Share

Butuh Uang

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-09-20 16:29:36

Rania adalah orang pertama yang membuka matanya pagi itu. Awalnya ia masih tidak ingat apa pun sampai ia menatap langit-langit kamar yang bukan kamarnya.

Sontak ia bangkit duduk. Jantungnya memacu kencang saat menyadari tubuhnya polos, apalagi saat ia menoleh dan mendapati bos suaminya itu masih terlelap di sampingnya sambil bertelanjang dada.

"Ya Tuhan! Ya Tuhan, semoga ini hanya mimpi. Mengapa Elvan begitu tega?" Air matanya menetes cepat, mengaburkan pandangannya. 

Dengan panik, Rania turun dari ranjang. Tubuhnya pegal, terutama di bagian pahanya, mengingatkan pada kegilaan semalam yang membuatnya merinding. Dengan tangan gemetar, ia meraih gaun yang tergeletak di kursi, memakainya secepat mungkin, lalu melangkah pergi sebelum pria itu bangun. 

Sepanjang perjalanan pulang, air mata Rania tidak pernah berhenti mengalir. Hingga akhirnya ia tiba di rumah dan ia tidak bisa menahan dirinya lagi melihat Elvan di sana. 

"Tega kau, Elvan! Kau tega menjualku pada bosmu, hah? Kau bilang aku hanya harus menjadi LC!" Rania mendorong dada Elvan begitu keras sampai Elvan tidak terima. 

"Memangnya kenapa? Kau keberatan berkorban demi keluarga kita? Asal kau tahu kalau bosku memberiku banyak sekali uang hanya untuk menidurimu satu malam! Kalau memang ada yang bisa kau lakukan untuk membantu keluarga ini, mengapa kau harus keberatan, hah?" 

"Tapi tidak begini caranya! Kau anggap aku wanita apa?"  

"Halah! Apa bedanya dengan ditiduri olehku, hah? Lagipula hanya satu kali, jangan berlebihan, Rania!" 

Rania menangis makin keras. "Bisa-bisanya kau menganggap semua begitu sepele!" teriak Rania lagi. 

Tiba-tiba suara seorang wanita terdengar mendorong pintu rumah yang tidak tertutup rapat itu. Dita, ibu Elvan yang baru berkunjung pun masuk dengan wajah bengisnya. 

"Apa-apaan ini? Mengapa begitu ribut? Mengapa kau harus marah-marah pada suamimu?" 

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Rania. 

"Ibu ...." 

"Jangan kurang ajar pada suamimu, Rania! Kau berteriak dan membentaknya seolah suamimu tidak punya harga diri! Istri macam apa kau ini?" 

"Ibu tidak tahu apa yang dia lakukan. Dia ...." 

"Apa pun kesalahan suamimu harus kau terima! Dia juga manusia kan? Apa suami tidak boleh berbuat salah? Dasar istri durhaka! Sudah mandul, kau juga melawan suamimu terus!" 

"Aku tidak ...." 

"Dan baju apa yang kau pakai itu? Ini gaun? Gaun macam apa? Kau seperti wanita penghibur saja! Apa yang kau lakukan dengan gaun itu, hah?" Dita menatap Rania dengan tatapan jijik. 

Namun, Elvan langsung menenangkan ibunya itu. 

"Ibu, sudah! Rania memang suka begitu, biarkan saja! Sekarang lebih baik kau masuk ke kamar, Rania! Sana masuk!" bentak Elvan. 

"Elvan ...." 

"Sudah, masuk! Jangan sampai aku menamparmu juga!" Elvan mengangkat tangannya sampai Rania bergidik. 

Ia tidak punya pilihan lain dan akhirnya mengurung diri di kamarnya. Rania terus memeluk lututnya sambil tidak berhenti menangis, memikirkan dirinya yang sudah ternoda. 

Apa Elvan sudah bosan padanya sampai tega melakukan ini? Rania ingat bagaimana Elvan selalu membandingkannya dengan istri lain. 

