Compartir

Bab 138

Autor: Mommy_Ar
last update Última actualización: 2025-10-23 14:44:58

Udara kamar terasa berbeda malam itu lembut tapi menegangkan. Lampu tidur yang redup membuat bayangan Rafi dan Marsha tampak samar di dinding.

Tirai berayun perlahan tertiup angin dari jendela yang sedikit terbuka. Hening.

Hanya suara detak jam dinding yang terdengar, berdetak perlahan, seolah menegaskan setiap detik yang berjalan menuju sesuatu yang baru dalam hidup mereka.

Marsha berdiri di depan Rafi dengan tatapan yang sulit diartikan. Dalam dirinya bergemuruh berbagai perasaan ragu, takut, tapi juga keberanian yang tiba-tiba muncul begitu kuat.

Ia tahu, malam ini bukan sekadar tentang cinta, tapi tentang keputusannya untuk berhenti berlari dari masa lalu dan mulai melangkah bersama seseorang yang kini menjadi suaminya.

Tangannya gemetar saat menarik jemari Rafi, membawanya masuk ke kamar.

Rafi hanya bisa mengikuti tanpa berkata apa pun.

Matanya menatap Marsha lama. Ada keterkejutan, ada rasa kagum, dan ada sesuatu yang perlahan tumbuh di antara
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado
Comentarios (1)
goodnovel comment avatar
enur .
udah deh Raf ah elaaah ,, lama bener introgasi ny ,, keburu ada iklan ,, ayo gas keun ,, hahaha
VER TODOS LOS COMENTARIOS

Último capítulo

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 152

    "kenapa?"“Aku mikirin—” katanya, namun tiba-tiba terhenti.Rafi menunggu dengan sabar. Ia menatap wajah Marsha dari samping, mencoba membaca pikiran perempuan itu lewat ekspresi matanya yang mulai ragu. Detik demi detik berlalu, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar lembut di langit-langit kamar.“Aku mikirin…” Marsha menarik napas panjang, kemudian menunduk. “Ternyata nanti malem DJ Panda perform-nya di Surabaya. Aku bingung mau kesana, tapi jauh, kamu masih kerja. Tapi aku pengen nonton malem ini… tapi gimana…” ia berhenti sejenak, suaranya mulai melemah. “Jadinya aku pusing!”‘’Hah!’’ Kata-kata itu seperti petir di pagi buta. Seketika Rafi menjauhkan wajahnya dari bahu Marsha. Pandangannya langsung kosong dan datar.Dia menatap perempuan yang ia kira sedang memikirkan sesuatu yang berat entah masalah pribadi, perasaan, atau kehidupan mereka berdua. Tapi ternyata… Marsha memikirkan jadwal perform seorang DJ.Dalam dada Rafi, campur

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 151

    “Hehehe…” Marsha menyengir nakal, matanya berkilat usil sambil melirik ke arah Rafi yang wajahnya langsung berubah datar begitu mendengar dia memuji Dj Panda.Sudut bibir Rafi menegang, rahangnya sedikit mengeras jelas-jelas mencoba menahan reaksi.Di dalam mobil yang melaju tenang, suasana seketika berubah. Lagu dari radio masih berputar, tapi hawa di antara mereka terasa seperti medan perang kecil yang dipenuhi tensi aneh antara rasa kesal, gengsi, dan godaan.“Mau makan apa?” tanya Rafi datar sambil tetap fokus ke jalan. Tangannya menggenggam setir erat, matanya lurus ke depan, berusaha terlihat tenang padahal dalam hati sedang mendidih.Marsha menatapnya, masih dengan senyum jahil di bibirnya. “Kamu marah?” tanyanya lembut.“Gak!” sahut Rafi cepat tanpa menoleh sedikit pun.Marsha menaikkan alisnya, menahan tawa. “Dih… muka kamu jelek banget!”“Biarin!” potong Rafi, suaranya agak ketus tapi masih terdengar menggemaskan.Marsha langs

