mulusnya. Dia berjalan memutari Reega kemudian berdiri tepat di belakang lelaki itu.

Padma menunduk agar lebih dekat dengan lelaki yang masih menjadi kekasihnya itu. Dia membisikkan sesuatu, "Percayalah kau satu-satunya yang spesial di hatiku." Suaranya terdengar sedikit serak.

Susah payah Reega menelan salivanya. Dia tahu bahwa saat ini Padma tengah menggodanya. Akan tetapi, tidak semudah itu Padma menggoyahkan pertahanannya.

Padma manarik dirinya menjauh, dia tidak putus asa mengambil hati Reega karena dia tahu lelaki itu masih mencintainya. Perempuan itu mengambil tempat dan mendudukkan dirinya di atas meja kerja Reega.

Padma menyilangkan kaki hingga paha mulusnya terekspos sempurna. Dia tersenyum miring kala Reega membuang wajah ke arah lain. Padma mengambil dasi Reega, memainkannya sesuka hati untuk menggoda laki-laki itu.

"Aku merindukanmu," ucap Padma sambil terus memainkan dasi yang dipakai Reega. "Apa kau merindukanku juga?" Dia menarik kencang dasi itu hingga Reega terbangun dan mengungkung perempuan itu.

Wajah keduanya sangat dekat, hanya berjarak satu jengkal. Walau begitu, Reega belum juga membuka suaranya. Perlahan Padma menarik dari itu lagi dan menyisakan sedikit jarak di antara keduanya.

"Aku rasa kau merindukanku juga." Padma menyadari jika Reega berkeringat dan terus-menerus menelan saliva.

Tanpa pikir panjang lagi, Padma langsung menerjang bibir Reega. Lelaki itu tetap diam bahkan tidak membalas ciuman Padma. Kesal karena Reega tidak membalas, Padma menggigit bibir bawah Reega.

Reega mengerang. Dalam lubuk hatinya, dia sudah tidak tahan lagi. Dia membalas ciuman Padma dengan brutal. Tak dipungkiri pula jika dirinya juga sangat merindukan perempuan itu.

Siapa sangka tiba-tiba seorang perempuan masuk dengan membawa rantang makanan. Mereka berdua tidak menyadari kehadirannya hingga perempuan itu tak tahan melihat pergulatan panas di depannya. Dia pun menitipkan rantang tersebut pada Ilona.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sengketa Pernikahan Kontrak   Tidak Menemukan Jawaban

    Rose duduk menyendiri di taman rumah sakit dengan amplop di tangannya. Ia menghela napas pelan, ada banyak andai-andai di kepalanya, banyak pertanyaan yang tak kunjung temui jawab. Tentang donor mata kakaknya, dan hubungan apa yang terjalin di antara kakaknya dengan suaminya."Papa dan Mama harusnya tahu soal ini," gumamnya. "Tapi kenapa tidak ada yang membahas hal ini sebelumnya?"Rose memasukkan amplop tersebut ke dalam tas kemudian bersiap untuk pulang. Hal sebesar ini, mustahil kalau orang tuanya tidak tahu menahu. Lora tidak mungkin mengambil keputusan seperti ini tanpa melibatkan ayah dan ibunya, maka Rose harus menanyakan pada mereka tentang hal ini.Baru saja ia berdiri untuk pergi, ponselnya sudah lebih dulu berbunyi menandakan panggilan masuk. Rose meraih ponselnya dan mengernyit ketika mendapati nama Reega sebagai penelepon, ia segera mengangkat panggilan tersebut."Hallo, Ga, ada apa?" sambutnya begitu panggilan tersambung."Kau sibuk? Masih di toko?" balas Reega dari sebe

  • Sengketa Pernikahan Kontrak   Mencari Kebenaran

    Selesai menyantap sarapan pagi, Rose membereskan semua alat makan di meja dan membawanya ke wastafel. Meskipun ada Gista, dia tidak ingin merepotkan orang lain. Bagi Rose, hal itu sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari."Aku ingin ke toko hari ini." Rose kembali dari dapur usai mencuci peralatan makan tadi. "Apa kau mengizinkan?" sambungnya."Aku tidak mengizinkanmu ke mana-mana. Lebih baik kau ikut denganku ke kantor." Reega menggeleng, menolak memberi izin dengan alasan tak ingin menempatkan Rose dalam keadaan bahaya lagi."Ke kantormu lagi?" Rose menarik napasnya lalu dia hembuskan dengan pelan. "Sejujurnya aku bosan berada di kantormu. Tidak ada satupun yang bisa kulakukan di sana.""Lalu maumu apa? Mengizinkan dan membiarkanmu dalam bahaya lagi?" Reega menahan emosinya. "Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.""Kau berlebihan, Ga. Aku hanya ke toko untuk memperbaharui beberapa resep." Rose memutar otak, bingung dengan alasan apa lagi dia bisa membujuk suaminya yang keras

