Share

Terlalu sakit

    "Na, lo kenapa,? tanya Bayu yang merasa heran dengan raut wajah Nana.

    "Jangan pura-pura bego'! aku lihat semua apa yang uda kamu perbuat sama Mia sela malam," ucap Nana sedikit gelagapan. Dia tidak dapan menahan air matanya lagi. Tangisnya tumpah.

    "Ja...jadi lo ngikutin gue semalam sama Mia?" tanya Bayu dengan perasaan bersalah. Jujur diakunya, dia kalah pada saat itu.

    "Iya. Aku lihat semuanya. Melihat penghianatan yang kalian lakukan terhadap aku," ucap Nana. Dia ingin berlari, namun Bayu menahannya.

Dela yang berada di samping mereka hanya bisa keheranana karena dia juga tidak tau sama sekali permasalahannya.

    "Na, please izinin gue buat jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu sangka. Gue semalam emang pergi dengan Mia dan gue akui gue kalah pada saat itu. Tapi Na,,, Mia lah yang menggoda gue dan gue gak kuat untuk menahannya. Gue mengaku salah Na. Maafin gue," ucap Bayu yang di selimuti rasa bersalah. Dia tidak tau lagi bagaimana cara untuk meredupkan kemarahan Nana.

    "Aku gak butuh penjelasan dari kamu. Mulai sekarang aku gak butuh kalian. Aku mau kalian pergi dari hidup aku," ucap Nana sembari berlari meninggalkan mereka yang melihat dengan tatapan nanar.

***

   "Arghhh..!! aku benci kalian," kata Nana. Ia menangis semalaman di kamarnya. Ia merasakan sakit yang teramat dalam.

   "Kenapa kamu ngelakuin ini sama aku Bay, apa salah aku?" katanya lagi dengan nada geram.

    Note:

    Ketika seseorang pernah merasa luka lalu tersembuhkan dengan kehadiran orang baru, ia akan sangat menyayangi orang tersebut. Namun jika ternyata ia malah menimbulkan luka yang baru dan lebih perih, ia akan sangat membencinya bahkan lebih benci dari orang yang pertama menyakitinya.

    "Na, ini mama. Buka pintunya sayang," terdengar ketukan pintu dan suara Buk Risty yang menyuruh Nana untuk membuka pintu.

    "Ma, Nana lagi gak pengen di ganggu," ucap Nana malas.

    "Tapi di depan ada Dela, sayang. Dia mau ketemu sama kamu."

    "Nana lagi gak pengen di ganggu Ma. Suruh aja dia pulang!" seru Nana.

    "Nana, gak boleh gitu loh. Dia kan uda datang kemari. Gak baik loh kayak gitu," ucap Buk Risty merayu.

    "Ma, beneran... Nana lagi gak pengen di ganggu. Bilang aja besok jumpa di kampus."

    Buk Risty menarik nafasnya.

    "Heufftt yauda deh, mama bilang ke Dela," ucap Mama pasrah.

   Dela yang melihat Buk Risty datang kembali seorang diri, sudah bisa menebak pasti Nana tidak mau menemuinya. Mukanya sedikit menahan kecewa.

   "Maaf ya nak Dela, Nana gak mau diganggu dulu. Katanya besok saja jumpa di kampus," ucap Buk Risty sembari tersenyum dan menahan rasa bersalahnya.

    "Oh iya gak papa kok tante, mungkin Nana lagi pengen sendiri. Yauda gak papa tante kalau gitu Dela pulang aja ya. Sampaikan salam Dela untuk Nana dan juga Om ya," ucap Dela sembari pamit undur diri.

     "Iya baik," Buk Risty tersenyum.

   Sepulangnya Dela, Mama menghampiri lagi kamar Nana dan kembali mengetuknya.

    "Nana, ini mama. Dela uda pulang. Jadi biarkan mama masuk!" seru Buk Risty.

    "Ma,," ucap Nana yang masih tidak ingin di ganggu.

    "Nana!" paksa Buk Risty.

    Dengan malas Nana membukakan pintu untuk mamanya. Dengan cepat Buk Risty masuk lalu menutup pintu tersebut.

Ia langsung menuju ke tempat tidur Nana dan duduk di atasnya.

     "Sekarang cerita ke mama, kamu kenapa?" tanya nya.

    "Aku gak papa kok Ma," jawab Nana singkat.

    "Kamu gak bisa bohongi mama, Na. Kamu gak kayak biasanya. Lihat! Dela datang pun kamu gak mau jumpai dia. Kalian ada masalah apa?"