"Istri yang lain selalu berdandan cantik, bekerja kantoran, atau menjadi sales. Setiap kali lewat, bajunya seksi dan baunya wangi. Mereka juga semuanya menghasilkan uang! Tidak sepertimu yang setiap hari lusuh dan bau dapur, sama sekali tidak becus melakukan apa pun!" 

Rania menangis sampai wajahnya terasa tebal dan sembab. Ia tidak keluar kamar lagi, tapi ia lega saat tahu Elvan dan Dita sudah pergi dari sana. 

Rania terus menenangkan napasnya dari semua hal yang membelenggu hatinya, dijadikan LC, dijual, dan ditampar. Ia berharap ia bisa segera baik-baik saja. Namun, nasib buruk tampaknya masih betah bermain-main dengannya saat tidak lama kemudian, Rendy, adiknya di kampung meneleponnya. 

Rania memang punya satu adik laki-laki yang duduk di kelas 3 SMA dan ibu yang sudah tua serta sakit-sakitan di kampung. 

Sebisa mungkin, Rania selalu mengirimkan uang pada keluarganya, walaupun akhir-akhir ini ia tidak pernah lagi melakukannya karena tidak ada uang tersisa. 

"Halo?" Rania berusaha membuat suaranya terdengar ceria di depan Rendy. 

Namun, suara Rendy yang panik membuatnya ikut panik juga. 

"Kak, Ibu! Ibu!" 

Jantung Rania memacu kencang. "Ada apa dengan Ibu, Rendy? Katakan ada apa? Jangan membuat Kakak panik!" 

"Ibu terkena serangan jantung, Kak. Sekarang sedang ditangani, tapi Ibu dirujuk ke rumah sakit di kota karena harus dioperasi segera untuk menyelamatkan nyawanya." 

"Apa? S-serangan jantung? Operasi? Mengapa tiba-tiba? Bukankah kemarin dia tidak apa-apa?" 

Rendy pun akhirnya bercerita bahwa sakit jantung ibunya memang makin parah akhir-akhir ini, ibunya itu sering sesak napas berat, tapi ibunya meminta Rendy merahasiakan dari Rania karena tidak mau membuat Rania cemas.  

Selain itu, Rania juga tidak pernah mengirim uang lagi yang itu berarti Rania juga sedang susah. Ibu Rania tidak mau merepotkan anaknya di kota. 

Sungguh, cerita Rendy membuat Rania makin merasa bersalah. Apalagi di saat sedang sakit pun, ibunya masih memikirkannya. Tidak jarang saat ada orang kampung yang pergi ke kota, ibunya akan menitipkan makanan untuk Rania. 

"Ibu akan dibawa dengan ambulans, Kak. Tapi biaya operasinya ... apa Kak Elvan bisa membantu, Kak?"

Tatapan Rania kembali goyah memikirkan semuanya. Bagaimana caranya bertanya pada Elvan di saat seperti ini? 

"Kak! Kak!" Suara Rendy kembali terdengar. 

"Ah, iya, Rendy?" 

"Bagaimana? Kami harus segera berangkat ke kota, tidak ada pilihan lain, Kak. Atau aku akan meminjam uang pada kepala kampung saja?" 

"Jangan, Rendy! Jangan kepala kampung. Aku ... bawa dulu saja Ibu ke rumah sakit di kota, lakukan apa saja untuk menyelamatkannya." 

"Baik, Kak. Aku mengerti, nanti aku akan meneleponmu lagi." 

Rania mengangguk dan terus menatap ibunya itu lewat video dan foto yang Rendy kirim.  

Rania menggenggam erat ponselnya dengan tubuh yang mendadak gemetar memikirkan semuanya. 

"Ya Tuhan, mengapa mendadak masalah datang begitu beruntun seperti ini. Apa yang harus kulakukan? Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk operasi Ibu?" gumamnya putus asa.  

