Share

Bab 131

Author: Mommy_Ar
last update Last Updated: 2025-10-17 08:34:40
"Semakin lama, dia memang semakin menggemaskan," Wajah Rafi berseri seri. Senyum kecil masih bertahan di sudut bibirnya, bekas dari momen manis barusan bersama Marsha.

Hatinya terasa ringan, seperti rumah itu benar benar milik mereka berdua hangat, tenang, dan penuh keakraban.

Namun semuanya berubah hanya dalam hitungan detik, begitu ia memutar gagang pintu dan menariknya perlahan.

Begitu pintu terbuka, waktu seperti berhenti. Pandangan Rafi langsung tertumbuk pada sosok gadis muda berdiri di depan rumah.

Rambutnya terurai sedikit berantakan, wajahnya terlihat lelah namun matanya berbinar penuh harap.

Begitu matanya bertemu dengan mata Rafi, senyum haru langsung merekah di bibirnya dan sebelum Rafi sempat berkata apa pun, gadis itu berlari kecil dan memeluknya erat.

“Kak Rafi!!” pekiknya dengan suara bergetar.

Pelukan itu begitu tiba tiba, begitu kuat, seakan ingin meyakinkan diri bahwa sosok yang dipeluknya benar benar nyata.

Tubuh Rafi seketika menegang. Tangannya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
enur .
kenapa sih di saat Rafi memulai kehidupan ny yg baru ,adaaa aj masalah yg muncul
goodnovel comment avatar
enur .
hadeeeuuh lagi2 Ana datang di tengah hubungan Rafi dan Marsya yg baru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 154

    Suara bentakan Rafi menggema keras, memotong kata-kata Marsha yang baru saja meluncur.Seketika itu Marsha terdiam, tubuhnya membeku di tempat. Matanya membulat kaget, seolah tak percaya bahwa suaminya yang selama ini selalu lembut dan sabar, akhirnya membentaknya di depan orang lain.Hening.Hanya suara dedaunan yang berdesir pelan di halaman, menemani keheningan tegang yang menggantung di antara mereka bertiga.Wajah Marsha memucat. Tatapan matanya yang tadinya garang, kini berubah sendu dan terluka.Sementara Anna menunduk pura-pura terkejut, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat puas karena berhasil membuat pertengkaran itu pecah.Rafi menatap Marsha dengan napas tersengal, menyesal karena harus berteriak, tapi juga bingung harus mulai dari mana untuk menjelaskan segalanya.Di hati Marsha, satu hal yang pasti rasa sakitnya lebih parah daripada bentakan itu sendiri.“Kamu… urus selingkuhan kamu itu!” bentaknya tajam, penuh emosi yang ditahan semala

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 153

    Setelah drama dan tangisan semalam yang melelahkan, suasana rumah pagi itu terasa berbeda. Rafi duduk di tepi ranjang dengan wajah letih, sementara Marsha sudah berdandan rapi memakai blouse putih longgar, celana jeans biru muda, dan kacamata hitam yang menutupi separuh wajahnya.Meski rautnya masih terlihat kesal, tapi di balik itu ada sedikit kegirangan karena keinginannya akhirnya dituruti.Ya, Rafi akhirnya mengalah. Ia membatalkan semua agenda rapat dan pekerjaan yang menumpuk, menonaktifkan ponsel kantornya, lalu bersiap menemaninya ke Surabaya hanya demi menenangkan hati istrinya yang semalam hampir meledak karena DJ Panda.Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Koper mereka sudah tersusun di dekat pintu, dan udara luar terasa cerah ketika mereka melangkah keluar. Burung-burung masih bercicit di taman depan rumah.Marsha membawa tas kecil sambil memeriksa ponselnya.“Udah ya, ayo buruan. Aku gak mau ketinggalan pesawat,” ujarnya cepat sambil membuka pintu mo

