Share

Senja di ufuk barat
Senja di ufuk barat
Penulis: Tataya Gamboa

1. Terlahir berbeda

Alana Guvenc, sejak kecil dia tidak tahu wajah ayahnya, karena Ibunya selalu bercerita kalau dia sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika hendak pergi bekerja.

Alana sejak bayi sudah menjadi cibiran semua orang, karena rambutnya yang tumbuh dengan warna hitam putih yang bersilang, meskipun dia sudah pernah menggunduli rambutnya, namun tetap saja, ketika tumbuh warnanya masih tetap sama hitam putih bersilang, tidak berubah.

Namun Ibunya, Maria. Selalu dan tak henti memberikan kasih sayang yang tulus dan memberi semangat agar Alana percaya diri. Semua jeri payah Maria membuahkan hasil. Alana menjadi anak yang percaya diri dan berlapang dada dengan warna rambutnya yang aneh.

"Hai Madame..." sapa Alana pada tetangganya yang sedang menyiram tanaman.

"Hai, Sigung kecil..." Jawabnya tersenyum.

Sebenarnya Alana tidak suka dengan panggilan sigung kecil, namun dia tetap tersenyum dan menerimanya.

"Bu, apa aku warnai saja rambutku, dengan warna hitam, atau warna merah seperti Ibu..?." Ucap Alana ketika sedang membantu Maria menyiapkan makan siang.

"Tidak usah sayang, jadilah dirimu sendiri. Sini..." Ajak Ibu sambil membawaku kedepan cermin. "Lihat, wajahmu sangat cantik, kulitmu putih, matamu indah, hidungmu juga mancung, tidak ada satu pun kekurangan dalam dirimu.." Ibu membalikkan badanku menghadapnya. "Asalkan kamu berlapang dada, selalu ramah, dan jujur, kamu akan menemukan tempatmu sendiri.." Ucap Maria.

"Iya Bu.." Jawab Alana dengan senyum.

"Ayo kita makan.." Lanjut Maria.

Maria adalah seorang ibu rumah tangga, dia tidak bekerja sebagai seorang karyawan di perusahaan, dia hanya membuka jasa menjahit dirumahnya. Orderannya selalu banyak, karena jahitannya yang halus dan rapih dengan ukuran yang selalu pas di setiap konsumennya.

Diam-diam Alana memperhatikan cara Maria mengukur, menggunting dan menjahit. Dan Alana mulai menyukai dunia menjahit, menyukai warna-warni kain, menggambar pola-pola baju yang indah dan Alana membuatnya untuk bonekanya.

"Wah.. Alana, jahitanmu hampir sempurna, pola bajumu juga bagus..." Ucap Maria senang.

"Iya, aku selalu memperhatikan Ibu ketika sedang menjahit, lalu aku buat baju ini untuk Morena, boneka tua yang manis." Jawab Alana sambil memamerkan baju buatannya.

Wajah Alana tiba-tiba muram.

"Kenapa sayang ?." Tanya Maria.

"Bu, bagaimana sifat Ayah ? Apa dia akan senang jika melihat hasilku ini ?." Tanya Alana.

Maria tertegun mendengar pertanyaan Alana.

"Tentu saja sayang, Ayah pasti akan bangga.." Jawab Maria berkaca-kaca.

"Bagaimana wajah Ayah Bu ?" Tanya Alana lagi. Karena semenjak Alana kecil, dia tidak pernah melihat foto ayahnya terpampang didinding.

"Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya, Ibu tidak mau dibayangi oleh masa lalu.." Jawab Maria.

"Baik, Bu..." Ucap Alana.

"Eh, minggu depan kamu mulai masuk sekolah Alana, carilah teman yang baik, dan ingat, jangan hiraukan orang-orang yang mengataimu, jangan buat masalah, apalagi sampai berkelahi... Oke ?." Tanya Maria menunggu jawaban persetujuan dari Alana.

"Tenang saja Bu, aku bisa mengatasinya." Jawab Alana.

******

Pagi itu, Alana ikut Maria berbelanja ke pasar. Ketika sedang memilih sayuran, sekelompok anak lewat di depan mereka dan berhenti.

"Hei, kalian lihat apa yang aku lihat ?." Ucap seorang anak seusia Alana kepada temannya.

"Memangnya apa yang kau lihat ?." Tanya satunya lagi.

"Aku melihat Induk sigung..." Ejeknya sambil berlari dan tertawa terbahak-bahak.

Alana sangat ingin membalas anak itu. Namun, Maria menghalangi.

"Sudahlah, Ayo...!." Ajak Maria.

Alana menurut sambil menggerutu.

"Dasar anak jalanan, tidak berpendidikan dan menyebalkan !." Gerutu Alana.

Maria hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Sudahlah, ingat.. Besok kamu mulai masuk sekolah..." Ucap Maria bersemangat.

Alana sedikit tersenyum dan menjawab, "Iya Bu..!."

Dalam hati Alana, dia berniat untuk membalas sekelompok anak-anak tadi. ["Akan aku balas kalian nanti."]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status