  • Sengketa Pernikahan Kontrak   Sesuatu di Kamar

    "Aku harus kembali ke ruang meeting setelah ini." Reega mengusap mulutnya dengan saputangan. "Kau tidak masalah, kan, kutinggal di sini lagi?"Rose yang sedang membereskan peralatan makan mendengus pelan. "Ya mau bagaimana lagi, kan? Kau tidak mengizinkanku diam di rumah, tapi aku juga tetap sendirian di sini.""Mau kupanggilkan Ilona untuk menemanimu?" tawar Reega."Tidak perlu," jawab Rose. "Tapi aku boleh pakai kamarmu? Aku agak mengantuk." Ia menunjuk ke salah satu ruangan yang pintunya sedikit terbuka.Reega mengangguk. "Pakai saja. Kau boleh memakai seluruh ruangan di kantor ini sesukamu, tidak akan ada yang melarang.""Reega, kurasa setelah ini kau tetap harus meminta maaf pada Padma. Dia cukup tersinggung dengan ucapanmu tadi," ujar Rose serius. "Bukannya apa-apa, hanya saja kalau aku berada di posisi yang sama dengannya, aku juga pasti marah sekali. Kau harus menjelaskannya pada Padma kalau masih ingin hubunganmu baik-baik saja."Reega menghela napas. "Iya, aku akan menelepon

  • Sengketa Pernikahan Kontrak   Perlahan Menghindar?

    Rose berlari mengejar Padma melewati meja Ilona dan menaiki lift. Wujud Padma cepat sekali menghilang dari pandangan. Meski seringkali cekcok, Rose berharap Padma masih berada di sekitar kantor Reega.Rose bernapas lega saat menemukan Padma sedang duduk di sofa yang tak jauh dari resepsionis. "Untung saja kau masih di sini," ucap Rose ngos-ngosan. Dia mengambil tempat duduk di samping Padma."Untuk apa kau menyusulku kemari? Kau ingin mengejekku, ya, karena Reega menolakku tadi," ujar Padma suudzon. Dia masih kesal dengan sikap Reega yang berubah drastis."Kau ini belum apa-apa sudah berburuk sangka lebih dulu. Aku ke sini untuk minta maaf atas perlakuan Reega tadi. Percayalah, Reega melakukannya untuk kebaikan semuanya." Rose menjelaskan supaya Padma tidak salah paham lagi."Oh, ya? Bukankah dia sedang membelamu? Semenjak kau hadir di antara hubungan kami, sikap Reega semakin berubah.""Maksud Reega bukan seperti itu. Dia hanya ingin menjaga nama baik perusahaan dan keluarganya. Bahk

  • Sengketa Pernikahan Kontrak   Kompetisi Antar Wanita

    "Maaf, Bu, saya sudah berusaha menahan tapi Ibu Padma memaksa untuk masuk." Ilona yang berdiri di belakang Padma berujar dengan kepala menunduk.Padma berdecak. "Berkali-kali kubilang, aku belum setua itu untuk dipanggil Ibu!"Rose merotasikan matanya malas. "Bahkan tingkahmu saja sudah melebihi ibu-ibu komplek," komentarnya. Ia beralih menatap Ilona yang masih berdiri di sana. "Tidak apa-apa, kau boleh kembali ke tempatmu. Biar aku yang mengurus orang ini.""Baik, Bu."Sepeninggal Ilona, Rose membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah sofa. "Ada urusan apa kau kemari?" tanyanya pada Padma yang baru saja menutup pintu. "Kenapa pula pintunya ditutup? Kau mau berduaan saja denganku di sini?""Jangan harap!" balas Padma. "Aku datang karena ingin menemui kekasihku, lah, memangnya apa lagi? Harusnya aku yang bertanya untuk apa kau di sini, merusak pemandangan saja.""Yang kau bilang kekasihmu itu nyatanya suamiku kalau kau lupa.""Pernikahan kalian hanya sebatas kontrak, kalau kau juga lupa

  • Sengketa Pernikahan Kontrak   Perhatian

    Seusai menelepon, Reega kembali duduk di samping Rose. "Kau sedang melihat apa?" tanya Reega penasaran sebab Rose terlihat memandang sesuatu di seberang jalan."Ah, itu ...." Rose menoleh sebentar pada Reega. "Ada temanku di seberang jalan sana." Dia mengarahkan telunjuknya ke seberang namun tidak menemukan apa-apa di sana.Dahi Reega berkerut. "Temanmu? Di mana? Tidak ada siapa pun di sana.""Tadi dia di sana dan berdiri seorang diri. Sungguh." Rose kekeuh jika penglihatannya tidaak mungkin salah."Mungkin kau salah lihat. Lagi pula ini sudah malam, penglihatanmu pasti kabur." Reega menggelengkan kepala. Dia beranjak dari duduknya menuju penjual pecel lele untuk membayar semua tagihan makanannya."Tidak mungkin aku salah lihat. Jelas sekali aku melihat Aruni di sana," gumam Rose dalam hati."Ayo, kita pulang. Aku sudah membayar semuanya," ajak Reega seraya mengulurkan telapak tangannya.Rose mengernyit. Beberapa hari ini kelakuan suaminya itu terbilang aneh. Seperti lebih peduli dan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status