Share

Senja Yang Di Hadirkan
Senja Yang Di Hadirkan
Penulis: Tyarasani

Percobaan Bunuh Diri

**

Sagara meninggalkan kantornya dengan langkah yang tergesa-gesa. Lelaki tampan itu tampak panik setelah mendapat telepon dari kepala pelayan di rumahnya.

"Maaf, Tuan Saga, anda mau kemana? Sepuluh menit lagi Anda ada meeting dengan klien penting dari Kalimantan," ucap Riko, asisten pribadinya berusaha mengingatkan.

"Batalkan saja!" jawabnya singkat.

"Ta-tapi, Tuan-"

"Apa kau tuli, Riko? Ini lebih penting dari sekadar bisnis. Nyawa Ariana sedang terancam!" potong Sagara dengan cepat.

"Baik, Tuan."

Riko dengan cepat mengikuti langkah majikannya, dan segera menuju kemudi setelah membukakan pintu untuk tuannya.

"Tujuan kita kemana, Tuan?"

"Rumah Sakit Harapan Kasih."

"Siap, Tuan."

Riko memacu kecepatan laju kendaraannya lebih cepat dari biasanya. Setelah sampai di lokasi rumah sakit, Sagara minta di turunkan tepat di depan IGD rumah sakit Harapan Kasih.

"Ariana, bertahanlah!" gumamnya pelan, pandangannya ia arahkan ke sembarang arah demi mencari keberadaan Bi Riris, kepala pelayan di rumahnya.

"Tuan!"

Wanita paruh baya menghampirinya dan langsung membungkukkan badannya sebentar. Ya, dia adalah Bi Riris.

"Bi, di mana Ariana?" tanya Sagara, ia menatap wajah wanita itu yang selalu menundukkan wajah di depannya.

"Nyonya Ariana sedang di tangani oleh dokter, Tuan."

"Bagaimana Ariana bisa melakukan itu, Bi? Bukankah saya sudah meminta Bibi untuk selalu mengawasinya selama dua puluh empat jam, bagaimana ini bisa terjadi?" bisik Sagara, sambil mencengkram pundak Bi Riris dengan kuat.

"Ampun, Tuan."

Bi Riris sangat ketakutan berhadapan dengan majikannya lelakinya. Selama ini Ariana lah satu-satunya majikan yang sangat baik kepadanya.

"Huh, pulanglah!" Sagara mengusir wanita paruh baya itu tanpa basa-basi.

Ya, Sagara Adijaya adalah pewaris tunggal dari keluarga Alexander Adijaya dengan Arisa. Ia adalah anak satu-satunya yang di kenal arogan, keras kepala tapi bertanggung jawab pada keluarga.

Sebenarnya, Sagara memiliki adik laki-laki yang masih mengenyam bangku kuliah di luar negri. Namun, mereka beda Ibu dan karena itulah, Arisa menekan Ariana untuk segera memberinya seorang cucu, sebelum tahta dalam perusahaan besar milik suaminya jatuh pada anak kedua suaminya dengan perempuan yang bernama Liliana.

**

Sagara merangsek masuk ke dalam ruangan di mana istrinya sedang di terbaring lemah, meski beberapa perawat sudah memperingatinya.

"Tolong, Bapak tunggu di luar saja dan jangan mempersulit pekerjaan kami!" Lelaki dengan perawakan tinggi menghalau langkahnya.

"Ta-tapi aku ingin melihat istriku."

"Ini rumah sakit, tolong patuhi peraturannya!"

Sagara mengacak rambutnya dengan kasar, pikirannya menerawang jauh pada permintaan Ariana beberapa waktu lalu.

"Mas, kamu mencintaiku!"

"Tentu saja, Sayang. Kenapa?"

"Kita mencoba program bayi tabung lagi, mau nggak?"

"Ariana, aku tak mau lagi membahas tentang anak. Bukankah, dulu kita sudah pernah melakukannya dan gagal? Lalu, kesehatan kamu drop. Asal kamu tau, itu lebih menyakitkan untukku, Ariana!" jawab Sagara malas.

"Tapi, Mas, aku-"

"Sudah. Kita sudah sering membahasnya sejak dulu. Dengar, aku cuma ingin kamu sehat, aku tak peduli ada anak atau tidaknya dalam pernikahan kita ini, yang jelas aku cukup bahagia hidup berdua dengan kamu. Kamu paham!" potong sagara dengan cepat.

Perdebatan malam itu menjadi perdebatan terakhir, karena setelah itu Ariana menjadi istri yang pendiam dan tak banyak bicara.

"Keluarga Nyonya Ariana!"

Sagara segera berdiri dan mendatangi Dokter yang menyebut nama istrinya di depan ruangan dimana istrinya di rawat.

