Share

Chapter 4: Sulitnya Menjadi Ibu

Setelah cukup lama berjalan, Gracia akhirnya tiba di sebuah hotel yang tak terlalu mewah. Wanita tersebut menyewa salah satu kamar biasa di hotel tersebut. Dia harus membersihkan bayinya dan juga memberi pakaian agar tak kedinginan. 

Meskipun, tidak memiliki pengalaman mengurus bayi, tetapi Gracia berusaha semaksimal mungkin. "Tenang saja, Sayang. Aku akan menjadi ibumu sekarang." 

Gracia menyadari nasibnya tak jauh berbeda dengan bayi perempuan ini. Dia juga sudah ditinggalkan oleh ibunya sejak masih kecil, sehingga membuatnya menjadi gadis pemberontak karena kurang kasih sayang. 

Namun, dia tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi pada bayi ini. Gracia berencana mengadopsinya dan merawat sendiri hingga dewasa. Meskipun, mungkin nyawanya menjadi taruhan kali ini. 

Setelah mandi dia cukup bingung harus berbuat apa pada bayinya. Gracia tidak memiliki apapun untuk dikenakan pada sang bayi, lalu anak itu juga mulai menangis dengan kencang. 

"Sssttt, Sayang. Tenanglah!" Perlahan dia berusaha menenangkan sang bayi, tetapi anak itu terus saja menangis. 

Tanpa menunggu waktu, wanita itu pun meminta room service agar ke kamarnya segera. Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Gracia pun melangkah mendekat untuk membukanya. 

"Selamat malam, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu." 

Sebelumnya Gracia meminta agar pelayan wanita yang datang ke kamarnya, tetapi hari sudah larut sehingga pelayan hanya ada pria. Jadi, resepsionis sendirilah yang datang untuk melayani pelanggannya. 

"Masuklah cepat!" Suara tangisan bayi terus terdengar begitu keras. Meskipun, anak itu sudah berada dalam gendongan Gracia. "Apa kau tahu cara menenangkan bayi ini?"

Pertanyaan Gracia membuat pelayan mengernyitkan dahi. Bagaimana bisa seorang ibu tidak bisa menenangkan bayinya sendiri? batinnya. 

"Jangan heran! Aku menyelamatkannya dari bahaya. Ibunya meninggal karena menjadi korban perampokan." Gracia terpaksa berbohong ketika wanita di depannya menatap menyelidik ke arahnya. Dia tidak ingin wanita tersebut menganggap dirinya sebagai penculik yang bisa membongkar keberadaan mereka. 

"Nyonya, mungkin bayi ini lapar." Resepsionis itu terlihat lebih tua daripada Gracia. Jadi, wajar saja jika memahami hal ini karena dia juga sudah memiliki anak. 

"Lapar? Haruskah aku memesankan makanan. Kalau begitu cepat pesankan makanan!"

Ingin sekali rasanya wanita itu menepuk jidat Gracia saat ini. Bagaimana bisa bayi sekecil itu mau diberi makan langsung. 

"Nyonya, bayi belum bisa makan makanan kita. Di usia seperti ini dia hanya minum susu?" 

"Susu?" Gracia mengernyitkan dahi menatap wanita di depannya. 

"Aa … susu ini maksudmu? Tapi, milikku mana ada airnya?" Tanpa rasa berdosa Gracia malah meraba miliknya sendiri, meskipun sudah dewasa, tetapi untuk hal semacam ini dia masih sangat polos. 

Beruntung resepsionis membantunya dengan sabar. "Nyonya, Anda bisa membeli susu formula di toko-toko terdekat. Haruskah saya membantu Anda?"

"Ah, ya. Belikan aku semua barang yang dibutuhkan bayi ini!  Apa pun itu?" Dia lantas melangkah mengambil tasnya dan mengambil sejumlah uang tunai. "Apa ini cukup?" 

Wanita tersebut hanya membelalakkan mata di kala Gracia memberinya setumpuk uang hanya untuk membeli keperluan bayi. Dia pun mengembalikan separuhnya. "Ini saja lebih dari cukup, Nyonya. Tunggu sebentar kalau begitu!"

Gracia hanya mengangguk, dia terus berusaha menenangkan bayi yang menangis cukup kuat tersebut dengan agak kesal. "Ternyata merawat bayi tidak semudah yang aku bayangkan." 

