Beranda / Romansa / Sentuhan Cinta / BAB 2. Awal Kecurigaan

Share

BAB 2. Awal Kecurigaan

Penulis: Miracle
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-01 19:03:47

Pukul 7 pagi. Ririn sedang menatap dirinya sendiri dipantulan cermin yang ada dihadapan dirinya ini. Ia sudah mandi dan juga segar, walaupu nanti di diapur ia akan kotor lagi.


Tapi Ririn sangat menyukai pekerjaan yang dirinya lakukan, ia sudah bekerja selama 5 tahun di dunia perdapuran hotel. Makanya jabatanya lumayan tinggi, karena ia sudah bekerja lama.


Ririn bangga akan dirinya ini. "Awali hari ini dengan senyuman dan semangat." Ririn mengucapkan mantra kepada sendiri, agar ia semakin semangat dalam bekerja.


Ririn hanya mengunakan jins panjang dan juga kaus oblong berwarna hitam dan dibalut dengan jaket kulit. Ririn selalu berpakaian casul macam ini, karena ia tak perlu berdandan cantik.


Bahkan Ririn hanya memakai lipstik dan pelembab wajah saja, jika sedang bekerja. Berdandan sangat tak berguna bagi Ririn, karena ia akan berhadapan dengan dapur.


Lagian juga ia mempunyai seragam dan ia harus mengunakan seragam itu. Hal itu juga membuat Ririn tak memperdulikan tampilan dirinya sendiri disaat kerja. Ririn tipkal cuek dengan penampilan.


Untung saja pacarnya sangat setia dan tak mempersalahkan penampilannya ini. Membuat Ririn semakin cinta dengan pria itu. Matanya melihat ke arah jam. Ririn bergegas untuk turun menuju lantai 1.


"Selamat pagi." Ririn menyapa ke dua orang tuanya tersebut.


"Punya putri seorang koki, tapi jarang sekali memasak untuk kita. Sekali libur kerja, malah pacaran." itu adalah suara Luna yang mana ibu kandung dari Ririn.


Ririn menatap Ayahnya, karena ibunya itu menyindirnya. Ririn dan Ayahnya malah tertawa bahagia karena sang singa rumah ini sedang merajuk sambil marah.


Fahri Ayahnya Ririn, mengisyaratkan kepada putri bungsunya untuk membuat sang singa, bisa menghilangkan rasa amarahnya itu dipagi hari ini. Ririn menganggukan kepalanya menerima perintah dari Ayahnya tersebut.


"Nyonya Luna yang cantik dan awet muda. Putrimu ini berjanji akan memasak, tapi tidak sekarang." Ririn memeluk pinggang Mamahnya dan mengecupi bertubi-tubi pipi Mamahnya ini.


"Ririn sudahlah, duduk sana!" Luna yang menyikirkan putrinya akan tak menganggunya disaat sedang memasak sarapan pagi.


"Maaf aku tak bisa sarapan pagi bersama." Ririn dengan wajah masam, karena selalu membuat ke dua orang tuanya kecewa karena selalu jarang makan bersama. 


"Tamu Vvip?" Fahri bertanya kepada putri bungsunya tersebut.


"Iya," jawab Ririn. 

Sejujurnya dirinya merasa tak nyaman sekali, karena Mamahanya ini sudah menyiapkan banyak sarapan dipagi hari. Tapi ia tak makan karena kesibukannya di dapur hotel.


"Pergilah bekerja sana. Cepat pergi, nanti kamu malah dimarahi kepala chef." Fahri meminta Ririn untuk cepat pergi.


"Mah." Ririn memanggil Mamanya itu, terlihat jelas dari wajah Mamah yang kecewa dengan dirinya. Apalagi Mamahnya sudah menyiapkan sarapan dengan menu kesukaan dirinya.


Ririn terdiam dan sebuah ide terlintas begitu cepat. Kakinya berjalan ke rak piring dan mengambil sebuah kotak bekal dan memasukan makanan yang Mamahnya itu masak.


