Share

Bab 5. Kaki Siapa?

Author: Mini Yuet
last update Huling Na-update: 2025-05-18 14:02:21

Tubuh Mei Yan yang mungil berada di atas ranjang sementara tubuh Chen Fu berada di atas tubuh gadis itu. Hingga bibir mereka terpaut. Reflek Mei Yan mendorong tubuh pria itu ke samping.

"Eh Tuan. Jangan macam-macam! Tuan ini kakinya sedang lumpuh, tidak ada daya kalau macam-macam nanti aku ngambil pisau!" ancam Mei Yan.

Chen Fu melotot menatap Mei Yan.

"Siapa juga yang mendorongmu. Kamu saja yang tidak mampu menarik tubuhku," bantah Chen Fu.

"Lagian kamu yang meminta aku untuk membantumu ke atas ranjang. Biasanya siapa yang melayani kamu?" sungut Mei Yan mengelap bibirnya dengan tangan. Tadi sempat bersentuhan dengan bibir Chen Fu.

"Di sini banyak pelayan. Tapi aku punya istri jadi istriku yang sekarang melayani."

"Hei aku tegaskan sekali lagi. Aku ini bukan pelayan tapi aku ini hanya kerja sesuai perjanjian. Kontrak kita sudah selesai."

"Siapa yang bilang aku mengontrak kamu. Toh kita sudah menikah di depan orang banyak. Tidak ada perjanjian hitam di atas putih. Apa kamu bisa membuktikan kalau aku sudah mengontrak kamu?" tanya Chen Fu dengan sinis.

Mei Yan menelan ludah.

"Dasar Tuan Muda pikirannya mesum, licik. Awas aja kalau tanganmu itu menyentuh kulitku," ancam Mei Yan.

"Terus bagaimana ini? Masa aku dibiarkan begini saja," ucap Chen Fu telentang dengan celana panjang dan baju putih.

"Tolong ambilkan piyama di dalam lemari itu. Aku akan berusaha duduk untuk mengganti baju. Tolong bantu aku duduk!" pinta Chen Fu.

"Bagaimana dengan kakimu?"

"Ya kalau kamu tidak mau menggantikan celanaku aku bisa mengganti sendiri," tandas Chen Fu.

"Huh sangat merepotkan. Benar saja wanita itu kabur dari pernikahan. Ternyata punya suami lumpuh seperti ini. Wanita mana yang akan sanggup melayanimu."

Chen Fu hanya diam. Tatapannya kosong ke depan. Mei Yan mengambil piyama yang ada di dalam lemari dan memberikannya kasar kepada pria itu.

Mei Yan membantu pria itu duduk dengan punggungnya bersandar pada bantal besar. Dengan sigap tangannya membuka baju putih lengan panjang.

"Eitts! Jangan buka dulu! Aku tidak mau melihat dadamu. Aku mau menghadap ke pintu!" teriak Mei Yan.

"Ya sudah. Sana balikkan badanmu! Aku mau ganti baju?"

Mei Yan langsung memutar badannya dan menghadap ke pintu. Sementara Chen Fu membuka baju lengan putih miliknya kemudian mengganti dengan piyama. Melemparkan bajunya ke lantai. Setelah itu dia berusaha mengganti celana panjangnya. Dia melirik sebentar ke arah Mei Yan. Sambil tersenyum sinis.

"Tuan, apakah sudah selesai?" tanya Mei Yan.

"Aku sudah pakai baju tapi susah melepaskan celanaku ini. Bisa kamu tolong aku?"

Chen Fu menggoda Mei Yan.

"Hah! Mana bisa aku melepaskan celanamu? Bagaimana mungkin?"

"Ya mungkin saja. Kamu kan istriku. Lalu siapa yang akan melepaskan celanaku? Apakah aku harus memanggil pembantu?"

"Ah bukan merepotkan saja," gerutu Mei Yan.

"Tenang aku tidak akan ngapa-ngapain."

"Ya sudah balikan tubuhmu! Tolong aku sudah capek ingin segera tidur," pinta Chen Fu.

Walau sangat kesal Mei Yan membalikkan badan dan mendekati pria itu.

"Aku tidak bisa melepaskan celanaku ini. Terlalu ketat," ucap Chen Fu.

"Makanya Tuan, kalau pakai celana jangan ketat-ketat seperti ini. Tuan lumpuh kakinya, tidak bisa bergerak kenapa memakai celana yang ketat?"