Tak lama kemudian, wanita tersebut sudah kembali dengan membawa beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya. Kondisi malam yang sudah larut membuatnya hanya membeli barang-barang di supermarket terdekat. 

"Ini, Nyonya." 

"Terima kasih, letakkan di situ!" Sang bayi masih terus menangis hingga membuat Gracia merasa kewalahan menghadapinya. "Bisakah kau membantuku menenangkannya?"

Wanita itu mengangguk, lantas mengambil sang bayi dan membawa dalam dekapannya. "Nyonya, sepertinya dia lapar." 

"Apa yang harus aku lakukan?" Gracia terlihat bingung dengan semua barang yang dibeli oleh wanita tersebut. 

"Tadi saya sudah membeli susu formula beserta botolnya, Nyonya."

Gracia pun mencari-cari benda yang dimaksud. "Dapat, apa yang harus aku lakukan?" 

"Di sana saya sudah mensterilkan botolnya, tinggal membuat susunya dengan air hangat kuku, Nyonya. Petunjuknya ada di kemasan susu." Wanita itu terus menimang sambil mengarahkan kepada Gracia apa yang harus dilakukan dengan sabar. 

Setelah itu Gracia membaca cara membuat susu berdasarkan kemasannya. "Masak air hingga mendidih, lalu tuangkan ke dalam botol." Dia lantas memasak air di termos elektrik yang tersedia di kamarnya. 

Sesaat kemudian, air mendidih dan langsung dituangkan sesuai takaran penuh botol tersebut. "Masukkan dua sendok takar susu, ah seberapa takarannya." Wanita tersebut mengisi bubuk susu hingga sendok takar terlihat penuh dan langsung memasukkan ke dalam botol. "Tutup dan kocok." 

Dia melakukan semua seperti yang tertera di kemasan tersebut, lalu memberikannya kepada wanita yang membantunya ini. "Ini."

"Aw panas." Wanita tersebut langsung menarik kembali tangannya ketika memegang botol susu yang sangat panas. "Nyonya, jika Anda memberinya susu seperti itu tenggorokannya akan terbakar. Coba, Nyonya minum sendiri deh? Panas sekali 'kan."

Mendengar ucapan wanita itu, Gracia benar-benar mencoba menyedot sendiri susu buatannya. "Aw, benar katamu. Panas." Dia menjulurkan lidah dan membuat ulang susu di depan wanita itu agar tidak mengulang dua kali. 

Susu yang sesuai pun jadi, bayi meminumnya dengan kuat hingga akhirnya terlelap dalam dekapan pegawai hotel itu. 

"Ternyata mengurus bayi sangat sulit." Gracia merebahkan dirinya sejenak, sedangkan sang wanita hanya tersenyum mendengar penuturannya. 

"Sebenarnya sangat menyenangkan ketika Anda mengurus bayi sejak kecil seperti ini, Nyonya. Ada perasaan bahagia yang tidak biasa ketika melihatnya tertawa dan terlelap seperti ini," ujarnya sambil mengenakan pakaian hangat kepada sang bayi. 

"Karena tugas sudah selesai saya permisi dulu, Nyonya. Jika dia menangis mungkin hanya karena lapar. Jadi, silakan berikan susu seperti tadi setiap dua jam sekali atau bisa juga disebabkan rasa tidak nyaman setelah buang air! Jangan lupa untuk menggantinya setelah empat jam agar tidak iritasi!"

"Terima kasih, ini untukmu." Gracia menyerahkan beberapa lembar uang kepada pegawai itu sebagai tips. 

"Terima kasih, Nyonya. Saya permisi dulu." 

Wanita itu pun lantas pergi keluar ruangan, tinggallah Gracia dan sang bayi di kamar itu. Dia membaringkan tubuh untuk menatap si kecil tersebut. "Tenang saja, Sayang. Kau memiliki aku sebagai Mommy Mu, besok kita akan urus identitasmu agar mereka tidak bisa mengambilmu." 

Gracia merebahkan tubuh di samping sang bayi, mengingat kembali apa yang terjadi terakhir kali. "Sepertinya aku pernah mendengar suara pria itu." 

Pikirannya melayang jauh, mengingat kembali siapa pemilik suara yang menembak mati ibu kandung bayi ini. Hingga tak lama kemudian, Gracia membelalakkan mata ketika mengingat tentang pria itu. "Bukankah itu suara kekasih wanita tua di atas kapal?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status