"Aku akan makan dikerjaan." Ririn bicara dengan keras, agar Mamahnya itu bisa mendengar.


Fahri mengacungkan jempolnya melihat apa yang dilakukan sama putrinya tersebut. "Makanlah yang banyak putriku sayang," Fahri juga bicara keras agar istrinya mendengar dan bisa menghilangkan rasa kekesalannya tersebut.


"Mah masakanmu selalu saja enak. Mamah koki yang hebat sekali, aku harus banyak belajar dari mu." Ririn terus bicara memuji Mamahnya.


"Aku berangkat dulu. Sampai jumpa cintanya Ririn." Saat Ririn akan melangkahkan kakinya menuju ke pintu rumah. Kakinya berhenti karena ada yang kurang dirumah ini, tapi apa itu.


"Kakaknya." Ririn tak melihat kakaknya sama sekali. Ririn berjalan mundur, hingga bisa berhadapan dengan Ayahnya yang terkejut dengan ia yang berjalan mundur.


"Ada apa?' tanya Fahri yang melihat kelakukan dari anaknya ini.


"Mba Vanya dimana? kenapa tak terlihat sedari tadi?' tanya Ririn sambil menatap seluruh penjuru rumahnya ini.


"Menginap dirumah temannya." 


"Teman yang mana?' tanya Ririn seakan mengintrogasi Ayahnya itu."


"Ayah lupa."


"Ayah, kamu harus menelepon Mba Vanya. Dia itu tetap anak perempuan, walaupun sudah besar. Tetap harus diingatkan agar tak sering menginap dirumah temannya itu." Ririn malah menyeramahi Ayahnya itu.


Akibat ia berceramah, kepalanya ini dipukul sama Ayahnya. Walaupun tak kuat memukulnya, tetap saja ia merasa kesakitan akibat pukulan dari Ayahnya ini. "Pergilah sana!" usir Fahri kepada anaknya ini.


Cup.


Setelah mengecupi pipi Ayahnya, Ririn bergegas berangkat. Dengan kekuatan dipagi hari, Ririn berlari kecil menuju ke halte agar semakin cepat sampai. Anggap saja sebagai olahraga dipagi hari, agar ia semakin semangat.


Dengan nafas yang tersengal-sengal Ririn sudah sampai akhirnya dihalte bus. Ririn sangat bersykur karenna bus yang akan ia naiki belum tiba. Ririn mengambil botol minum dan meneguk dengan pelan-pelan.


Ririn selagi menunggu kedatangan bus, ia mengambil ponsel dan juga erphone miliknya, lalu ia masakan di kedua telinganya. Ririn sudah menyetel musik kesukaan dirinya.


Saat ia membuka chatan dengan pacarnya. Ririn mengirim kembali sebuah chat kepada pacaranya. Hatinya merasa khawatir sekali karena pacarnya ini tak membalas chat yang ia kirim dari kemarin malam.


Ririn sudah menghubungi kekasihnya tersebut, tapi yang didapati malah suara operator yang menjawab. Ririn tak tau apa yang terjadi dengan pacarnya itu, Ririn sudah mengirim pesan kepada teman dekat pacaranya.


Agar bisa membantunya untuk mengecek keadaan dari pacarnya tersebut. Ririn yang ingin kembali menghubungi kekasihnya, tapi bus sudah datang dan membuatnya memasuki kembali ponsel miliknya.

***


Pukul 12 siang hari. Waktunya jam makan siang, semua orang menuju ke ruangan staff untuk makan bersama. Tapi Ririn tidak ikut kali ini, ia malah berbelok dan menuju ke ruang ganti staff.


Ririn membuka loker milknya dan mengambil ponselnya. Tadi ia bekerja tak berkonstrasi sekali dan melakukan kesalahan kecil, untung saja ia bisa memperbaiki kesalahannya dengan cepat.


Membuat ia tak dimarahi sama kepala koki. Ririn membuka ponselnya dan kembali melihat pesan. Ririn menghela nafasnya karena pacarnya ini sudah mengirimkan pesan balasan kepada dirinya.


