Home / Romansa / Sentuhan Hangat Tuan Muda / Bab 6. Ingin Kabur

Share

Bab 6. Ingin Kabur

Author: Mini Yuet
last update Last Updated: 2025-05-18 14:08:16

"Kenapa kamu berteriak?" tanya Chen Fu.

"Lihat apa yang kamu lakukan?" tanya Mei Yan menutupi tubuhnya yang tersingkap.

Tanpa sengaja tangan Mei Yan menyenggol benda keras milik Chen Fu

"Apa ini? Apa yang kamu lakukan?" tanya Mei Yan membuang muka.

"Aku juga tidak tahu ini otomatis. Baru kali ini aku ngalamin deh. Apa kamu belum pernah melihat sama sekali? Mana ada gadis di sini yang lugu dan polos," bantah Chen Fu.

"Hai, aku ini gadis baik-baik. Aku juga belum pernah punya pacar. Selama remaja aku bekerja sama papa," sahut Mei Yan.

"Ah omong kosong. Di sini tidak ada remaja yang gak punya pacar. Sejak sekolah juga mereka sudah punya pacar," ledek Chen Fu tanpa menggerakkan badannya.

"Aduh Tuan. Cepat singkirkan kakimu dari pahaku. Awas kalau macam-macam!" ancam Mei Yan tepat di depan muka Chen Fu.

"Kamu lupa ya. Kakiku lumpuh. Tolong aku kalau kamu mau pergi. Tapi kalau kamu senang ya gak masalah," tambah Chen Fu.

"Huh enak aja."

"Tuan, aku akan segera pergi. Mungkin papa akan mencariku. Tuan, aku akan pinjam baju untuk pulang," ujar Mei Yan setelah menyingkirkan kaki besar Chen Fu.

"Pakailah semua baju yang ada di lemari itu. Sekarang semua jadi milikmu."

"Oh tidak..tidak, Tuan. Aku hanya pinjam satu saja."

Mei Yan bangkit menuju lemari yang berisi banyak pakaian mahal.

Dia kemudian mencari rok yang pas untuk dirinya. Dia juga tidak tahu dimana roknya waktu bekerja di catering itu. Apa pada ajudan itu membuangnya. Dia hanya membawa tas kecil yang berisi dompet dan ponsel saja.

"Lumayan ini pas buat tubuhku," batin Mei Yan segera berganti baju. Dia mengucir rambut pirangnya dengan gaya ekor kuda dan merias wajahnya sedikit. Gegas dia menyambar tas kecil menuju pintu kamar.

Ketika dia akan membuka pintu kamar, dia tidak bisa. Dengan sekuat tenaga menarik tetap saja tidak bisa. Rupanya pintu kamar itu harus memakai kode untuk membukanya. Sementara Mei Yan tidak tahu. Dia terus saja berusaha membuka pintu itu tapi tetap saja tidak bisa. Akhirnya dia kesal dan kembali menghampiri ranjang. Melempar tas kecil miliknya sambil mengerucutkan bibir.

Chen Fu yang mengetahui tingkah gadis itu hanya tersenyum dan tertawa dalam hati

Dia sebenarnya pura-pura tidur ingin melihat tingkah gadis itu.

"Selamat pagi, Nona Mei Yan. Wah kamu sudah cantik sekali mau ke mana istriku?" goda Chen Fu.

"Tuan, izinkan aku pulang. Aku mau ketemu dengan papaku," rayu Mei Yan.

"Tenang. Nanti kamu boleh pulang tapi denganku," ucap Chen Fu datar.

"Tidak usah, Tuan. Aku harus mengabari papaku dulu kalau aku sudah menikah. Nanti papa terkejut kalau aku datang dengan Tuan. Papa pasti mikir aku ini anak gadis yang nakal. Pulang-pulang sudah punya suami," ucap Mei Yan.

Chen Fu diam sejenak memandangi gadis manis bermata sipit yang ada di depannya.

"Cantik juga gadis ini. Dia juga punya prinsip, tegas dan tidak terpengaruh," batin Chen Fu.

"Nantilah aku atur. Hari ini aku harus ke kantor ada urusan penting.Aku harus rapat dengan penanam modal," ujar Chen Fu.

"Tolong siapkan baju untukku bekerja dan tolong bantu aku ke kamar mandi," ucap Chen Fu memandang dingin Mei Yan.

Terkadang Mei Yan takut juga dengan tatapan tajam Chen Fu. Sudah kayak serigala yang kelaparan. Tapi dia baik juga sih. Untuk malam pertama masih aman.

