LOGINTokk.... Tokk.... Tokk...."Masuk."Pintu ruangan kerja Arthur terbuka dari luar begitu terdengar suara Arthur yang mempersilahkan untuk masuk.Ken langsung masuk ke dalam sambil membawa dokumen di tangannya.Tatapan ke arah meja Rose yang kosong. Wajar saja karena saat ini sudah waktu makan siang. Hanya saja ia dan Arthur makan siang di dalam ruangan karena ada hal yang harus mereka selesaikan."Tuan, ini berkas yang harus kita bawa nanti. Saya sudah periksa." Ken memberikan dokumen itu pada Arthur yang langsung di sambut pria itu dan memeriksanya."Baik. Terima kasih Ken." Arthur diam sejenak sambil melihat jam tangan branded yang melingkar di tangannya. "Sudah waktunya kita berangkat, Ken.""Nona Rose sudah tahu kita akan pergi?""Sudah Ken. Nanti biar Jaka saja yang menjemputnya.""Baik Tuan."Arthur berdiri dari duduknya lalu ia mengambil jas yang ia gantung di tempat jas. Setelah itu ia berjalan bersama Ken keluar dari ruangannya.Para karyawan langsung menunduk ketika Arthur d
"Rose, sore ini kamu pulangnya bareng Tuan Arthur?" tanya Alana."Nggak Al. Papa mau pergi lagi dengan Ken. Kamu nggak di kasih tahu Ken kalau hari ini mau ke Bogor." Rose menyeruput jus alpukat miliknya. Rose dan Alana memang sedang berada di cafe yang ada di dekat kantor. Mereka sedang makan siang. Tadi Alana ingin makan di kantin kantor, tapi Rose lagi ingin makan iga bakar yang ada di cafe ini.Rose sebenarnya mau mengajak Arthur, tapi sayang pria itu mau berangkat ke Bogor bersama Ken karena ingin menyelesaikan urusan pembelian tanah. Arthur baru saja membeli tanah dari kliennya.Akhirnya Rose mengajak Alana untuk makan siang bersama. Entah kenapa sejak dua hari yang lalu ia sangat ingin makan iga bakar di cafe ini. Sebelumnya Rose memang sudah pernah makan iga bakar di sini dan ia menyukainya karena bumbunya sangat meresep dan dagingnya juga sangat empuk."Ken nggak ada bilang sih kalau mau ke Bogor. Tapi dia ada bilang kalau hari ini akan pergi keluar. Makanya tadi aku tanya s
Rose membuka matanya, lalu ia menoleh ke samping ternyata Arthur sudah tidak ada di sampingnya. Ia mengambil ponsel yang ada di atas nakas untuk melihat jam yang ternyata sudah jam enam pagi. Perlahan ia bangun dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, aroma bekas olahraga ranjang yang ia lakukan bersama Arthur masih tercium."Papa kemana ya," gumamnya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.Tidak ada bunyi gemericik air di kamar mandi, menandakan Arthur tidak ada di sana.Baru saja ia ingin mencari kontak Arthur, sudah terdengar suara pintu di buka dari luar dan Arthur masuk ke dalam. Pria itu memakai celana training pendek dan baju tanpa lengan. Bajunya basah oleh keringat menandakan pria itu baru saja selesai olah raga."Sudah bangun, Sayang?"Arthur menghampiri Rose yang masih duduk di atas ranjang sambil memegang selimut, rambut gadis itu terlihat berantakan.Rose mengangguk. "Papa dari mana?" tanya Rose."Tadi aku jogging di dekat-dekat sini," jawab Arthur
"Tapi kali ini biarkan aku yang memegang kendali atas tubuh Papa."Rose mengabaikan rasa malunya karena kali ini ia ingin sekali bermain di atas tubuh Arthur.Arthur langsung tersenyum begitu mendengar ucapan Rose. Tentu saja ia menyambut inisiatif Rose dengan sukacita. Pria itu akhirnya menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh Rose dan ia berbaring telentang.Rose langsung bangun dan ia mengambil posisi di dekat paha Arthur.Tatapan mata Arthur semakin sayu, pria itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat dengan kedua tangannya mencengkeram seprei saat tangan Rose mulai menyentuh benda purbakalanya.Di bawah sana, Rose menatap takjub pada benda purbakala milik Arthur yang ada dihadapannya. Gadis itu seolah berpikir bagaimana bisa benda sebesar itu bisa masuk dengan leluasa ke dalam tubuhnya."Sayaaaang...."Denyut luar biasa yang dirasakan Arthur saat benda purbakala itu masih berada dalam genggaman Rose yang membuat pria itu beberapa kali mengerang.Seolah mengerti apa yang dinginkan oleh
Rose mulai merasakan pasokan udara di paru-parunya semakin menipis hingga kemudian Arthur mengangkat bibirnya dari bibir Rose.Arthur menghapus jejak saliva di permukaan bibir Rose lalu pria itu memberikan kecupan yang bertubi-tubi sebelum pandangan matanya tertuju pada sepasang gunung kembar kesayangannya yang sudah menggoda untuk segera di eksekusi."Kesayanganku," bisik Arthur tanpa bisa Rose bantah.Gadis itu tahu sepasang gunung kembar miliknya menjadi favorite Arthur.Mata arthur tidak teralihkan dari dua bidang yang semakin membuat tingkat tegang di tubuh Arthur semakin meningkat drastis."Hummppp... Arthurrr...."Desahan panjang keluar dari bibir Rose ketika Arthur mengarahkan bibirnya di puncak gunung kembarnya.Menyasar salah satu puncak gunung Rose sementara telapak tangannya yang lain menyasar salah satu gunung yang belum ia jamah menggunakan bibirnya.Rose merasakan lonjakan begitu kuat ketika lidah Arthur memainkan puncak gunungnya begitu luar biasa.Sensasi yang selalu
"Paaaaa...."Suara lenguhan Rose kembali terdengar. Arthur melepaskan ciuman mereka.Lalu pria itu membaringkan tubuh Rose dengan lembut walapun api gairah dalam tubuhnya begitu besar. Awalnya malam ini ia tidak akan melakukan aktivitas AH dan OH karena hanya ingin menghabiskan waktu bersama Rose. Tapi jika api gelora sudah di hidupkan baik ia maupun Rose tidak bisa menahannya kecuali dengan melakukan pelepasan.Suara deburan ombak terdengar samra membuat suansana di dalam kamar hotel itu semakin syahdu.Arthur turun dari ranjang, lalu pria itu mulai melepaskan baju yang masih menempel di tubuhnya hingga menyisakan celana boxer bewarna abu-abu dan di balik celana itu sudah terlihat gundukan yang menandakan benda purbakalanya mulai aktif.Mata Rose berbinar karena setiap melihat tubuh atletis Arthur selalu membuat ia terpana. Dada bidang dengan perut kotak-kotak karena Arthur sangat menjaga tubuhnya. Definisi umur hanyalah angka karena penampakan Arthur tidak sesuai dengan umurnya. St







