Share

Bab 84

Author: Mommy_Ar
last update Last Updated: 2025-09-20 08:07:43

Beberapa hari berlalu. Kantor masih ramai dengan aktivitas seperti biasa, suara mesin printer, telepon yang berdering, serta langkah kaki pegawai yang berlalu lalang.

Namun, di tengah kesibukan itu, ada satu sosok yang menarik perhatian: Ara.

Meski tinggal menghitung hari menuju pernikahan, ia tetap datang ke kantor. Tubuhnya tampak lelah, tapi wajahnya tetap cerah, penuh senyum yang seolah menyembunyikan rasa gugup yang sesekali muncul.

“Dih, masih masuk aja kamu, Ra?” tanya Nisa sambil menghampiri meja Ara.

Ia membawa segelas kopi dan duduk di tepi meja, memandangi sahabatnya itu dengan tatapan gemas sekaligus heran.

Ara menoleh sambil tertawa kecil.

“Hehehe, hari ini doang kok, Nis. Besok aku udah nggak masuk lagi!” Suaranya terdengar ringan, walau ada sedikit nada lega di balik tawa itu.

Nisa membelalakkan mata, lalu menepuk pelan bahu Ara.

“Ya ampun, acara kamu loh tinggal dua hari lagi. Kamu ini ih, masih sempat-sempatnya kerja. Bukannya harusnya fokus ke persiapan?”

Ara han
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mia Miao
lah cerita Marsha kemana yg tidur apart aga ara pergi ke apart aga dong sebelum hari h biar tau apa yg aga lakuin dibelakang kamu
goodnovel comment avatar
enur .
jadi ikut deg2an karna mendekati hari di mana Ara dan Aga resmi menikah , semoga tidak ada huru hari lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 104

    ‘’Enggakkk!!’’ teriak Rafi dan Marsha hampir bersamaan. Suara keduanya menggema di ruang tamu, membuat Hamzah spontan menutup telinga.“Om ini serius?!” Marsha menunjuk Hamzah dengan ekspresi tak percaya. “Saya datang ke sini minta keadilan, bukan dilamar paksa!”“Pa!” Rafi ikut protes, berdiri sambil menunjuk dirinya sendiri. “Mana ada hukuman model gitu! Rafi tuh gak salah! Lagian, kalaupun salah, terus hukumannya nikah? Emang aku maling ayam, terus disuruh kawin sama ayamnya?!”Hamzah langsung melotot, “Jangan kurang ajar, Raf!”Marsha mengangkat tangan, dramatis, “Saya lebih baik dipenjara daripada menikah sama orang gila ini!”“Eh! Kamu pikir aku mau nikah sama kamu hah?!” Rafi membalas, tangannya menunjuk Marsha dari ujung kaki sampai kepala. “Denger ya, aku masih punya harga diri! Aku gak butuh nikah sama perempuan yang—”Bug! Bantal sofa melayang, dilempar Marsha tepat ke wajah Rafi.“Diam kamu!” seru Marsha.Hamzah hampir tersedak napasnya m

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 103

    Rafi menatap bingung botol air mineral 1500 ml yang kini tergenggam erat di tangan Marsha. Kilatan serius di mata gadis itu membuat suasana sesaat seperti adegan film laga murahan. “Kenapa kamu pakai itu?” Rafi menunjuk botol dengan alis terangkat. “Biar gak berdarah!” jawab Marsha polos, ekspresinya penuh keyakinan seolah botol plastik itu adalah senjata pamungkas. Rafi membeku, menatapnya tak percaya. “Apa kamu yakin, air mineral 1500 mili bisa membunuhku?” suaranya datar, tapi wajahnya hampir tidak bisa menahan ekspresi konyol. “Kalau pun gak bisa bunuh,” Marsha mengangkat botol tinggi-tinggi dengan gaya seperti pejuang, “setidaknya bisa bikin kamu sakit!’’ Hamzah yang sedari tadi menonton dari kursi dengan tangan terlipat, berusaha keras menahan tawanya. Bibirnya bergetar, wajahnya menegang, tapi matanya berkaca-kaca. Dalam hati ia berkata, baru kali ini ada orang niat membunuh, tapi senjatanya air mineral k