"Tuan, bagaimana aku bisa menolongmu? Aku tidak kuat. Aku panggil ajudan ya? Oh iya aku tidak habis pikir. Kamu kan katanya konglomerat, kaya raya kenapa kamu tidak berobat sehingga kakimu bisa sembuh?" tanya Mei Yan penasaran.

"Aku sudah melakukan berbagai cara dan mengeluarkan banyak uang tapi belum ada hasil."

"Sekarang udah zaman canggih, Tuan. Bisa berobat ke mana saja asal ada uang," saran Mei Yan sok pintar.

"Baiklah kalau begitu aku akan dengarkan saranmu tetapi kalau aku berobat pasti butuh waktu sedangkan perusahaan tidak tidak bisa aku tinggal."

"Cepatlah tolong aku duduk di kursi roda. Bawel amat kamu!"

"Terus bagaimana caranya Tuan buang air kecil?"

"Aku bisa sendiri. Kalau kamu mau ikut ke dalam," goda Chen Fu.

"No!" pekik Mei Yan.

"Ya sudah tunggu di luar saja," ucap Chen Fu.

"Aku sekarang sudah ada perubahan kok. Tenang saja. Aku gunakan tanganku untuk menyangga tubuhku."

"Baiklah kalau begitu akan aku bantu," ucap Mei Yan pasrah.

"Oh ya kamu nanti ikut aku ke kantor. Aku kenalkan kamu sama semua pegawaiku yang ada di kantor," ucap Chen Fu.

Chen Fu terlihat sangat gagah dan tampan dengan rambut agak gondrong sedikit. Sayang kakinya lumpuh dan duduk di kursi roda. Sementara Mei Yan dandan biasa saja. Mengikat rambutnya seperti buntut kuda dan hanya memakai pewarna bibir natural. Bahkan dia hanya memakai tas kecil selempang untuk tempat ponsel dan dompetnya.

Chen Fu menekan tombol memanggil kedua ajudan untuk datang ke kamar. Tidak lama kemudian dia pria tampan dengan tinggi seratus tujuh puluh sentimeter datang. Mereka memakai jas dan celana hitam lengkap dengan masker warna hitam pula.

"Tuan, apa mau sarapan dengan Nyonya Chen dan Tuan Muda Chen Yung?" tanya Ajudan Felix.

"Tidak usah. Kita langsung ke kantor saja. Sepertinya mereka tidak suka dengan kehadiran Mei Yan. Aku tidak suka ada drama di pagi hari," jawab Chen Fu tegas.

"Baiklah kalau begitu,Tuan. Supir sudah siap di bawah," kata Ajudan Felix.

Mereka kemudian keluar kamar dan turun dengan lift.

Benar saja, di ruang makan sudah menunggu Nyonya Chen dan adiknya Chen Yung. Tatapan kedua orang itu begitu sinis melihat Mei Yan. Apalagi saat itu Mei Yan akting sangat romantis dengan Chen Fu. Itu permintaan dan bagian dari tugasnya.

Chen Fu tidak memperdulikan mama dan adiknya. Dia langsung menuju ke mobil yang sudah disiapkan.

Mei Yan hanya mengikuti pria yang duduk di kursi roda itu. Hanya menurut perintah saja. Dalam otaknya sudah ada rencana besar.

Ajudan Felix membantu Chen Fu untuk masuk ke dalam. Sementara Mei Yan naik dari sisi lain. Sejak tadi hanya diam. Tidak berani bicara atau menatap langsung pada Chen Fu. Dia berencana ingin kabur dari tuan muda itu tapi bagaimana caranya? Sedangkan dia duduk di sebelah pria itu.

Sampai di depan sebuah mall besar, Mei Yan memegang tangan Chen Fu. Pria itu sangat terkejut ketika tangan halus itu menyentuh tangannya kekarnya. Dia menatap Mei Yan lekat seperti ada sesuatu yang ingin ditanyakan.

"Tuan, apakah kantormu masih jauh?" tanya Mei Yan meringis sambil memegangi perutnya.

"Ya masih jauh. Ada di Yeun Ching Road. Kira-kira satu jam dari tempat ini."

"Maaf, Tuan. Perutku sakit sekali. Boleh tidak berhenti sebentar? Aku mau pergi ke toilet. Aku tidak bisa menahannya," ucap Mei Yan.

