Share

02. Tinggal Bareng?

Carla dan pria yang belum di ketahui namanya itu duduk berhadapan di meja makan, suasana mendadak intens dan mencengkam sejak keduanya memutuskan untuk berdiskusi empat mata.

Pria itu sudah memberi penjelasan kepada Carla maksud kedatangannya dan memutuskan untuk tinggal di flat. Jelas Carla langsung menentangnya, ia juga memberi tau pria itu kalau Misel sudah meminjamkan flat ini kepadanya. Tapi pria itu tetap kekeh dan mengklaim kalau flat ini milik sepupunya, jadi ia juga berhak untuk tinggal di flat.

"Gak bisa, aku yang lebih dulu tinggal di sini, Kak Misel juga udah meminjamkan flat ini ke aku!" Carla langsung cari pembelaan. Dia tidak mau angkat kaki begitu saja setelah dua tahun lamanya menetap dan merawat flat milik Misel.

Sebelumnya Carla tinggal di flat minimalis itu bersama Misel, tapi satu bulan lalu Misel harus terbang ke Manchester untuk melanjutkan studinya di sana. Misel bahkan tidak mengatakan apapun tentang sepupunya yang akan tinggal di flat, kedatangan pria itu sangat mengejutkannya.

"Tapi saya sepupunya Misel, jadi saya juga berhak tinggal di sini. Lagi pula kamar di flat ini ada dua, jadi kita gak perlu merebutkan kamar, kan?"

"Maksud kamu?" Kening Carla mulai di banjiri keringat dingin.

"Kita bisa tinggal bareng, kamu di kamar 1, saya di kamar 2."

Carla langsung cengo. Mulutnya terbuka lebar, terkejut dengan ucapan pria itu barusan.

Tinggal bareng?

Carla menggelengkan kepala, itu mimpi buruk! ia bahkan tidak pernah sekalipun membayangkan akan berbagi atap dengan pria asing yang sangat...tampan. Lupakan soal visual! Carla memukul kepalanya, di saat genting seperti ini daya pikat pria itu tidak boleh menggoyahkan tekadnya. Bagaimanapun caranya ia harus membuat pria itu segera angkat kaki dari flat ini.

"Tinggal bareng? kamu bercanda?"

Mendengar pertanyaan Carla, pria itu menaikkan satu alisnya, "Lebih baik seperti itu, atau kamu yang mau pindah dari flat ini? Saya gak larang kalau mau kamu begitu." ujar pria itu dengan santainya.

Carla tidak habis pikir, bagaimana bisa pria itu berkata dengan penuh percaya diri seolah ia akan melepaskan flat ini begitu saja?

Carla menyilangkan kakinya, wajahnya yang semula mengendur kini ia pertegas, memberi tanda kepada pria itu kalau ia bukan wanita yang bisa diperlakukan seenaknya. Meski ia tidak memiliki hubungan darah apapun dengan Misel, tapi tetap saja, ia yang lebih dulu menempati flat ini bahkan sejak dua tahun lalu.

"Begini...maaf ya, pak, aku udah tinggal di sini dari dua tahun lalu. Ya, memang mau seberapa lama pun aku tinggal di sini, itu gak penting. Tapi, Kak Misel udah meminjamkan flat ini ke aku, Kak Misel juga bilang kalau aku bisa tempatin flat ini sampai kapanpun aku mau." jelas Carla membuat pria itu terperangah tak percaya. Bukan terperangah karena pembelaan gadis itu, ia terperangah karena baru saja Carla memanggilnya dengan sebutan 'Pak'.

"Nama saya Savian, dan saya belum setua itu untuk dipanggil bapak!" sungut Savian mengoreksi. Ia menatap Carla jengkel, beberapa menit lalu di kira kurir paket, lalu sekarang gadis itu memanggilnya 'Pak'.

Baru kali ini ada wanita yang membuat percaya diri Savian menyurut. Biasanya Savian selalu percaya diri di hadapan wanita karena para wanita selalu menatapnya dengan sorot mata penuh puja, tapi dimata Carla aura Savian yang kental dengan sejuta pesona jadi tak ada nilainya.

"Okay, Pak Savian, jadi gimana penjelasan aku tadi, udah ngertikan?"

"Savian. Gak pake pak!" Satu kali lagi Savian tekankan.

Carla mengidikan pundaknya tak peduli, ia tidak merasa bersalah karena menurutnya sudah sepantasnya ia memanggil pria itu dengan sebutan 'Pak'. Karena walaupun tampan, tapi sangat jelas terlihat kalau usia Savian sudah memasuki kepala tiga.

"Jadi gimana, Savian?"

Savian melipat kedua tangannya di depan dada, sorot elangnya menatap Carla menantang.

"Gimana apanya? Saya akan tetap tinggal di sini. Kalau kamu yang mau pergi, ya silakan."

Habis sudah kesabaran Carla, ia menggeram lalu menggebrak meja membuat Savian tertegun seketika. Dengan wajah yang sudah merah padam, Carla bangkit dari duduknya, ia berlari masuk kedalam kamar dan kembali dengan ponsel digenggaman.