Pacarnya itu tertidur pulas rupanya dan membuatnya tak bisa membalas pesan. Pasti Miko bekerja sangat keras, agar cepat bisa menutupi kekurangan untuk membayar segala hal tentang pernikahan.


Di pesan terakhir membuat bibirnya tertarik dan membentuk senyuman manis. Miko mengirim emot kiss kepadanya, membuat hatinya berbunga-bunga. Rasa khawatir meluap begitu saja hanya karena Miko mengirimkan pesan emot kiss kepadanya.


"Dari pacarmu kah?" Ririn menoleh dengan cepat saat mendengar suara itu dan ia  terkejut dengan kedatangan temannya.


"Iya." jawab Ririn disertai dengan senyuman yang manis.


"Pacar kamu masih sama?" tanya Binnie.


"Tentu saja masih sama. Aku sudah menjalin hubungan selama 7 tahun lamanya."


"Jika kamu masih pacarnya? lalu siapa wanita yang bersama dengan pacar kamu, Ririn." Binnie mengerutkan keningnya bingung.


"Wanita apa maksudmu?"


"Aku pergi ke mall. Aku melihat pacar kamu dimall, tapi saat aku ingin mendekat. Malah yang aku dapati wanita itu bukan dirimu." Binnie menjelaskan semuanya kepada Ririn.


"Sepupunya itu."


"Benarkah? aku kira siapa. Cepatalah Ririn, semua orang menunggu kamu untuk makan bersama." Setelah mengatakan hal itu Binnie keluar dari ruang ganti.


"Asal kamu tau, kalau Miko tak mempunyai sepupu. Lalu siapa wanita yang dibicarakan sama Binnie?" Entah kenapa jantungnya berdegup kencang.


***

Follow juga IG: @intanazel

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Cinta   BAB 98. Bukan Akhir Segalanya

    Di pagi buta seperti ini. Dirinya sudah dipaksa untuk bangun dari tidurnya dan tiba-tiba saja Roy mengatakan kalau kakaknya sedang menunggu didalam mobil sedan berwarna putih. Roy menipunya dengan mengatakan hal tersebut, membawanya pada pukul 6 pagi hari. Bahkan matahari saja belum muncul.Bahkan Ririn ingin meminta bantuan dari Ares, tapi pria itu sama sekali tak bisa dihubungi. Padahal semalam dirinya tidur bersama dengan Ayah dari anaknnya, di kamar rumah sakit. Membuat Ririn mengucapkan sumpah serapah kepada Roy, yang seenaknya saja membawa dirinya di pagi hari ini."Tersenyumlah agar cantik," ucap Roy kepada wanita itu yang sedang duduk."Apa yang elu lakukan sama gue Roy?" Ririn menatap tajam adik dari Ares.Tapi bukannya menjawab apa yang dikatakan sama Ririn, Ares malah memerintahkan kepada staff untuk melakukan hal magic kepada Ririn, yang sedang marah-marah itu."Roy!!

  • Sentuhan Cinta   BAB 97. Permintaan dan Permohonan

    Pukul 8 malam hari di rumah sakit. Ririn tetap berada disamping kakaknya yang tak juga terbangun. Hati Ririn hancur melihat alat-alat yang menempel ditubuh Vanya. Ririn juga tak henti-hentinya untuk menangis.Ririn memegang dengan lembut tangan Vanya, sambil berdoa kepada Tuhan, agar membuat Vanya cepat sadar. Tapi kakaknya tak juga sadar, padahal kata dokter kakaknya akan bangun. Tapi kenapa Vanya belum juga membuka matanya.Kriet. Pintu terbuka dan membuat Ririn menoleh, mendengar suara itu."Rin. kembalilah ke kamar kamu." Roy mendekati wanita hamil tersebut."Masih ada disini?" Ririn yang kaget karena Roy masih berada dirumah sakit, dirinya mengira kalau Roy akan kembali."Hm, priamu itu memintaku untuk menemanimu," jawab Roy yang berdiri disamping Ririn.Ririn hanya menganggukan kepalanya saja. Tatapan matanya kembali melihat ke arah Vanya. "Kapan kakak