   Tiba-tiba Nana menangis dan memeluk mamanya. Dadanya kembali terasa sesak tatkala mengenang kembali kejadian sore itu. Akhirnya ia menceritakan kembali semuanya. Mamanya hanya bisa mendengarkan dan sesekali mengelus bahu Nana.

    "Na, ketika kamu sudah siap untuk berpacaran, kamu juga harus siap dengan resikonya. Justru ini lebih baik ketika kamu mengetahui semuanya. Setidaknya Kamu belum sepenuhnya mencintai dia. Dan yang pasti Luka itu akan menjadikanmu pribadi yang lebih kuat," ucap mama dengan nada yang lembut.

    "Tapi sahabat macam apa itu yang bisanya merebut pacar sahabatnya sendiri," ucap Nana masih sedikit geram.

   "Perasaan gak bisa dibohongi Na. Mungkin dia salah karena mengungkapkan perasaan pada orang yang telah memiliki pasangan. Tapi mungkin itu cara yang terbaik menurut dia daripada menahan beban di hatinya," kata Buk Risty.

     Nana hanya bisa terdiam mendengar perkataan Mamanya. Di cerna satu persatu perkataan tersebut.

     Tidak lama setelah itu Mama berdiri dan mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar Nana.

    "Kelak kamu akan memahami mengapa luka di ciptakan. Tapi yang jelas luka itu bukan untuk menjadikanmu membenci takdir," kata Buk Risty sembari membuka pintu dan keluar.

"Tapi ingat, ini bukan menjadi alasan kamu membenci Dela. Dia tidak tau apa-apa," tambahnya.

Seketika ia keluar dan kembali menutup pintu. Membiarkan Nana berkecamuk dalam hatinya.

 ***

     Pagi itu suasana di kampus cukup mendung. Semendung perasaan Nana. Mentari seakan berat untuk mengeluarkan cahayanya. Burung-burung pun tak terlihat. Mungkin mereka paham bahwa akan turun hujan, jadi mereka lebih memilih tinggal di sangkarnya.

     Sementara Nana duduk di sebuah kursi di pekarangan kampus. Tangannya sibuk membuka buka halaman buku yang di pegang nya. Tapi yang jelas hatinya tak seniat itu untuk membaca.

    "Na," sapa seseorang yang memanggilnya. Bayu!

     "Ngapain kamu kemari?" tanya Nana ketus.

      "Gue mau minta maaf atas kejadian waktu..-" ucap Bayu terputus.

      "Udah ya. Aku gak mau denger lagi soal itu. Aku maafin. But please... leave me alone!"

      "Tapi gue masih sayang sama lo  Na. Gue mau kita kayak dulu. Gue gak akan ngulang kesalahan yang sama," rayu Bayu.

     "Kalau gitu elesaikan dulu urusan kamu dengan Mia!" kata Nana sembari melangkahkan kaki menjauh. Meninggalkan Bayu yang menatapnya nanar.

     Dela yang melihat kejadian itu hanya bisa memandang dari jauh. Ia tidak ingin mendekati Nana. Dia yakin emosinya belum stabil dan hanya akan membuat Nana semakin marah jika ia menghampirinya.

    'Apa semua ini salah gue' batin nya. Dela merasa bersalah sendiri. Sebenarnya Dela paham bagaimana sifat Mia. 

    Mia adalah teman SMP nya dahulu. Dia juga cukup dekat dengannya sebelum semua berubah saat Mia merebut seseorang yang di sukai oleh nya. Dela selalu menceritakan tentang orang yang di sukai tersebut pada Mia. Tapi entah bagaimana Mia bisa mengungkapkan cintanya pada orang itu. Dan of course! pria itu menerima Mia, karena memang Mia adalah wanita yang menarik.

    Namun kekesalan itu hanya dipendam Dela dalam hati. Dia tidak ingin merusak pertemanannya hanya karena soal cinta. Tapi kekecewaan itu pasti dia ingat sampai kapanpun. 

    'huuffttt..' Dela menarik nafasnya perlahan. Dia merasa bersalah karena dialah yang mengajak Mia untuk gabung dengan mereka. Dia yang selalu mengajak Mia setiap kali mereka merencanakan untuk jalan-jalan. Walau sebenarnya dia juga sedikit curiga melihat Mia sesekali melirik pada Bayu.

    "Gue bodoh Na," ungkapnya dengan mata berkaca kaca.

bersambung....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status