Share

Bab 57

Author: Leona Valeska
last update Huling Na-update: 2025-12-04 22:11:51

Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit pagi ketika Sophia memandang layar ponselnya dengan napas berat.

Hari ini adalah tanggal jatuh tempo cicilan bank, tanggal yang selalu membuat dadanya terasa sesak sejak dia menjadi korban investasi palsu Mike.

Dia duduk di kursinya di ruang kerja kecil di dalam butik, tangan meremas kertas tagihan yang sudah kusut di genggaman. Bahkan hanya melihat angkanya saja sudah membuat kepalanya berdenyut.

“Kenapa dia belum transfer juga,” gumamnya lirih, dan rasa panik pun mulai merayap ke dadanya.

Sophia akhirnya mengetuk layar ponselnya, mencari nama Mike di daftar kontak.

Jempolnya sempat ragu, tapi akhirnya ia menekan tombol telepon. Nada sambung terdengar tiga kali sebelum akhirnya Mike mengangkat.

“Halo?” Suara Mike terdengar dingin, seperti orang yang terganggu.

Tanpa membuang waktu, Sophia langsung bertanya, “Mike, kenapa kau belum kirim komisi untukku? Aku sudah menunggu dari kemarin. Kau bilang paling lambat pagi ini.”

Mike m
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 92

    John datang ke apartemen dengan langkah cepat namun tertahan, seolah berusaha menenangkan dirinya sebelum benar-benar berhadapan dengan Sophia.Pintu ditutup pelan di belakangnya. Aroma sabun dan uap hangat dari kamar mandi masih terasa di udara, menandakan Sophia baru saja selesai mandi.Ia menemukannya duduk di depan meja rias, mengenakan piyama sederhana berwarna lembut.Rambutnya masih setengah basah, disisir perlahan dengan gerakan yang tampak mekanis. Tatapannya kosong, fokus pada pantulan dirinya sendiri, seolah pikirannya masih melayang entah ke mana.John berdiri di sampingnya tanpa langsung bicara. Ia memperhatikan Sophia beberapa detik, lalu meletakkan sebuah map tipis di atas meja rias, tepat di samping botol lotion dan sisir kayu milik Sophia.Suara kertas yang menyentuh permukaan kayu membuat Sophia menoleh. Keningnya langsung berkerut ketika melihat dokumen asing itu.“Ini apa?” tanyanya pelan, namun jelas.John menarik napas, lalu menjawab dengan suara rendah namun teg

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 91

    Mike datang ke klinik John tanpa membuat janji, tanpa basa-basi, dan tanpa sedikit pun niat menahan emosinya.Pintu ruang praktik itu terbuka dengan hentakan keras, membuat beberapa perawat di luar terkejut dan menoleh bersamaan.John yang tengah berdiri di dekat meja kerjanya hanya melirik sekilas, seolah sudah menduga siapa tamu tak diundang itu.“Apa semua ini ulahmu?” bentak Mike tanpa salam.Dadanya naik turun, rahangnya mengeras, dan matanya merah oleh amarah yang belum sempat mereda sejak pagi.“Tim audit pajak itu. Kau yang mendatangkan mereka ke perusahaanku, kan?” pekiknya dengan kasar.John tidak langsung menjawab. Ia hanya menyandarkan tubuhnya ke meja, lalu melipat tangan di dada dengan sikap santai yang justru membuat darah Mike semakin mendidih. Wajah John tetap tenang, nyaris dingin.“Aku sudah bilang,” ujar John akhirnya dengan nada datar. “Aku tidak pernah main-main dengan ancamanku.”Mike mendengus kasar. “Jadi benar. Kau sengaja menghancurkan perusahaanku.”John me