Dahi Chen Fu mengkerut seperti menangkap ada gelagat aneh dari sikap Mei Yan. Namun gadis itu mengangguk mohon belas kasihan.

"Ajudan Felix antar dia ke toilet mall. Kalau sudah selesai kalian naik taksi ke kantor!" titah Chen Fu.

"Kita langsung berangkat ke kantor saja, Justin. Gak ada waktu!"

"Jadi dia kita tinggal,Tuan?" tanya Justin, supir pribadi Chen Fu.

"Tenang saja Ada Ajudan Felix. Dia jago kalau urusan kayak gini," sahut Chen Fu.

"Terima kasih, Tuan. Kalau Tuan tidak mengizinkan pasti aku akan buang air besar di celana," ujar Mei Yan.

"Kita lihat saja. Apa yang akan kamu lakukan gadis tengil? Aku tahu apa yang ada dalam isi kepalamu. Pasti kamu akan pulang ke rumah. Dasar gadis keras kepala tidak bisa diatur," batin Chen Fu sambil nyengir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 64. Akhirnya Bertemu( Tamat)

    Dengan halus Mei Yan menolak semua lamaran dari keluarga Man maupun keluarga Lee. Alasan yang tepat sehingga tidak menyinggung perasaan kedua keluarga itu. Mereka tidak marah ketika Mei Yan menolak. Tidak ingin memaksa sesuatu. Hung Mao tetap berteman baik dengan kedua marga itu. @@@Hampir satu bulan Mei Yan penasaran dengan cincin yang dipakai pria itu. Hung Mao belum juga bertemu dengan Nelayan Kwok. Mei Yan hanya ingin memastikan kalau pria itu adalah suaminya tidak lebih. Mei Yan meminta Hung Mao untuk mengatur pertemuan Mei Yan dengan pria muda itu. Dengan pasal mengantar ikan ke rumah Hung Mao yang ada di kampung. Nelayan Kwok menyanggupi. Hari yang ditentukan Kwok Sam alias Chen Fu mengirimkan ikan ke rumah Hung Mao dengan berjalan kaki. Mei Yan meminta nomer ponsel Kwok Sam lalu membagikan lokasi rumahnya. Tidak sulit bagi Kwok Sam untuk mencari rumah itu. "Permisi!" teriak Kwok Sam di depan pagar rumah Hung Mao. Pria tua itu terkejut dan tergopoh menuju ke pagar rumah.

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 63. Lamaran Untuk Mei Yan

    Dalam pikiran Mei Yan ketika sampai rumah, dia akan mengambil cincin berlian yang disimpan di dalam lemari perhiasannya. Perasaan cincin pria itu mirip dengan cincin pernikahannya. Apa mungkin ada kesamaan atau memang dia adalah Chen Fu, suami yang diharapkan setelah 2 tahun menghilang. Bahkan putra putrinya sudah setahun lebih. Mereka sudah merangkak. Wajah Chen Bo mirip dengan papanya, Chen Fu. Sedangkan Chen An mirip dengan Mei Yan, ibunya. Hung Mao sangat terkejut melihat kedatangan Mei Yan yang terburu-buru. Bahkan sepedanya dirubuhkan sehingga ikannya berantakan. Sebenarnya apa yang baru saja dilihat oleh putrinya sehingga dia nampak gugup dan bertingkah seperti itu. Dua anak kembar Mei Yan tidur di ayunan. Hung Mao mengayun anak-anak itu di teras rumah Hung Mao. "Hai ada apa, Mei? Kenapa kamu buru-buru seperti itu? Kamu bukannya mengambil ikan dari Tuan Kwok?" pria tua berkaca mata itu tertatih menghampiri Mei Yan. "Papa, aku melihat ada sesuatu yang aneh. Entah ini pertand

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 62. Ada Yang Aneh

    Mei Yan juga terkejut melihat Chen Fu. Walau menjadi istri pria itu hanya beberapa bulan saja terus ditinggal pergi tidak ada kabar, Mei Yan mengenal bau badan pria itu. Sempat matanya terbelalak. Bentuk tubuh dan tinggi Kwok Sam mirip dengan suaminya. Hingga mereka saling tatap. Hampir lima menit tanpa disadari. Hingga Mei Yan tergagap. Mungkin ini adalah halusinasi dirinya mengharap suaminya masih hidup. Begitu juga dengan Chen Fu. Pertama kali bertemu dengan Mei Yan, dia merasa sudah mengenal lama wanita yang berdiri di depannya. Hingga Nelayan Kwok menyenggol pundaknya."Kwok, dia adalah putri dari sahabatku, Hung Mao. Kamu jangan macam-macam dengan dia," bisik Nelayan Kwok di telinganya Kwok Sam. Chen Fu hanya nyengir saja sambil menggaruk kepalanya. Dia lupa kalau tugasnya hanya mengantar ikan. "Maaf apakah kamu putri dari Tuan Hung Mao?" tanya Nelayan Kwok pada Mei Yan. "Iya Tuan. Apakah Tuan ini dari marga Kwok yang mengantar ikan?"tanya Mei Yan sambil tersipu malu. Seja

