Share

Bab 132

Author: Mommy_Ar
last update Last Updated: 2025-10-18 09:05:01

Suasana hari yang semula tenang mendadak berubah menjadi medan pertempuran emosi.

Angin yang berhembus dari sela pintu rumah seakan ikut menyaksikan ketegangan yang melingkupi ketiga orang itu. Marsha berdiri tegak, wajahnya dingin dan penuh kewaspadaan.

Anna berdiri dengan napas terengah, mata membulat penuh keterkejutan dan amarah, sedangkan Rafi berada di tengah-tengah mereka terjebak di antara masa lalu yang kelam dan kenyataan masa kini.

“Ngapain kamu datang ke sini?” suara Marsha terdengar pelan tapi mengandung racun.

Tatapan matanya menusuk Anna dari ujung kepala sampai kaki, menilai dan menantang dalam satu waktu.

Anna menatap balik, matanya bergetar namun penuh emosi. Ia menoleh ke Rafi dengan ekspresi tak percaya, lalu kembali ke Marsha.

“Kak, dia siapa?” tanyanya tajam, suaranya meninggi dan bergetar. Ada kepanikan yang coba ia tutupi dengan kemarahan

Marsha menyunggingkan senyum tipis senyum yang bukan ramah, melainkan penuh kemenangan da
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 154

    Suara bentakan Rafi menggema keras, memotong kata-kata Marsha yang baru saja meluncur.Seketika itu Marsha terdiam, tubuhnya membeku di tempat. Matanya membulat kaget, seolah tak percaya bahwa suaminya yang selama ini selalu lembut dan sabar, akhirnya membentaknya di depan orang lain.Hening.Hanya suara dedaunan yang berdesir pelan di halaman, menemani keheningan tegang yang menggantung di antara mereka bertiga.Wajah Marsha memucat. Tatapan matanya yang tadinya garang, kini berubah sendu dan terluka.Sementara Anna menunduk pura-pura terkejut, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat puas karena berhasil membuat pertengkaran itu pecah.Rafi menatap Marsha dengan napas tersengal, menyesal karena harus berteriak, tapi juga bingung harus mulai dari mana untuk menjelaskan segalanya.Di hati Marsha, satu hal yang pasti rasa sakitnya lebih parah daripada bentakan itu sendiri.“Kamu… urus selingkuhan kamu itu!” bentaknya tajam, penuh emosi yang ditahan semala

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 153

    Setelah drama dan tangisan semalam yang melelahkan, suasana rumah pagi itu terasa berbeda. Rafi duduk di tepi ranjang dengan wajah letih, sementara Marsha sudah berdandan rapi memakai blouse putih longgar, celana jeans biru muda, dan kacamata hitam yang menutupi separuh wajahnya.Meski rautnya masih terlihat kesal, tapi di balik itu ada sedikit kegirangan karena keinginannya akhirnya dituruti.Ya, Rafi akhirnya mengalah. Ia membatalkan semua agenda rapat dan pekerjaan yang menumpuk, menonaktifkan ponsel kantornya, lalu bersiap menemaninya ke Surabaya hanya demi menenangkan hati istrinya yang semalam hampir meledak karena DJ Panda.Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Koper mereka sudah tersusun di dekat pintu, dan udara luar terasa cerah ketika mereka melangkah keluar. Burung-burung masih bercicit di taman depan rumah.Marsha membawa tas kecil sambil memeriksa ponselnya.“Udah ya, ayo buruan. Aku gak mau ketinggalan pesawat,” ujarnya cepat sambil membuka pintu mo

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 152

    "kenapa?"“Aku mikirin—” katanya, namun tiba-tiba terhenti.Rafi menunggu dengan sabar. Ia menatap wajah Marsha dari samping, mencoba membaca pikiran perempuan itu lewat ekspresi matanya yang mulai ragu. Detik demi detik berlalu, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar lembut di langit-langit kamar.“Aku mikirin…” Marsha menarik napas panjang, kemudian menunduk. “Ternyata nanti malem DJ Panda perform-nya di Surabaya. Aku bingung mau kesana, tapi jauh, kamu masih kerja. Tapi aku pengen nonton malem ini… tapi gimana…” ia berhenti sejenak, suaranya mulai melemah. “Jadinya aku pusing!”‘’Hah!’’ Kata-kata itu seperti petir di pagi buta. Seketika Rafi menjauhkan wajahnya dari bahu Marsha. Pandangannya langsung kosong dan datar.Dia menatap perempuan yang ia kira sedang memikirkan sesuatu yang berat entah masalah pribadi, perasaan, atau kehidupan mereka berdua. Tapi ternyata… Marsha memikirkan jadwal perform seorang DJ.Dalam dada Rafi, campur