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 90

    Kantor Mike yang biasanya dipenuhi suara papan ketik dan percakapan ringan antar karyawan mendadak berubah suasana pada pagi itu.Ketika jam baru saja menunjukkan lewat dari pukul sepuluh, pintu utama terbuka dan tiga orang asing masuk dengan langkah mantap.Mereka mengenakan setelan rapi sambil membawa map tebal dan tas kerja hitam. Wajah mereka serius, tanpa senyum basa-basi.Sekretaris Mike yang duduk di meja depan tampak terkejut. “Maaf, Anda ada janji?” tanyanya gugup.Salah satu dari mereka menunjukkan kartu identitas. “Kami dari tim audit independen. Kami akan melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan ini.”Nada bicaranya tegas dan tidak memberi ruang untuk penolakan.Beberapa menit kemudian, Mike keluar dari ruang kerjanya dengan langkah tergesa. Wajahnya berubah seketika ketika melihat tiga orang itu berdiri di tengah kantor, dikelilingi tatapan bingung para karyawan.“Ada apa ini?” tanya Mike, berusaha terdengar tenang meski jantungnya mulai berdegup tidak beraturan.“Kami m

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 89

    Kantor Raka siang itu terasa sunyi dan dingin, meski matahari di luar bersinar terang.Dinding kaca besar memperlihatkan kota yang sibuk, tetapi di dalam ruangan itu, atmosfer justru tegang.Raka duduk di balik meja kerjanya yang besar, mengenakan setelan rapi, wajahnya datar tanpa ekspresi ketika sekretaris memberitahu bahwa Benny ingin menemuinya.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Benny melangkah masuk dengan langkah mantap, lalu duduk di kursi di hadapan Raka tanpa menunggu dipersilakan.Kedua pria itu saling menatap dalam diam beberapa detik, seolah sedang mengukur kekuatan masing-masing.“Aku datang untuk memastikan satu hal,” kata Benny akhirnya, suaranya rendah namun penuh keyakinan.“Keputusanmu sudah benar. Kau tidak seharusnya merestui hubungan John dengan Sophia.”Raka tidak langsung menjawab. Ia menyandarkan punggung ke kursinya, menautkan jemari di atas meja. “Dan alasanmu?” tanyanya singkat.Benny menyunggingkan senyum tipis yang sinis. “Wanita itu tidak akan memberi ket

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 88

    Pagi itu butik Sophia kembali hidup seperti biasanya. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar, memantul di gulungan kain sutra dan organza yang tersusun rapi.Aroma khas kain baru bercampur dengan wangi kopi yang baru saja diseduh karyawan.Sophia berdiri di dekat meja kerja besar, jemarinya menyusuri tekstur kain dengan penuh perhatian.Ia tengah memilih bahan untuk pembeli setianya, seorang klien lama yang akan menggelar acara penting beberapa bulan ke depan.Pekerjaan itu memberinya ketenangan, rutinitas yang membuat napasnya kembali teratur.Pintu butik terbuka dan Bianca masuk dengan langkah cepat. Wajahnya masih menyimpan sisa-sisa kesibukan rapat bersama klien ayahnya.Tanpa basa-basi, Bianca menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk di sudut ruangan, tepat di dekat Sophia.“Dokter pribadimu sudah mengizinkanmu bekerja, hum?” tanya Bianca sambil menyandarkan punggungnya.Sophia menoleh dan tersenyum tipis. “Tentu saja,” jawabnya ringan. “Kalau tidak, aku tidak akan ada di sini, Bi

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 87

    Waktu sudah menunjuk angka sebelas malam ketika apartemen itu kembali tenggelam dalam keheningan yang intim.Lampu utama telah diredupkan, menyisakan cahaya temaram dari lampu sudut ruangan yang membuat bayangan mereka memanjang lembut di dinding.Di luar, kota masih hidup dengan denyutnya sendiri, tetapi di dalam ruangan itu, dunia seolah berhenti hanya untuk mereka berdua.Sophia duduk di sofa, punggungnya bersandar namun bahunya sedikit tegang. John berada di hadapannya, tidak terlalu dekat, memberi ruang yang ia tahu sangat dibutuhkan Sophia.Tatapan John hangat, sabar, tanpa desakan apa pun. Malam ini bukan tentang paksaan, bukan tentang keinginan sepihak. Tapi ini tentang kepercayaan.“Kita bisa berhenti kapan saja,” ucap John pelan, suaranya rendah dan menenangkan. “Kau yang memegang kendali.”Sophia mengangguk. Napasnya teratur, meski jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.Dia tahu ini bagian dari proses, bukan sekadar terapi yang tertulis di buku, melainkan pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status