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 61. Dua Tahun Kemudian

    Bayangan itu menangkap Felix kemudian membawanya ke tempat yang lain sehingga dia tidak ada kabar lagi. Entah menghabisi Felix atau mengasingkan ke tempat lain. Sementara itu Dinasti Group dipimpin oleh Chen Yung dan ibunya bukannya maju terus mengalami kerugian sangat banyak. Chen Yung menggunakan aset perusahaan untuk main judi dan bercinta dengan cewek bayaran. Begitu juga dengan Nyonya Chen. Wanita tua itu semakin lupa daratan. Dia menggunakan harta perusahaan untuk kesenangannya sendiri. Bahkan dia mengganti orang-orang kepercayaan Chen Fu dengan orang baru. Termasuk Moudy. @@@Dua tahun yang lalu Chen Fu terombang ambing di laut Hongkong sehingga bisa mencapai kapal yang berada di dekat pantai Tuen Mun. Dia tidak sadar hingga arus ombak membawanya di pinggir pantai. Seorang pemancing yang bermarga Kwok menemukannya tergeletak di pinggir pantai dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tubuh dan bibirnya sudah membiru. Kalau saja tidak tepat waktu maka Chen Fu akan kehabisan nafa

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 60. Mei Yan Pulang Kampung

    Malam itu Hung Mao sedang memasak mie di dapur untuk makan malam terkejut mendengar suara di pintu gerbang. Sejak Mei Yan ikut suaminya, Hung Mao memang tinggal sendiri. Dia tidak mengambil teman atau pembantu untuk menemaninya. Dia sudah tidak jualan mi lagi. Hanya merawat tanaman saja untuk makan sehari-hari. Menikmati hari tua. Sebenarnya Chen Fu ingin mengajak Hung Mao untuk tinggal bersama tapi pria tua itu tidak mau sehingga Chen Fu hanya mengirimkan uang untuk kehidupan mertuanya dan membayar semua hutang-hutangnya. "Siapa malam-malam datang?" tanya Hung Mao menghentikan tangannya ketika memasak mie. Sekali lagi Mei Yan mengedar-gedor pintu pagar sehingga Hung Mao segera mematikan kompor itu dan berlari ke depan. Dia sangat terkejut ketika melihat Mei Yan datang dengan ajudannya, Felix. "Mei Mei kamu datang? Papa rindu!" teriak Hung Mao memeluk putrinya dan mencium gadis mungil itu. "Papa, Mei Yan juga kangen!" teriak Mei Yan. "Suamimu mana?" tanya Hung Mao cel

  • Sentuhan Hangat Tuan Muda   Bab 59. Maafkan Aku, Nyonya

    Sore hari ketika keadaan Mei Yan sudah mendingan, dia mengajak pulang. Pihak rumah sakit sebenernya belum mengijinkan namun wanita itu tetap kekeh ingin pulang. Takut suaminya datang dia tidak ada di rumah. Apalagi ada kabar gembira yang harus disampaikan. Mei Yan berusaha menghubungi ponsel Chen Fu tapi tidak ada jawaban. Hampir seharian setelah pria itu mengirimkan pesan terakhir. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pikiran Mei Yan tidak menentu. Sebenarnya apa yang terjadi dengan suaminya sehingga sejak pagi tidak menghubunginya. Dia hanya menurut saja dengan Ajudan Felix ketika pria itu membawanya pulang. Felix yang membawakan tas milik Mei Yan. Pandangan wanita itu kosong. Seperti tidak ada nyawa sama sekali. Sampai di dalam taksi Mei Yan mencolek punggung Felix yang duduk di depan dekat sopir. Tidak sabar rasanya mengetahui kabar dari suaminya. "Felix, apa Tuanmu tidak menelponmu? Kenapa sampai sekarang dia tidak ada kabar? Apa benar tidak pulang? Aku ingin mengabark

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status