Share

Bab 144

Penulis: Mommy_Ar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-31 08:04:49

Mobil putih milik Marsha berhenti tepat di depan gerbang besar rumah megah milik Ara dan Aga.

Suara mesin perlahan mati, menyisakan kesunyian yang membuat dada Marsha terasa sesak.

Udara pagi itu sebenarnya sejuk, tapi kedua telapak tangannya justru berkeringat dingin.

Dia menggenggam setir erat-erat, matanya menatap kosong ke arah rumah yang berdiri megah di depannya.

Rumah itu tampak tenang terlalu tenang untuk menampung badai yang sedang berputar di kepala Marsha.

“Aku harus bicara sama Ara… tapi gimana caranya?” gumamnya, menatap bayangan dirinya di spion tengah.

Wajahnya terlihat pucat, tapi matanya menyiratkan kebingungan dan ketakutan.

Ia mengembuskan napas berat lalu menunduk, menyandarkan dahinya pada setir.

“Sumpah… gak lucu banget kalau tiba-tiba aku datang cuma buat minta solusi…” katanya pelan, suaranya terdengar getir.

Ia mendengus dan menatap keluar jendela. “Minta tips buat usir pelakor… gila, aku bisa diketawain habis-habisan…”

Mulutnya tersenyum miring, tapi matany
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
enur .
yok bisa yok Sya kamu masuk , ini genting soal ny ,,kasian Ara lagi butuh pertolongan
goodnovel comment avatar
enur .
tenang Sya , Ara tidak seperti itu orang ny ,, Ara baik koq , tapi sekarang keadaan ny sedang darurat ,
goodnovel comment avatar
enur .
hadeeuuh emang di rumah Ara tidak ada ART ,atau penjaga rumah gtu ??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 148

    Namun Aga hanya menatapnya dengan sorot benci. Tatapan yang dulu pernah ia rindukan, kini terasa seperti pisau dingin yang menusuk sampai ke tulang.Rafi berdiri di depan Marsha, menjadi perisai di antara mereka. “Kamu keterlaluan, Ga. Kamu gak tahu apa yang dia lakuin buat nolong istrimu. Kalau Marsha gak dateng ke rumah itu, Ara mungkin udah...” Rafi menahan kata-katanya. Ia tak sanggup mengucapkan kemungkinan terburuk itu.Marsha menatap Aga lemah, air matanya terus mengalir. “Aku memang berniat nemuin Ara,” ucapnya pelan, setiap kata seperti keluar dengan susah payah. “Aku cuma mau minta maaf. Aku gak ada niat buat nyakitin dia, sama sekali gak ada.”Suasana menjadi hening. Hanya suara monitor dari ruang UGD yang terdengar samar di belakang mereka.Aga menarik napas panjang, menatap Marsha dengan wajah dingin tanpa emosi. “Berhenti buat drama, Marsha,” katanya datar.Kalimat itu seperti palu godam yang menghantam hati Marsha. Dadanya terasa sesak. Napasn

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 147

    Lorong rumah sakit sore itu dipenuhi aroma antiseptik dan suara langkah kaki para perawat yang sibuk berlalu-lalang. Namun di antara kesibukan itu, muncul seorang pria dengan wajah tegang dan mata merah, Aga. Nafasnya memburu, keringat membasahi pelipisnya. Ia bahkan tidak sempat mematikan mesin mobil saat mendengar kabar Ara dilarikan ke rumah sakit.Pikirannya hanya satu: Ara harus selamat.Namun begitu memasuki koridor ruang UGD, pandangannya tertuju pada sosok perempuan yang berdiri tak jauh dari pintu. Rambutnya acak-acakan, wajahnya pucat, matanya sembab seperti baru menangis. Sosok itu Marsha.Langkah Aga langsung berhenti sejenak, tapi matanya tajam menatap ke arah perempuan itu. Tubuhnya menegang, rahangnya mengeras. Amarah yang ia tahan selama ini seperti meledak bersamaan dengan rasa cemas yang menghantam dadanya.Ia berjalan cepat menghampiri Marsha, langkahnya berat tapi penuh tekanan. Suaranya serak dan bergetar, tapi nadanya tajam menusu