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Bos Suamiku   Di Belakang Pintunya

    Lucas pasti sudah gila saat akhirnya ia mencium Rania. Ini sama sekali bukan rencananya, tapi lagi-lagi ia tidak tahan. Berdua dengan wanita itu, melihat Rania-nya berubah menjadi wanita barbar, dan melihat bibir itu terus mengaum melawannya, membuat hasrat Lucas tidak bisa dikendalikan lagi. Dan Lucas tidak menyesal saat akhirnya ia bisa merasakan bibir itu lagi, bibir lembut yang sangat ia rindukan, bibir yang selalu menjadi candunya. Lucas memagutnya dengan kasar pada awalnya, tapi begitu merasakan kelembutan bibir itu yang masih sama, perlahan Lucas mulai melembut dan berganti dengan hasrat yang membara. Rania sendiri membeku saat bibir Lucas menyentuh bibirnya lagi. Hembusan napas pria itu menerpa kulitnya, membuat tubuhnya meremang. Untuk sesaat, Rania tidak tahu harus melakukan apa. Ia juga merindukan rasa itu, ciuman Lucas yang selalu lembut padanya. Namun, ia tahu ini bukan waktunya bernostalgia karena Lucas, sang big boss, alih-alih sedang merindukannya, malah sedang m

  • Sentuhan Panas Bos Suamiku   Merasakan Bibirnya Lagi

    "Cari tahu di mana kamarnya dan dengan siapa dia tidur sekamar, Surya!" Lucas tahu tidak seharusnya ia melakukan ini, tapi Lucas tidak bisa menahan dirinya. Begitu Rania pergi dari restoran, Lucas pun langsung meminta Surya mencari tahu kamar Rania. Dan tidak butuh waktu lama bagi Surya untuk mengetahuinya. "Ini nomor kamarnya dan dia sendirian, Pak." Lucas mengangguk dan segera berpamitan pada semua orang di sana. "Maaf semua, aku lupa kalau ada conference yang harus kulakukan lebih awal, jadi silakan lanjutkan acaranya. Aku pergi dulu!" pamit Lucas. Raynard sendiri mengangkat tangannya, memberi kode singkat, tapi Lucas menatapnya datar. Entah mengapa, mendadak ia merasa marah pada adiknya itu, padahal selama ini Lucas paling menyayangi Raynard. Raynard sampai mengerjapkan mata melihat sikap kakaknya itu, seolah tidak mengenalnya. "Ada apa dengannya?" gumam Raynard yang tetap santai, tidak ambil pusing dengan sikap kakaknya itu. Tanpa mempedulikan yang lain, Lucas pun langsun

  • Sentuhan Panas Bos Suamiku   Tamu yang Tidak Diharapkan

    Sepanjang acara makan malam berlangsung, Rania tidak berpindah dari sisi Raynard. Ia duduk sedikit lebih dekat daripada biasanya, seolah membutuhkan perisai. Rania berlindung di samping tubuh Raynard yang besar untuk menutupi garis pandang Lucas.Tapi itu tidak berhasil.Rania sudah berusaha untuk acuh, tapi rasanya seolah ia bisa merasakan tatapan Lucas di setiap gerakannya. Raynard sendiri terus tertawa, begitu menikmati kedekatannya dengan Rania. Wajah itu jauh lebih cantik saat dilihat dari dekat. Beberapa kali rambut Rania jatuh ke depan saat wanita itu menunduk untuk makan dan tangan Raynard gatal sekali untuk menyingkirkannya. Untungnya, ia bisa menahan diri dengan baik. Namun, wanita itu terus bergerak gelisah dan beberapa kali mengembuskan napas panjangnya. Entah apa yang membuatnya tidak nyaman. "Kau baik-baik saja, Rania?" bisik Raynard dengan suara yang lebih pelan. Alunan musik di restoran itu membuat suara pelan Raynard tidak akan terdengar oleh orang di sekitar mere