"Aku telepon Kak Misel, biar Kak Misel yang putusin siapa yang berhak buat tinggal di flat ini!" ujar Carla sambil sibuk mengutak-atik ponselnya.

Savian mengangkat kepalanya tinggi - tinggi, ia sudah sangat percaya diri kalau Misel tentu akan memilihnya, secara dia dan Misel sepupuan, bahkan saat Misel umur 5 tahun Savian pernah satu kali menyebokin wanita yang sekarang berprofesi sebagai Psikiater itu.

"Hallo, Car?" suara Misel langsung terdengar setelah bunyi panggilan pertama. Carla sengaja mengaktifkan loud speaker agar Savian juga mendengar percakapannya dengan Misel.

"Hallo, Kak. Aku ganggu gak?"

"Gak dong, ada apa?"

"Sel, ini gue Savian." Tiba-tiba Savian merampas ponsel dari tangan Carla, membuat Carla menggeram sesaat lalu membiarkan Savian yang memegang ponselnya.

"Savian?! lo di Jakarta sekarang?" Suara Misel langsung naik saat oktaf, ia terdengar excited setelah Savian mengambil alih ponsel milik Carla.

Carla mengangguk samar, jadi pria yang membuatnya naik tensi namun tampan itu bernama Savian. Sementara Savian mendengus, ia merasakan jengkel mendengar Misel memanggilnya tanpa embel-embel kakak atau abang, padahal umur mereka terpaut lumayan jauh.

"Ya, minggu depan gue mulai kerja di tempat baru."

"Loh, jadi beneran lo pindah?"

Praktis Savian mengangguk meski lawan bicara virtualnya tidak melihat anggukannya itu, "Ya, dan karena gua butuh tempat tinggal, jadi gue putusin buat tinggal di flat lo."

Carla memicingkan matanya tajam kearah Savian, kenapa cara bicara pria itu seakan memaksa? Padahal tujuan ia menelepon Misel untuk meminta keputusan dari yang memegang kuasa penuh atas flat yang mereka rebutkan.

"WHAT?! Lo gak lihat di flat gue ada anak gadis?"

Mata Savian langsung melirik kearah Carla, ia tersenyum miring lalu mendekatkan bibirnya ke ponsel, "Makanya gue jadi makin pengen tinggal di sini." bisiknya diiringi dengan seringai tipis.

Carla yang tak paham dengan ucapan Savian cuma berdecak kesal.

"Vi, Vi, tobat lo!" sentak Misel, "Gue udah pinjamin itu flat ke Carla, jadi kalau lo mau tinggal di sana lo minta izinnya ke Carla, bukan ke gue!"

Carla menunduk menyembunyikan tawanya, ia tak kuat menahan geli saat melihat wajah blank Savian setelah mendengar jawaban tak terduga dari Misel.

"Mana Carla, gue mau ngomong sama dia." tambah Misel, Savian langsung menyodorkan ponselnya ke Carla dengan wajah yang sudah masam. Harapannya untuk tinggal di flat bersama Carla telah Misel hempaskan dalam sekejap.

"Kenapa, Kak?" Carla bertanya sambil beranjak menjauh dari Savian.

"Car, sorry ya, Savian juga gak bilang apa-apa sama aku kalau dia mau datang ke Jakarta." kata Misel dengan nada bersalahnya.

Misel sudah menduga kalau kedatangan mendadak Savian pasti membuat kekacauan di flat pagi ini, apa lagi setelah mendengar pernyataan pria itu ingin tinggal di flatnya. Misel yakin Savian pasti membuat Carla berkeringat dingin. Beruntung Carla memilih keputusan yang tepat untuk meneleponnya.

"Aku yang minta maaf karena kayaknya aku gak bisa izinin dia tinggal di sini... Kakak kan tau kalau aku..."

"It's okay, itu hak kamu, Car." sela Misel mencoba menenangkan karena suara Carla sedikit gemetar.

"Aku udah serahin flat itu ke kamu, jadi sekarang keputusannya ada di kamu. Lagian Savian gak bakal jadi gelandangan di jalan walaupun kamu gak izinin dia tinggal di flat." tambah Misel sambil terkekeh kecil.

Carla ikut terkekeh paksa, dan perlahan ia terdiam. Carla jadi merasa tidak enak buat mengusir Savian karena Misel memperlakukan dengan begitu baik.

"Tapi, Kak, aku jadi gak enak." cicit Carla.

"Gak enak kenapa?" tanya Misel, "Mau nyoba tantangan baru gak, Car?" imbuhnya.

"Maksudnya, Kak?"

"Gimana kalau kamu kasih kesempatan Savian buat nginap satu atau dua hari, dan lihat gimana reaksi tubuh kamu."

Carla menggigit bibir bawahnya cemas. Tantangan dari Misel memancing adrenalin jantungnya. Ia takut, tapi ingin mencoba yang Misel katakan.

"Savian gak akan ngelakuin hal yang sama kayak yang kakak tiri aku lakukan ke aku 'kan, Kak?"

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Siti Hani
bagus jir,asik bgt bjirrrr
goodnovel comment avatar
Muh Reynaldi
Saya takut ada setan klau seatap dngn pria tampan......
goodnovel comment avatar
Mila Sisilia
ok lanjut bgs ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status