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 146

    Begitu mobil berhenti di depan lobi rumah sakit, Marsha hampir tak sempat mematikan mesin. Ia langsung keluar dan berlari ke arah pintu utama. Nafasnya tersengal, wajahnya pucat, matanya panik.“Tolonggg! Tolong!! Ada orang mau lahiran! Tolongg suster! Dokterr!” teriaknya hampir histeris.Beberapa orang di ruang tunggu menoleh kaget. Dua suster dan seorang petugas keamanan langsung berlari mendekat, mendorong brankar dengan cepat.“Di mana pasiennya?” tanya salah satu suster tergesa.“Di mobil! Di belakang, cepat! Banyak darahnya!” jawab Marsha terbata, menunjuk ke arah mobilnya yang pintunya masih terbuka lebar.Mereka segera berlari ke arah mobil, roda brankar berdecit menabrak lantai. Ketika pintu belakang dibuka, terlihat tubuh Ara yang lemah, matanya setengah terpejam, wajahnya pucat pasi. Darah sudah membasahi bagian bawah roknya dan jok mobil.Salah satu suster menahan napas sejenak. “Kita gak bisa pakai kursi roda, kondisi perdarahan. Cepat

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 145

    Ia menegakkan tubuhnya kembali dan berlari kecil mendekat.Tangannya kembali mengetuk pintu dengan cepat.“Ara! Araaa buka pintunya dong! Aku mau bertamu!” teriaknya khawatir.Namun, tak ada jawaban.Hanya kesunyian, lalu samar-samar terdengar seperti suara benda jatuh, disusul rintihan sangat pelan dari dalam.Rasa penasaran dan cemas menelan rasa takutnya.Dengan tangan bergetar, ia meraih gagang pintu dan memutarnya pelan.Klik.Pintu itu terbuka ternyata tidak dikunci.Ruangan itu kini dipenuhi aroma logam darah dan udara yang menegang. Nafas Marsha memburu, wajahnya pucat pasi sementara tangannya gemetar hebat. Ia bahkan tak menyadari keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya."A—Ara..." panggilnya pelan, suara itu seperti hanya keluar setengah, tercekat di tenggorokan.Di depannya, Ara menggeliat menahan sakit, kedua tangannya berusaha menekan perut yang sudah menegang keras. Wajahnya pucat pasi, keringat menetes deras, dan napasn

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 144

    Mobil putih milik Marsha berhenti tepat di depan gerbang besar rumah megah milik Ara dan Aga. Suara mesin perlahan mati, menyisakan kesunyian yang membuat dada Marsha terasa sesak.Udara pagi itu sebenarnya sejuk, tapi kedua telapak tangannya justru berkeringat dingin.Dia menggenggam setir erat-erat, matanya menatap kosong ke arah rumah yang berdiri megah di depannya.Rumah itu tampak tenang terlalu tenang untuk menampung badai yang sedang berputar di kepala Marsha.“Aku harus bicara sama Ara… tapi gimana caranya?” gumamnya, menatap bayangan dirinya di spion tengah. Wajahnya terlihat pucat, tapi matanya menyiratkan kebingungan dan ketakutan.Ia mengembuskan napas berat lalu menunduk, menyandarkan dahinya pada setir.“Sumpah… gak lucu banget kalau tiba-tiba aku datang cuma buat minta solusi…” katanya pelan, suaranya terdengar getir.Ia mendengus dan menatap keluar jendela. “Minta tips buat usir pelakor… gila, aku bisa diketawain habis-habisan…”Mulutnya tersenyum miring, tapi matany

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 143

    Tubuh Ara bergetar hebat, kedua tangannya tak berhenti memegangi pinggiran pintu. Napasnya terasa sesak seolah ada batu besar yang menekan dadanya. Wajah itu wajah yang sudah lama ia hapus dari hidupnya kini berdiri di depan mata. Sosok yang dulu ia panggil “Papa,” kini hanya meninggalkan luka yang dalam dan tak pernah sembuh.“P—papa...” suara Ara bergetar dan terbata, hampir tak terdengar. Tatapannya kosong, namun matanya mulai memerah.Umar menatap anaknya dengan pandangan penuh penyesalan. Matanya yang dulu tegas kini tampak lelah, dipenuhi guratan waktu dan rasa bersalah. Suaranya keluar pelan, serak, namun lembut.“Apa kabar, Nak?” tanyanya, mencoba tersenyum, meski bibirnya nyaris tak mampu.Ara menatapnya dengan sorot tajam. “Mau apa Papa ke sini?” suaranya tegas, dingin, penuh kemarahan yang selama ini ia simpan.Umar menarik napas panjang, mencoba menahan gemetar pada tangannya yang sudah mulai bergetar. “Ara, Papa—”“Apa?” potong Ara cepat, suaranya naik satu oktaf, me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status