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 152

    "kenapa?"“Aku mikirin—” katanya, namun tiba-tiba terhenti.Rafi menunggu dengan sabar. Ia menatap wajah Marsha dari samping, mencoba membaca pikiran perempuan itu lewat ekspresi matanya yang mulai ragu. Detik demi detik berlalu, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar lembut di langit-langit kamar.“Aku mikirin…” Marsha menarik napas panjang, kemudian menunduk. “Ternyata nanti malem DJ Panda perform-nya di Surabaya. Aku bingung mau kesana, tapi jauh, kamu masih kerja. Tapi aku pengen nonton malem ini… tapi gimana…” ia berhenti sejenak, suaranya mulai melemah. “Jadinya aku pusing!”‘’Hah!’’ Kata-kata itu seperti petir di pagi buta. Seketika Rafi menjauhkan wajahnya dari bahu Marsha. Pandangannya langsung kosong dan datar.Dia menatap perempuan yang ia kira sedang memikirkan sesuatu yang berat entah masalah pribadi, perasaan, atau kehidupan mereka berdua. Tapi ternyata… Marsha memikirkan jadwal perform seorang DJ.Dalam dada Rafi, campur

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 151

    “Hehehe…” Marsha menyengir nakal, matanya berkilat usil sambil melirik ke arah Rafi yang wajahnya langsung berubah datar begitu mendengar dia memuji Dj Panda.Sudut bibir Rafi menegang, rahangnya sedikit mengeras jelas-jelas mencoba menahan reaksi.Di dalam mobil yang melaju tenang, suasana seketika berubah. Lagu dari radio masih berputar, tapi hawa di antara mereka terasa seperti medan perang kecil yang dipenuhi tensi aneh antara rasa kesal, gengsi, dan godaan.“Mau makan apa?” tanya Rafi datar sambil tetap fokus ke jalan. Tangannya menggenggam setir erat, matanya lurus ke depan, berusaha terlihat tenang padahal dalam hati sedang mendidih.Marsha menatapnya, masih dengan senyum jahil di bibirnya. “Kamu marah?” tanyanya lembut.“Gak!” sahut Rafi cepat tanpa menoleh sedikit pun.Marsha menaikkan alisnya, menahan tawa. “Dih… muka kamu jelek banget!”“Biarin!” potong Rafi, suaranya agak ketus tapi masih terdengar menggemaskan.Marsha langs

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 150

    “Iya, dari tadi aku belum makan apa-apa,” kata Marsha sambil mengelus perutnya, mencoba tersenyum walau matanya masih sembab. “Aku pikir sambil pulang aja, nanti aku pikirin mau makan di mana.” Rafi tersenyum, nada kecil tawa keluar dari tenggorokannya. “Oke, terserah kamu, Nyonya manja.” Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan dari taman menuju parkiran, Marsha tiba-tiba berhenti. Ia menatap Rafi dengan ekspresi bingung. “Aku gak mau bawa mobil sendiri. Aku mau sama kamu. Tapi… mobil aku gimana?” Rafi menghela napas, tersenyum lembut sambil menggeleng pelan. “Kamu tuh ya…” Ia mendekat, menggandeng tangan Marsha lagi. “Nanti aku suruh Edwin ambil mobil kamu di sini, ya.” Marsha menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum lega. “Oke!” katanya pelan tapi penuh semangat. Ia menyandarkan kepala di bahu Rafi, merasa aman. Rafi memeluk bahunya sambil berjalan menuju parkiran. Langit mulai sedikit mendung, t

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 149

    Rafi menggandeng Marsha perlahan menjauh dari gedung utama rumah sakit. Langkah mereka pelan, nyaris tak bersuara. Marsha menunduk, wajahnya sembab, matanya merah karena terlalu banyak menangis. Sedangkan Rafi sesekali melirik ke arah istrinya, tampak khawatir namun tetap berusaha menenangkan.Mereka berhenti di taman kecil di belakang gedung, di dekat kursi kayu panjang yang berada di bawah pohon kamboja. Aroma khas bunga putih itu samar tercium, menambah kesan sunyi dan sendu pada suasana.Rafi menepuk lembut bahu Marsha lalu mengajaknya duduk. Perempuan itu langsung menundukkan wajahnya, kedua tangannya bergetar di pangkuan.Suasana hening beberapa detik, hanya terdengar suara daun-daun yang bergesekan tertiup angin.“Jangan dimasukin ke hati,” ucap Rafi akhirnya, dengan nada lembut. Ia berlutut di depan Marsha, lalu mengangkat wajah istrinya dengan kedua tangan. “Dengar, kamu gak salah apa-apa.”Marsha menatap Rafi dengan mata basah. “Apa kedatangan aku ke rumah mereka itu sal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status