  • Sentuhan Cinta   BAB 96. Aliran Listrik

    Ares mendobrak pintu berkali-kali, tapi pintu ruang bawah itu sangat kuat dan membuat Ares susah menembusnya. Oleh karena itu Ares menembakan pintu terbuka dan membuat kunci pintu hancur. Membuatnya menjadi lebih mudah masuk ke dalam ruang bawah tersebut Bibirnya menyeringai bak seorang iblis. Tatapan matanya dan aura yang Ares keluarkan berubah seketika, saat melihat orang yang dicarinya. Ares menatapnya seakan ingin membunuh langsung Miko, yang sedang duduk dengan wajah yang babak belur. Pria itu langsung saja bangun disaat melihat kedatangan Ares, dengan tangan yang membawa senjata api tersebut. Ares mendekati pria bajingan itu dan membuatnya saling berhadapan dengan pria yang sudah membuat akal sehatnya menghilang. Tapi bukannya takut dengan kedatangan Miko.

  • Sentuhan Cinta   BAB 95. Menghukumnya

    Vanya akhirnya mendapatkan pertolongan. Ambulance membawanya pergi tubuhnya menuju rumah sakit bersama dengan Ririn yang tak ingin berpisah dengan kakaknya tersebut. Sedangkan Roy menelpon rumah sakit untuk menyediakan segalanya dan tak lupa juga memberitahu Ares melalui sekretarisnya tentang apa yang terjadi hari ini. Ares sangat sibuk sekali karena jadwal hari ini begitu padat sekali dengan berbagai macam rapat. Hingga membuat kakaknya melupakan ponselnya. Roy yang mengangkat panggilan masuk dari nomer asing di ponsel milik Ares dan yang mendengar suara-suara Ririn meminta pertolongan. Tapi setelah itu panggilannya terputus dan Roy menghubungi balik tapi ponsel tersebut tidak aktif lagi. Lantas dengan cepat Roy melacak semua jaringan itu dengan berbagai cara yang dirinya ketahui, hingga ia menemukan lokasinya. Untung saja Roy biasa menemukan lokasinya dengan cepat. Jika tidak kedua bersaudara itu akan dalam bahaya, terutama Ririn

  • Sentuhan Cinta   BAB 94. Bawa Dia!!

    Miko semakin mendekati Ririn yang terus saja mundur-mundur. Tapi Miko mendekati wanita yang terlihat jelas kalau sedang ketakutan. "Jika saja kamu kebih nurut, pasti tak akan terjadi hal ini." Miko menyeringai sinis dan tatapan mata Miko sangat tajam, seperti pedang yang siap menghunus siapapun.Vanya berdiri dengan susah payah, walapun harus menahan rasa sakit akibat tubuhnya yang menerima hantaman keras oleh Miko. Vanya harus bangkit karena ia melihat adiknya dalam keadaan yang berbahaya, Vanya tak akan membiarkan Miko melukai Ririn dan bayinya.Vanya menarik tangan Miko agar menjauh dari adiknya. Menahannya dengan sekuat tenang, walaupun dengan tubuh yang sakit. "Lari Ririn, keluar dari apartemen ini!!" teriak Vanya kepad adiknya."Tidak, tidak. Kita harus keluar bersama!!" ucap Ririn yang melihat kakaknya terus menahan Miko."Cepatlah, tak punya banyak waktu. Keluarlah!!" teriak Vanya.