  • Sentuhan Panas Bos Suamiku   Tidak Mengenalnya

    Rania pernah berharap seumur hidupnya agar jangan dipertemukan lagi dengan Lucas.Mungkin, perasaannya memang tidak akan hilang semudah itu, tapi Rania akan mencobanya dan waktu akan menyembuhkan segalanya. Rania pun baru saja menata ulang hidupnya, dan ia tidak menyangka ia akan menemui batu besar yang menggoyahkan seperti ini. Lucas Mahendra. Pria itu berdiri tepat di hadapannya sekarang dengan kondisi yang sangat berbeda. Masih tetap tampan, gagah, dingin, dan mendebarkan. Napas Rania benar-benar tertahan di sana. Sementara Lucas sendiri mendadak membeku, bahunya menegang, tatapannya goyah. Untuk beberapa saat, seolah suara angin pantai menghilang, suara tamu meredup, dan hanya ada dirinya serta Rania berhadapan di sana. Ini bukan halusinasi kan? Demi Tuhan, Lucas setuju berlibur ke Bali dengan tujuan untuk melupakan Rania, tapi keputusannya malah membawanya ke hadapan wanita itu. Debar jantung Lucas memacu kencang, bukan hanya karena pertemuan mengejutkan ini, tapi karena w

  • Sentuhan Panas Bos Suamiku   Pertemuan Mengejutkan

    Begitu pesawat mulai stabil di udara, perlahan Rania mulai tenang. Napasnya masih tersengal dan jantungnya memacu kencang, tapi perlahan Rania membuka matanya. Dengan cepat, ia menyadari kalau yang digenggamnya bukan sandaran lengan, tapi benar-benar lengan seseorang. Bahkan bukan sekadar menggenggam, tapi kuku-kukunya menancap di lengan Raynard di sana. Rania langsung menarik tangannya sambil menahan napas."Astaga, maafkan aku, Chef! Aku tidak sadar, aku benar-benar tegang barusan." Raynard menunduk melihat lengannya, menemukan empat bekas goresan tipis kuku Rania, tapi alih-alih marah, ia malah tertawa, tawa pelan yang hangat dan sama sekali tidak tersinggung."Haha, santai saja, Rania. Tidak apa, aku masih hidup," sahutnya sambil mengangkat alis. "Malah sejujurnya, aku lebih takut kalau kau pingsan."Rania menggigit bibirnya sejenak saking malunya, sebelum akhirnya ia tertawa. "Ini memalukan sekali, Chef. Tapi aku tidak akan pingsan." Raynard tergelak santai. "Baguslah kalau b

  • Sentuhan Panas Bos Suamiku   Kuku yang Menancap

    "Ah, Lucas ...." Desahan Rania terdengar begitu seksi saat Lucas terus menyiksa bagian bawah tubuhnya. Setiap bagian dalam diri Rania selalu menjadi candunya, membuat hasrat Lucas mengentak tidak terkendali. Wanita itu menjambak rambut Lucas dan menekan kepalanya makin ke dalam, sebelum akhirnya wanita itu mengejang dan mendapatkan pelepasannya. "Aku menginginkanmu sekarang, Rania!" seru Lucas yang langsung mengentak kemejanya terlepas.Tanpa menunggu lama, Lucas menyatukan tubuh mereka. Nikmat sekali. Bagaikan mendapat oase di tengah gurun pasir, dahaga Lucas langsung teredakan. Lucas menggerakkan tubuhnya makin cepat sampai desahan Rania makin keras juga, hingga saat Lucas merasa dirinya hampir sampai. "Rania ...," geram Lucas, yang entah bagaimana mendadak tersentak ke alam sadarnya dan membuka matanya nyalang. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamarnya. Lucas sempat mematung sejenak, sebelum kesadarannya benar-benar pulih. Buru-buru Lucas menyentuh ran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status