"Bagaimana istri saya, Dok?"

"Tidak perlu khawatir, Nyonya Ariana sudah stabil dan dia sudah siuman. Bapak boleh menemuinya, sekarang!"

"Baik, terimakasih, Dok."

"Sama-sama. Saya permisi!"

Senyum lelaki tampan berusia 30 tahun itu mengembang di bibirnya. Lalu, ia berjalan dengan cepat untuk melihat kondisi istrinya.

"Mas," lirih Ariana.

"Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Sagara.

"Maaf, aku merepotkan kamu lagi. Seharusnya aku mati, bukan malah berada di sini!" ucap Ariana sambil menangis lalu memukul-mukul kepalanya dengan kuat.

"Sayang, kamu bicara apa? Kamu istriku, kamu tak pernah merepotkanku, jangan berpikiran begitu!"

Sagara memeluk istrinya dengan kuat. Ya, selama ini Ariana seringkali mengkonsumsi obat penenang yang di rekomendasikan oleh dokter keluarganya.

"Tapi, kenyataannya memang begitu, kan, Mas?" Ariana menatap mata suaminya dengan tajam.

"Sayang, sudah! Sebaiknya kamu istirahat, ya!"

"Jawab aku, Mas!" teriak Ariana. Kali ini emosinya benar-benar tak bisa ia kendalikan lagi.

"Ariana, please tenangkan pikiranmu!" bujuk Sagara dengan lembut.

"Tidak, Mas. Aku tidak bisa tenang sebelum kamu menyetujui keinginanku!" tegas Ariana.

"Apa keinginanmu?" tanya Sagara, ia menatap wajah Ariana dengan perasaan yang sulit di jelaskan.

"Kita mencoba program bayi tabung lagi atau ...." Ariana sengaja menjeda ucapannya karena hatinya perih saat akan mengucapkan kalimat yang sudah ia pikirkan sejak tadi.

"Atau apa?"

"Atau kamu menikahi gadis lain yang bersedia untuk melahirkan anak kita," ungkap Ariana dengan air mata yang mulai berderai di pipinya.

"Ariana, tolong jangan memberiku pilihan yang sulit. Aku tulus mencintaimu dan kamu tak perlu berkorban apa-apa demi aku!" bantah Sagara dengan raut wajah kesal.

'Ini bukan untuk kamu saja, Mas. Tetapi demi baktiku pada orang tuamu yang sudah menerimaku dengan baik,' batin Ariana pedih.

Sagara beranjak meninggalkan Ariana dengan permintaan ajaibnya. Bagaimana Sagara tak murka? Setahun lalu Sagara dan Ariana melakukan program bayi tabung, bukannya berhasil malah kondisi perempuan itu memburuk. Ia jatuh sakit selama satu bulan dan Sagara tidak mau mengulang kejadian pahit itu lagi.

"Riko, Aku harus pulang ke rumah sebentar, ada sesuatu yang harus kuurus. Tolong, jaga istriku dengan baik!" titah Sagara pada asisten pribadinya.

"Baik, Tuan." Riko merogoh kantong kemejanya, lalu ia menyerahkan kunci mobil pada majikannya.

Sagara melenggang pergi meninggalkan area rumah sakit dan menuju parkiran di mana mobilnya terparkir dengan rapi. Ia menarik napas dalam-dalam ketika mengingat permintaan istrinya yang membuatnya sedikit tersinggung.

Tentu saja dia tersinggung. Ariana memberi pilihan kedua yang memang kurang manusiawi. Memang ada gadis atau perempuan yang mau di nikahi hanya untuk melahirkan seorang anak? Setelah itu perempuan itu di campakkan begitu saja. Hal gila!

'Ah, Ariana, kenapa kamu sampai berpikiran terlalu jauh? Berapa kali aku harus bilang sama kamu, cukup kamu yang menjadi sumber bahagiaku!' gerutunya lagi.

Sesampainya di rumah, ia segera menemui Bi Riris. Kepala pelayan yang sudah ia usir dari rumah sakit.

"Ada apa memanggil saya, Tuan?" tanya wanita paruh baya itu sambil menunduk. Kejadian di rumah sakit tadi membuatnya masih ketakutan.

"Carikan seseorang yang bisa menemani Ariana selama aku sedang di luar! Orangnya harus ramah, pintar dan mudah di ajak berkomunikasi," jelas Sagara.

"Baik, Tuan. Tapi masalah usia bagaimana?" tanya Bi Riris lagi.

"Mau muda atau tua tak masalah, asal harus sesuai kriteria yang tadi."

"Baik, Tuan."

_______________

Komen (1)
goodnovel comment avatar
humaidah4455
Bayi tabung, kebayang duitnya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status