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 151

    “Hehehe…” Marsha menyengir nakal, matanya berkilat usil sambil melirik ke arah Rafi yang wajahnya langsung berubah datar begitu mendengar dia memuji Dj Panda.Sudut bibir Rafi menegang, rahangnya sedikit mengeras jelas-jelas mencoba menahan reaksi.Di dalam mobil yang melaju tenang, suasana seketika berubah. Lagu dari radio masih berputar, tapi hawa di antara mereka terasa seperti medan perang kecil yang dipenuhi tensi aneh antara rasa kesal, gengsi, dan godaan.“Mau makan apa?” tanya Rafi datar sambil tetap fokus ke jalan. Tangannya menggenggam setir erat, matanya lurus ke depan, berusaha terlihat tenang padahal dalam hati sedang mendidih.Marsha menatapnya, masih dengan senyum jahil di bibirnya. “Kamu marah?” tanyanya lembut.“Gak!” sahut Rafi cepat tanpa menoleh sedikit pun.Marsha menaikkan alisnya, menahan tawa. “Dih… muka kamu jelek banget!”“Biarin!” potong Rafi, suaranya agak ketus tapi masih terdengar menggemaskan.Marsha langs

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 150

    “Iya, dari tadi aku belum makan apa-apa,” kata Marsha sambil mengelus perutnya, mencoba tersenyum walau matanya masih sembab. “Aku pikir sambil pulang aja, nanti aku pikirin mau makan di mana.” Rafi tersenyum, nada kecil tawa keluar dari tenggorokannya. “Oke, terserah kamu, Nyonya manja.” Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan dari taman menuju parkiran, Marsha tiba-tiba berhenti. Ia menatap Rafi dengan ekspresi bingung. “Aku gak mau bawa mobil sendiri. Aku mau sama kamu. Tapi… mobil aku gimana?” Rafi menghela napas, tersenyum lembut sambil menggeleng pelan. “Kamu tuh ya…” Ia mendekat, menggandeng tangan Marsha lagi. “Nanti aku suruh Edwin ambil mobil kamu di sini, ya.” Marsha menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum lega. “Oke!” katanya pelan tapi penuh semangat. Ia menyandarkan kepala di bahu Rafi, merasa aman. Rafi memeluk bahunya sambil berjalan menuju parkiran. Langit mulai sedikit mendung, t

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 149

    Rafi menggandeng Marsha perlahan menjauh dari gedung utama rumah sakit. Langkah mereka pelan, nyaris tak bersuara. Marsha menunduk, wajahnya sembab, matanya merah karena terlalu banyak menangis. Sedangkan Rafi sesekali melirik ke arah istrinya, tampak khawatir namun tetap berusaha menenangkan.Mereka berhenti di taman kecil di belakang gedung, di dekat kursi kayu panjang yang berada di bawah pohon kamboja. Aroma khas bunga putih itu samar tercium, menambah kesan sunyi dan sendu pada suasana.Rafi menepuk lembut bahu Marsha lalu mengajaknya duduk. Perempuan itu langsung menundukkan wajahnya, kedua tangannya bergetar di pangkuan.Suasana hening beberapa detik, hanya terdengar suara daun-daun yang bergesekan tertiup angin.“Jangan dimasukin ke hati,” ucap Rafi akhirnya, dengan nada lembut. Ia berlutut di depan Marsha, lalu mengangkat wajah istrinya dengan kedua tangan. “Dengar, kamu gak salah apa-apa.”Marsha menatap Rafi dengan mata basah. “Apa kedatangan aku ke rumah mereka itu sal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status