LOGINArthur langsung menekan bel yang berada di atas ranjang Rose.Selang dua menit saja, dokter Arga serta seorang perawat langsung masuk ke dalam ruang perawatan Rose.Dokter Arga langsung memeriksa keadaan Rose yang sudah siuman. Sejak membuka mata, Rose masih diam saja."Bagaimana kondisi istri saya, Dokter?" tanya Arthur begitu dokter Arga selesai memeriksa Rose."Kondisi Nona Rose sudah stabil, Tuan Arthur. Tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasannya juga sudah normal. Kesadarannya juga sudah kembali sepenuhnya, meski ia masih tampak syok dan kelelahan," jelas dokter Arga."Terkait retak tulang pipi istri saya bagaimana, Dokter?" tanya Arthur kembali. Tampak jelas di matanya rasa khawatir yang begitu besar.Hasil CT Scan wajah Rose, Arthur belum mengetahuinya karena dokter Arga memang belum memberitahunya.Dokter Arga membuka hasil pemeriksaan di papan catatan, lalu kembali menatap Arthur. "Dari hasil CT-scan, Nona Rose mengalami retak pada tulang pipi sebelah kiri. Untungnya r
Tokk... Tokk... Tokk...Arthur menoleh ke arah pintu ruang perawatan Rose saat ia mendengar suara ketukan pintu dari luar. Pintu terbuka, Ken masuk sambil membawa paper bag di tangannya. Ken berjalan menghampiri Arthur yang duduk di sampin ranjang pasien Rose. Jika tidak ada luka di wajah Rose, pasti orang mengira ia sedang tidur seperti biasa. Wajahnya begitu damai."Tuan, saya bawakan baju ganti untuk Tuan selama menunggu Nona Rose di rumah sakit. Bagaimana kondisi Nona Rose?" tanya Ken sambil memberikan paper bag yang ia bawa pada Arthur.Arthur menghela napas panjang. Ia menoleh ke arah Rose setelah itu ia kembali menatap Ken."Dokter mengatakan jika ia dehidrasi dan ada keretakan pada tulang pipinya. Dia masih belum sadarkan diri sejak tadi. Dokter mengatakan jika itu efek dari obat afrodisiak yang masuk dalam tubuhnya dosisnya sangat tinggi. Aku tidak bisa meninggalkan dia sendirian disini Ken. Aku juga ingin di saat ia membuka matanya, aku lah orang yang pertama dia lihat.""
Arthur langsung turun dari ranjang setelah napasnya mulai tenang.Ia ambil baju yang sudah tergeletak di lantai dan ia pakai kembali dengan buru-buru. Setelah ia selesai berpakaian, pria itu mengambil dalaman Rose dan memakaikan ke tubuh Rose karena gadis itu tidak sadarkan diri setelah mereka sama-sama mendapatkan klimaks bersamaan.Arthur pakaikan jaket untuk menutupi tubuh atas Rose karena baju gadis itu sudah sobek. Arthur langsung mengendong Rose dan membawa gadis itu keluar dari dalam kamar.Buru-buru ia bawa Rose ke bawah menggunakan tangga.Saat tiba di lantai satu, Arthur bertemu dengan Ken. Di sana juga ada Jessica yang tangannya sudah di ikat serta David yang dalam kondisi mengenaskan tergeletak di lantai. Bahkan pria itu masih menggunakan celana boxer ketat saja. Rio juga berada di sana. Sama mengenaskan seperti David. "Ken, aku menyerahkan sisa di sini padamu dan Agam. Aku harus membawa Rose ke rumah sakit. Rose harus segera mendapatkan perawatan medis.""Baik Tuan. Sera
Arthur langsung naik ke atas ranjang. Tubuh Rose bergetar karena rasa panas yang ia rasakan seolah membakar seluruh tubuhnya.Melihat Arthur sudah berada di atas ranjang, tanpa rasa malu Rose langsung membuka bajunya hingga ia benar-benar naked di depan Arthur. Arthur juga melakukan hal yang sama. Ia lepaskan semua baju yang menempel di tubuhnya. Ia sadar mereka sedang berada di tempat yang tidak seharusnya melakukan hubungan intim, tapi ia harus menyelamatkan Rose.Arthur akan berusaha menyelesaikan dengan cepat. Yang penting kondisi Rose harus stabil."Pa-panass... Papa..." rintih Rose sambil memegang sepasang gunung kembarnya.Arthur langsung mengungkung Rose dan menyerang Rose dengan ciuman yang menggebu-gebu. Walaupun ia ingin menyelesaikan dalam waktu yang singkat, tapi Arthur tidak serta merta langsung ke bagian inti. Ia harus membuat tubuh Rose rileks. Fore play tidak mungkin dilewatkan oleh Arthur. Ia tidak ingin menyakiti Rose.Dilumatnya bibir Rose dengan terburu, menyes
DOORR!"Aaarrkkhhh...."Arthur terkejut saat melihat Rio tiba-tiba memekik kesakitan karena tangannya di tembak oleh Zumi, senjata yang di tangan Rio pun terlempar. Ken langsung mengambil senjata Rio yang terlempat tidak jauh darinya.DOORR!Zumi kembali menembak kaki Rio hingga pria itu kembali memekik kesakitan."Zumi, kamu... Aarrkkhhh...""Zumi..." ucap Arthur yang masih terkejut."Cepat selamatkan Rose di dalam, Pa. Papa harus segera menyelamatkan Rose, jika tidak Papa akan menyesal. Rose berada di kamar di lantai tiga yang pintunya bercat putih." Zumi tetap mengarahkan senjatanya ke arah kepala Rio. Napas pria itu naik turun karena ia juga merasa tegang yang luar biasa."Kamu...""Cepat Pa. Nanti saja aku menjelaskan semuanya. Biarkan di depan aku yang urus. Rose memerlukan Papa sekarang."Arthur menoleh ke arah Ken dan Agam. Ken ikut dengan Arthur sedangkan Agam tetap berada di depan rumah. Arthur dan Ken langsung berlari menuju tangga untuk ke lantai tiga.Sementara itu dalam
Mobil rombongan Arthur mulai masuk ke jalan yang sepi. Di sekeliling mereka hanya ada hutan saja. Karena malam Arthur tidak begitu melihat di sekeliling. Dia fokus menatap layar ponselnya yang memperlihatkan titik lokasi keberadaan Rose semakin dekat."Tuan, kita sudah sampai." Agam langsung mematikan mesin mobil saat mereka berhenti di jarak yang aman dari rumah tiga tingkat yang berdiri sendirian di tengah lahan luas, merupakan titik lokasi keberadaan Rose."Senjata kalian apakah sudah siap?" tanya Arthur."Sudah Tuan," jawab Ken serta yang lain."Untuk orang-orang kita di mobil lain juga sudah siap, Tuan." Agam menoleh ke belakang ke arah Arthur.Agam juga memberikan alat komunikasi yang akan mereka gunakan saat menyelamatkan Rose nanti. Lala mereka memasang alat komunikasi itu di telinga mereka masing-masing."Kalian bebas membunuh siapa pun yang membuat kalian dalam bahaya. Walaupun tujuan utama kita menyelamatkan Rose. Tapi aku minta sama kalian untuk menjaga diri kalian juga. A