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 102

    Ting, tong,Suara bel rumah berbunyi keras, mengiris ketenangan siang itu. Di depan pintu, Marsha berdiri dengan napas ngos-ngosan, rambut acak, mata sembab wajahnya memerah tidak hanya karena tangisan, tapi juga karena kemarahan yang mendidih. Tangannya tak henti menekan bel seperti orang yang nyaris putus asa.Di dalam, suara shower baru saja berhenti. Rafi baru selesai mandi. rambutnya masih basah. Ia hendak melangkah ke dapur, mencari makanan karena dia lapar belum makan sejak kemarin. Tapi tiba tiba bunyi bel itu memecah keheningan.Cklek!Rafi membuka pintu rumahnya, Sontak ia tertegun melihat sosok Marsha berdiri di ambang, mata penuh amarah. Punggung Rafi menegang instingnya memberi tahu ini bukan sekadar tamu biasa.“Ngapain kamu kesini?” suaranya keluar sinis, setengah celingak-celinguk karena keadaan mendadak.Marsha menatap Rafi, suaranya menusuk, “Aku mau bunuh kamu!”Kata-kata itu meledak di ruang tamu seperti petir. Rafi mengejapkan mata, satu langkah mundur. Wajahn

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 101

    Restoran yang tadinya riuh karena tangisan Marsha mulai mereda, walau beberapa tamu masih melirik dengan rasa penasaran. Ara berdiri dari kursinya dengan wajah jengah, lalu menggandeng tangan Aga erat.Marsha, yang masih duduk di kursi dengan wajah belepotan air mata dan riasan yang luntur, langsung menoleh cepat. Matanya melebar penuh tanda tanya.“Kalian berdua mau kemana?” tanyanya dengan suara tercekat, nadanya penuh heran sekaligus ketakutan ditinggalkan.Ara menoleh sebentar, wajahnya datar, dingin tanpa sedikitpun rasa iba.“Ke kamar!” jawabnya singkat, tanpa basa-basi.Marsha memekik lirih. Tangannya menghantam meja, membuat sendok dan gelas bergetar.“Kok ke kamar sih! Terus aku gimana?” serunya, seperti anak kecil yang merengek tidak mau ditinggal.Ara mendengus. Bahunya terangkat cuek.“Terserah kamu mau gimana!” katanya ketus.Ekspresi Marsha langsung berubah murka. Air matanya yang tadi terus jatuh kini bercampur dengan wajah kesalnya

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 100

    Setibanya di restauran, Ara dan Aga memilih meja dekat jendela, menikmati suasana hangat sambil bergenggaman tangan. Senyum Ara merekah, ia merasa tenang bersama Aga.Tapi, baru saja sendok Ara menyentuh bibirnya, suara melengking terdengar dari arah pintu restoran."Agaaaa!" panggil seorang gadis dengan nada manja, cukup keras hingga beberapa tamu menoleh.Ara langsung mendesah panjang, memutar bola matanya dengan ekspresi malas."Astaga, biang kerok datang juga," gumamnya ketus, jelas sekali ia tidak suka dengan kedatangan orang itu.Aga menghela napas. Senyum romantis yang tadi menghiasi wajahnya hilang seketika, berganti raut datar. Dia meremas lembut tangan Ara, mencoba menenangkan istrinya."Ngapain kamu di sini?" tanyanya dingin, tanpa basa-basi.Marsha mendengus, matanya berair. Tanpa meminta izin, ia langsung menarik kursi dan duduk di sebelah Aga, membuat beberapa tamu lain berbisik-bisik heran."Huaaa Aga, aku habis diperkosa!" teriaknya sa

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 99

    Sementara itu, di kamar yang berbeda, suasana jauh dari tawa bahagia pesta pernikahan.Terdengar suara teriakan begitu melengking memenuhi ruangan hotel yang sunyi."Huaaaaaaaaaa!" teriak seorang gadis, tubuhnya langsung meringkuk dan mengeratkan selimut menutupi dirinya. Matanya membelalak, air mata membanjiri wajahnya.Laki-laki yang tidur di sebelahnya tersentak bangun. Dengan mata masih sayu, ia mengucek wajahnya."Apa sih, berisik banget!" gumamnya setengah kesal, belum sepenuhnya sadar.Namun, seketika jantungnya berdegup keras saat sadar gadis itu—Marsha—menatapnya dengan tatapan penuh benci dan panik."Bangsattt! Apa yang kamu lakuin hah!" teriak Marsha, tubuhnya gemetar hebat.Tangannya menunjuk pria itu sambil bergetar, seolah melihat iblis di depan matanya."Kamu perkosa aku, huaaaaaa!" suaranya pecah, penuh tangis dan kemarahan.Rafi, pria yang dituduh, langsung membuka mata lebar. Seketika kantuknya hilang. Ia menatap Marsha dengan wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status