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 150

    “Iya, dari tadi aku belum makan apa-apa,” kata Marsha sambil mengelus perutnya, mencoba tersenyum walau matanya masih sembab. “Aku pikir sambil pulang aja, nanti aku pikirin mau makan di mana.” Rafi tersenyum, nada kecil tawa keluar dari tenggorokannya. “Oke, terserah kamu, Nyonya manja.” Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan dari taman menuju parkiran, Marsha tiba-tiba berhenti. Ia menatap Rafi dengan ekspresi bingung. “Aku gak mau bawa mobil sendiri. Aku mau sama kamu. Tapi… mobil aku gimana?” Rafi menghela napas, tersenyum lembut sambil menggeleng pelan. “Kamu tuh ya…” Ia mendekat, menggandeng tangan Marsha lagi. “Nanti aku suruh Edwin ambil mobil kamu di sini, ya.” Marsha menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum lega. “Oke!” katanya pelan tapi penuh semangat. Ia menyandarkan kepala di bahu Rafi, merasa aman. Rafi memeluk bahunya sambil berjalan menuju parkiran. Langit mulai sedikit mendung, t

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 149

    Rafi menggandeng Marsha perlahan menjauh dari gedung utama rumah sakit. Langkah mereka pelan, nyaris tak bersuara. Marsha menunduk, wajahnya sembab, matanya merah karena terlalu banyak menangis. Sedangkan Rafi sesekali melirik ke arah istrinya, tampak khawatir namun tetap berusaha menenangkan.Mereka berhenti di taman kecil di belakang gedung, di dekat kursi kayu panjang yang berada di bawah pohon kamboja. Aroma khas bunga putih itu samar tercium, menambah kesan sunyi dan sendu pada suasana.Rafi menepuk lembut bahu Marsha lalu mengajaknya duduk. Perempuan itu langsung menundukkan wajahnya, kedua tangannya bergetar di pangkuan.Suasana hening beberapa detik, hanya terdengar suara daun-daun yang bergesekan tertiup angin.“Jangan dimasukin ke hati,” ucap Rafi akhirnya, dengan nada lembut. Ia berlutut di depan Marsha, lalu mengangkat wajah istrinya dengan kedua tangan. “Dengar, kamu gak salah apa-apa.”Marsha menatap Rafi dengan mata basah. “Apa kedatangan aku ke rumah mereka itu sal

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 148

    Namun Aga hanya menatapnya dengan sorot benci. Tatapan yang dulu pernah ia rindukan, kini terasa seperti pisau dingin yang menusuk sampai ke tulang.Rafi berdiri di depan Marsha, menjadi perisai di antara mereka. “Kamu keterlaluan, Ga. Kamu gak tahu apa yang dia lakuin buat nolong istrimu. Kalau Marsha gak dateng ke rumah itu, Ara mungkin udah...” Rafi menahan kata-katanya. Ia tak sanggup mengucapkan kemungkinan terburuk itu.Marsha menatap Aga lemah, air matanya terus mengalir. “Aku memang berniat nemuin Ara,” ucapnya pelan, setiap kata seperti keluar dengan susah payah. “Aku cuma mau minta maaf. Aku gak ada niat buat nyakitin dia, sama sekali gak ada.”Suasana menjadi hening. Hanya suara monitor dari ruang UGD yang terdengar samar di belakang mereka.Aga menarik napas panjang, menatap Marsha dengan wajah dingin tanpa emosi. “Berhenti buat drama, Marsha,” katanya datar.Kalimat itu seperti palu godam yang menghantam hati Marsha. Dadanya terasa sesak. Napasn

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 147

    Lorong rumah sakit sore itu dipenuhi aroma antiseptik dan suara langkah kaki para perawat yang sibuk berlalu-lalang. Namun di antara kesibukan itu, muncul seorang pria dengan wajah tegang dan mata merah, Aga. Nafasnya memburu, keringat membasahi pelipisnya. Ia bahkan tidak sempat mematikan mesin mobil saat mendengar kabar Ara dilarikan ke rumah sakit.Pikirannya hanya satu: Ara harus selamat.Namun begitu memasuki koridor ruang UGD, pandangannya tertuju pada sosok perempuan yang berdiri tak jauh dari pintu. Rambutnya acak-acakan, wajahnya pucat, matanya sembab seperti baru menangis. Sosok itu Marsha.Langkah Aga langsung berhenti sejenak, tapi matanya tajam menatap ke arah perempuan itu. Tubuhnya menegang, rahangnya mengeras. Amarah yang ia tahan selama ini seperti meledak bersamaan dengan rasa cemas yang menghantam dadanya.Ia berjalan cepat menghampiri Marsha, langkahnya berat tapi penuh tekanan. Suaranya serak dan bergetar, tapi nadanya tajam menusu

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status