"Ini sudah satu setel baju pengantin sama jasnya. Kenapa kamu protes terus. Cepat lepaskan! Awas ya jangan menyentuh barang rahasiaku!" ancam Chen Fu.

"Dih siapa juga yang mau menyentuh. Aku melepas celanamu karena permintaanmu," sahut Mei Yan memajukan bibirnya.

Dia membantu melepaskan celana panjang milik Chen Fu.

"Maaf Tuan, saya sambil memejamkan mata ya. Nanti takut melihat barang pribadi milik Tuan," ucap Mei Yan.

"Terserah kamu. Yang penting aku memakai celana piyama itu," sahut Chen Fu sambil memicingkan matanya sedikit. Mengintip gadis cantik yang berusaha menolongnya.

Mei Yan melepaskan celana panjang milik Chen Fu dan menggantikannya dengan celana piyama. Dia sangat terkejut ketika melihat benda aneh yang menyembul di antara kedua paha Chen Fu.

"Eh apa itu?"

"Eh kamu gadis kecil! Kamu jangan punya pikiran mesum ya. Ini masih original aku belum pernah berhubungan dengan siapa-siapa. Tidak ada satu wanita pun yang berhak menyentuhnya," tandas Chen Fu.

"Dih Tuan, aku juga tidak akan menyentuh," balas Mei Yan.

Setelah menggantikan celana piyama kemudian dia menggantung celana dan baju Chen Fu di dalam lemari.

"Sudah selesai belum Tuan? Aku boleh tidur. Apakah di sini ada tikar?" tanya Mei Yan.

"Hah! Tikar? Buat apa? Aku ini orang kaya. Tidak mungkin aku punya tikar di dalam kamar."

"Lalu aku tidur di mana?" tanya Mei Yan polos.

"Ya di atas ranjang ini."

"Aku tidak mau nanti malam kalau aku sudah tidur lelap, Tuan menyentuh tubuhku."

Chen Fu tertawa hingga badannya tergunjang.

"Ternyata kamu lucu juga ya. Takut dengan pria yang kakinya lumpuh. Mana mungkin aku bisa menyentuhmu. Kalaupun aku bisa menyentuhmu kamu juga bisa menendang atau memukulku. Kan kakiku tidak bisa digerakkan."

"Oh iya ya kaki Tuan kan lumpuh. Jadi tidak bisa bergerak. Kalau gitu aman deh aku tidur di sebelah Tuan. Ini pembatasnya. Jangan sampai Tuan melewati batas ini," kata Mei Yan meletakkan guling besar di tengah-tengah mereka.

Chen Fu tidak peduli. Dia kemudian menarik selimut dan tidur dengan posisi miring membelakangi Mei Yan.

Begitu juga dengan gadis itu.

Semalaman Mei Yan tidak bisa tidur. Dia kemudian mengambil ponselnya. Banyak sekali pesan yang diterima di ponsel itu. Tapi dia tidak berani menjawab bahkan telepon dari pesan papanya. Berkali-kali juga ada panggilan yang tidak terjawab.

Bagaimana dia harus menjelaskan kepada papa dan teman-temannya kalau dia sudah menikah dengan Tuan Chen Fu?

Sesekali dia menengok kepada pria berbadan besar yang sudah tidur di sebelahnya. Takut tangannya kurang ajar dan menyentuh kulitnya.

Dia tidak bisa memejamkan mata. Tidur di kamar semewah dan seluas itu. Seperti mimpi saja. Sementara itu Chen Fu sudah mendengkur dengan keras tanpa peduli dengan gadis yang ada di dalam kamarnya.

Mei Yan bangkit mengintip pemandangan dari balik gorden. Sangat indah villa itu dari atas jendela lantai tiga dia bisa memandang pegunungan dan lampu-lampu apartemen-apartemen yang jauh di bawah sana.

"Indah sekali tempat ini. Tapi kenapa aku tidak bahagia. Mungkin aku tidur satu ranjang dengan pria yang tidak aku kenal

Bagaimana dengan Jeff? Apakah dia mencariku?" pikir Mei Yan.

Jeff adalah pria tampan yang sangat ditaksirnya tapi pria itu belum memberikan sinyal bahkan akan menolak cintanya. Jeff pengusaha muda bidang property di Hongkong.

Mungkin karena Jeff adalah anak orang kaya sedangkan Mei Yan hanya anak penjual mie yang mempunyai restoran kecil di daerah Yuen Long.

Dia melihat jam besar yang ada di sudut kamar. Sudah pukul dua dini hari tapi dia belum juga mengantuk.