  • Sentuhan Cinta   BAB 93. Bekerja Sama

    Entah keberanian dari mana membuat Ririn melakukan hal gila ini dengan bawa-bawa pisau. Tapi jika dirinya tak melakukan hal ini, pasti Ririn akan di lecehkan lagi sama Miko. Ririn tak ingin membiarkan hal itu terjadi."Baiklah sayang. Aku tak dekat-dekat dengan dirimu."Ririn sedikit tenang karena ancaman dirinya ini sangat ampuh dan membuat Miko tak akan berniat untuk melecehkan dirinya lagi. "Dimana kakak gue?" tanya Ririn kepada Miko.Arah pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah telunjuk tersebut. Dugaan dirinya sepertinya memang benar, kalau kakaknya tersebut disembuyikan sama Miko. "Buka pintunya," perintah Ririn. Pasti pintu itu terkunci jika tidak, pasti kakaknya akan keluar dan menemui dirinya."Baiklah, tapi pisau itu jauhkan dari tangan kamu." Miko yang masih panik dengan apa yang dilakukan sama Ririn. Miko hanya menuruti apa yang dikatakan sama Ririn, tapi setelah itu ia akan me

  • Sentuhan Cinta   BAB 92. Makanlah Bersama Aku

    Tubuh Vanya berada di atas ranjang, dalam keadaan tak berbusana sama sekali. Itu semua karena ulah Miko yang menyentuhnya secara paksa dan ancaman, membuat Vanya tak bisa berkutik dan melakukan apa yang dikatakan sama Miko, padahal dirinya tak ingin sama sekali disentuh oleh bajingan seperti Miko.Cairan bening keluar dari matanya, tubuhnya tak terlalu merasakan sakit walaupun Miko melakukannya dengan kasar. Perasaanya saja yang sangat terluka, akibat perbuatan dari Miko. Hiks.. hiks.. Sungguh hatinya merasakan sakit bertubi-tubi ini semua karena Miko. Pria itu sudah melukai perasaanya dan sekarang melukai tubuhnya.Vanya hanya bisa tergeletak di kasur ini saja, tubuhnya lemas dan tak bisa melakukan apapun. Lagian kamar yang Vanya tempati terkunci dari luar oleh Miko. Pria itu juga keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri dengan air mata yang bercucuran.Vanya hanya berharap semoga saja adiknya tidak datang ke

  • Sentuhan Cinta   BAB 91. Menghilang

    Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah terbangun dari tidurnya yang nyenyaknya. Tubuhnya merasakan sakit sekali, akibat sentuhan panas tersebut. Efeknya baru dirinya rasakan pagi ini. Ares sungguh sangat luar biasa, sekaligus gila karena telah membuat tubuhnya sakit-sakit."Tubuhku yang malang." Ririn segera bangkit untuk berendam air hangat. Semoga saja mampu sedikit mengurangi rasa sakit tubuhku ini.Tak butuh waktu lama Ririn sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaanya yang jauh lebih nyaman. Ririn berendam hanya 7 menit saja, sejujurnya mau lebih lama. Tapi dirinya ingat sedang mengandung. Ririn hanya takut saja, kalau tak baik berendam lama-lama untuk kandungannya ini.Pandangan mata Ririn melihat ke arah langit yang cerah sekali dan langitnya indah. Ririn menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi yang segar ini. "Indah sekali." bibir Ririn tersenyum manis melihat cuaca yang indah dan bagus ini.&nb

  • Sentuhan Cinta   BAB 90. Tutup Mulutmu!!

    Vanya duduk kursi yang berada dibalkon kamarnya, menatap langit-langit malam yang begitu gelap dan tak ada bintang yang menghiasi langit ibu kota ini. Seperti hatinya yang gelap dan tak ada arah kehidupan lagi. Vanya bahkan dianggap tak ada dirumah ini oleh kedua orang tuanya, sedangkan orang yang dirinya cintai hanya menganggapnya sebagai pelampiasan nafsunya saja. Mata Vanya otomatis menoleh ke arah bawah saat mendengar suara orang. Vanya melihat kedua pasangan tersebut yang baru keluar dari rumah ini. Kedua pasangan itu tak lain adalah Ririn dan juga Ares. Ririn mengantarkan Ares untuk ke depan pintu, sepertinya Ares akan pulang. "Serasi sekali," ucap Vanya dengan senyuman tipis melihat adiknya yang sepertinya sudah mendapatkan kembali kehidupan asmaranya. "Semoga kalian bahagia. Aku tak akan biarkan Miko merusak kebahagian kalian." Vanya dengan matanya yang masih melihat kedua pasangan itu yang masi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status