"Apa yang akan aku lakukan di sini? Sepertinya Nyonya itu sama anaknya tidak suka denganku. Baru datang sudah mengusirku. Lalu kenapa harus di sini bersama suami lumpuh dan dingin? Apa aku besok kabur saja ya?" pikir Mei Yan.

Akhirnya pukul tiga dini hari Mei Yan bisa memejam mata dengan memeluk guling besar yang ada di sebelah. Dia merasa lega karena Chen Fu kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Sehingga dalam pikirannya tidak akan mungkin mengganggunya.

Sinar matahari pagi musim panas menyeruak masuk dari gorden kamar yang lupa Mei Yan tutup. Ketika bangun Mei Yan membuka mata. Dia mendapati kaosnya tersingkap sehingga pahanya yang putih terlihat dan lebih seram lagi kaki Chen Fu menimpah pada pahanya.

"Aaaaaaa!" teriak Mei Yan histeris hingga Chen Fu terbangun.

"Hei ada apa?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 64. Akhirnya Bertemu( Tamat)

    Dengan halus Mei Yan menolak semua lamaran dari keluarga Man maupun keluarga Lee. Alasan yang tepat sehingga tidak menyinggung perasaan kedua keluarga itu. Mereka tidak marah ketika Mei Yan menolak. Tidak ingin memaksa sesuatu. Hung Mao tetap berteman baik dengan kedua marga itu. @@@Hampir satu bulan Mei Yan penasaran dengan cincin yang dipakai pria itu. Hung Mao belum juga bertemu dengan Nelayan Kwok. Mei Yan hanya ingin memastikan kalau pria itu adalah suaminya tidak lebih. Mei Yan meminta Hung Mao untuk mengatur pertemuan Mei Yan dengan pria muda itu. Dengan pasal mengantar ikan ke rumah Hung Mao yang ada di kampung. Nelayan Kwok menyanggupi. Hari yang ditentukan Kwok Sam alias Chen Fu mengirimkan ikan ke rumah Hung Mao dengan berjalan kaki. Mei Yan meminta nomer ponsel Kwok Sam lalu membagikan lokasi rumahnya. Tidak sulit bagi Kwok Sam untuk mencari rumah itu. "Permisi!" teriak Kwok Sam di depan pagar rumah Hung Mao. Pria tua itu terkejut dan tergopoh menuju ke pagar rumah.

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 63. Lamaran Untuk Mei Yan

    Dalam pikiran Mei Yan ketika sampai rumah, dia akan mengambil cincin berlian yang disimpan di dalam lemari perhiasannya. Perasaan cincin pria itu mirip dengan cincin pernikahannya. Apa mungkin ada kesamaan atau memang dia adalah Chen Fu, suami yang diharapkan setelah 2 tahun menghilang. Bahkan putra putrinya sudah setahun lebih. Mereka sudah merangkak. Wajah Chen Bo mirip dengan papanya, Chen Fu. Sedangkan Chen An mirip dengan Mei Yan, ibunya. Hung Mao sangat terkejut melihat kedatangan Mei Yan yang terburu-buru. Bahkan sepedanya dirubuhkan sehingga ikannya berantakan. Sebenarnya apa yang baru saja dilihat oleh putrinya sehingga dia nampak gugup dan bertingkah seperti itu. Dua anak kembar Mei Yan tidur di ayunan. Hung Mao mengayun anak-anak itu di teras rumah Hung Mao. "Hai ada apa, Mei? Kenapa kamu buru-buru seperti itu? Kamu bukannya mengambil ikan dari Tuan Kwok?" pria tua berkaca mata itu tertatih menghampiri Mei Yan. "Papa, aku melihat ada sesuatu yang aneh. Entah ini pertand

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 62. Ada Yang Aneh

    Mei Yan juga terkejut melihat Chen Fu. Walau menjadi istri pria itu hanya beberapa bulan saja terus ditinggal pergi tidak ada kabar, Mei Yan mengenal bau badan pria itu. Sempat matanya terbelalak. Bentuk tubuh dan tinggi Kwok Sam mirip dengan suaminya. Hingga mereka saling tatap. Hampir lima menit tanpa disadari. Hingga Mei Yan tergagap. Mungkin ini adalah halusinasi dirinya mengharap suaminya masih hidup. Begitu juga dengan Chen Fu. Pertama kali bertemu dengan Mei Yan, dia merasa sudah mengenal lama wanita yang berdiri di depannya. Hingga Nelayan Kwok menyenggol pundaknya."Kwok, dia adalah putri dari sahabatku, Hung Mao. Kamu jangan macam-macam dengan dia," bisik Nelayan Kwok di telinganya Kwok Sam. Chen Fu hanya nyengir saja sambil menggaruk kepalanya. Dia lupa kalau tugasnya hanya mengantar ikan. "Maaf apakah kamu putri dari Tuan Hung Mao?" tanya Nelayan Kwok pada Mei Yan. "Iya Tuan. Apakah Tuan ini dari marga Kwok yang mengantar ikan?"tanya Mei Yan sambil tersipu malu. Seja

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 61. Dua Tahun Kemudian

    Bayangan itu menangkap Felix kemudian membawanya ke tempat yang lain sehingga dia tidak ada kabar lagi. Entah menghabisi Felix atau mengasingkan ke tempat lain. Sementara itu Dinasti Group dipimpin oleh Chen Yung dan ibunya bukannya maju terus mengalami kerugian sangat banyak. Chen Yung menggunakan aset perusahaan untuk main judi dan bercinta dengan cewek bayaran. Begitu juga dengan Nyonya Chen. Wanita tua itu semakin lupa daratan. Dia menggunakan harta perusahaan untuk kesenangannya sendiri. Bahkan dia mengganti orang-orang kepercayaan Chen Fu dengan orang baru. Termasuk Moudy. @@@Dua tahun yang lalu Chen Fu terombang ambing di laut Hongkong sehingga bisa mencapai kapal yang berada di dekat pantai Tuen Mun. Dia tidak sadar hingga arus ombak membawanya di pinggir pantai. Seorang pemancing yang bermarga Kwok menemukannya tergeletak di pinggir pantai dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tubuh dan bibirnya sudah membiru. Kalau saja tidak tepat waktu maka Chen Fu akan kehabisan nafa

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 60. Mei Yan Pulang Kampung

    Malam itu Hung Mao sedang memasak mie di dapur untuk makan malam terkejut mendengar suara di pintu gerbang. Sejak Mei Yan ikut suaminya, Hung Mao memang tinggal sendiri. Dia tidak mengambil teman atau pembantu untuk menemaninya. Dia sudah tidak jualan mi lagi. Hanya merawat tanaman saja untuk makan sehari-hari. Menikmati hari tua. Sebenarnya Chen Fu ingin mengajak Hung Mao untuk tinggal bersama tapi pria tua itu tidak mau sehingga Chen Fu hanya mengirimkan uang untuk kehidupan mertuanya dan membayar semua hutang-hutangnya. "Siapa malam-malam datang?" tanya Hung Mao menghentikan tangannya ketika memasak mie. Sekali lagi Mei Yan mengedar-gedor pintu pagar sehingga Hung Mao segera mematikan kompor itu dan berlari ke depan. Dia sangat terkejut ketika melihat Mei Yan datang dengan ajudannya, Felix. "Mei Mei kamu datang? Papa rindu!" teriak Hung Mao memeluk putrinya dan mencium gadis mungil itu. "Papa, Mei Yan juga kangen!" teriak Mei Yan. "Suamimu mana?" tanya Hung Mao cel

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 59. Maafkan Aku, Nyonya

    Sore hari ketika keadaan Mei Yan sudah mendingan, dia mengajak pulang. Pihak rumah sakit sebenernya belum mengijinkan namun wanita itu tetap kekeh ingin pulang. Takut suaminya datang dia tidak ada di rumah. Apalagi ada kabar gembira yang harus disampaikan. Mei Yan berusaha menghubungi ponsel Chen Fu tapi tidak ada jawaban. Hampir seharian setelah pria itu mengirimkan pesan terakhir. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pikiran Mei Yan tidak menentu. Sebenarnya apa yang terjadi dengan suaminya sehingga sejak pagi tidak menghubunginya. Dia hanya menurut saja dengan Ajudan Felix ketika pria itu membawanya pulang. Felix yang membawakan tas milik Mei Yan. Pandangan wanita itu kosong. Seperti tidak ada nyawa sama sekali. Sampai di dalam taksi Mei Yan mencolek punggung Felix yang duduk di depan dekat sopir. Tidak sabar rasanya mengetahui kabar dari suaminya. "Felix, apa Tuanmu tidak menelponmu? Kenapa sampai sekarang dia tidak ada kabar? Apa benar tidak pulang? Aku ingin mengabark

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status