Share

Bab 92

Penulis: Mommy_Ar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-24 16:25:29

Marsha terhuyung, hampir jatuh karena tepisan Aga yang kasar. Ia memegang dada, air matanya jatuh tanpa kendali.

Suasana kafe yang awalnya riuh dengan suara obrolan dan dentingan gelas kini perlahan meredup. Satu per satu pengunjung mulai menoleh. Ada yang berbisik pelan, ada pula yang terang-terangan menatap penuh rasa ingin tahu.

“Ga…” suara Marsha lirih, tangannya gemetar, wajahnya hancur.

“Kenapa kamu begitu tega sama aku? Bukannya dulu kamu yang bilang kalau cinta kita nggak akan pernah bisa mati?”

Aga menunduk, menahan amarah sekaligus luka yang kembali terbuka. Tapi genggaman tangannya pada Ara tidak goyah. Justru semakin erat, seolah ingin membuktikan pada semua orang terutama pada Marsha bahwa hatinya sudah tidak lagi untuknya.

Ara yang duduk di sampingnya, sejak tadi hanya bisa diam. Ia merasakan tatapan orang-orang yang kini beralih padanya. Ada bisikan yang samar terdengar:

“Itu pacar barunya ya?”

“Kasihan cewek yang nangis itu…”

“Tapi c
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
enur .
Marsya itu bukan cinta, tapi obsesi ,kamu terobsesi ingin memiliki Aga ,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 102

    Ting, tong,Suara bel rumah berbunyi keras, mengiris ketenangan siang itu. Di depan pintu, Marsha berdiri dengan napas ngos-ngosan, rambut acak, mata sembab wajahnya memerah tidak hanya karena tangisan, tapi juga karena kemarahan yang mendidih. Tangannya tak henti menekan bel seperti orang yang nyaris putus asa.Di dalam, suara shower baru saja berhenti. Rafi baru selesai mandi. rambutnya masih basah. Ia hendak melangkah ke dapur, mencari makanan karena dia lapar belum makan sejak kemarin. Tapi tiba tiba bunyi bel itu memecah keheningan.Cklek!Rafi membuka pintu rumahnya, Sontak ia tertegun melihat sosok Marsha berdiri di ambang, mata penuh amarah. Punggung Rafi menegang instingnya memberi tahu ini bukan sekadar tamu biasa.“Ngapain kamu kesini?” suaranya keluar sinis, setengah celingak-celinguk karena keadaan mendadak.Marsha menatap Rafi, suaranya menusuk, “Aku mau bunuh kamu!”Kata-kata itu meledak di ruang tamu seperti petir. Rafi mengejapkan mata, satu langkah mundur. Wajahn

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 101

    Restoran yang tadinya riuh karena tangisan Marsha mulai mereda, walau beberapa tamu masih melirik dengan rasa penasaran. Ara berdiri dari kursinya dengan wajah jengah, lalu menggandeng tangan Aga erat.Marsha, yang masih duduk di kursi dengan wajah belepotan air mata dan riasan yang luntur, langsung menoleh cepat. Matanya melebar penuh tanda tanya.“Kalian berdua mau kemana?” tanyanya dengan suara tercekat, nadanya penuh heran sekaligus ketakutan ditinggalkan.Ara menoleh sebentar, wajahnya datar, dingin tanpa sedikitpun rasa iba.“Ke kamar!” jawabnya singkat, tanpa basa-basi.Marsha memekik lirih. Tangannya menghantam meja, membuat sendok dan gelas bergetar.“Kok ke kamar sih! Terus aku gimana?” serunya, seperti anak kecil yang merengek tidak mau ditinggal.Ara mendengus. Bahunya terangkat cuek.“Terserah kamu mau gimana!” katanya ketus.Ekspresi Marsha langsung berubah murka. Air matanya yang tadi terus jatuh kini bercampur dengan wajah kesalnya

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 100

    Setibanya di restauran, Ara dan Aga memilih meja dekat jendela, menikmati suasana hangat sambil bergenggaman tangan. Senyum Ara merekah, ia merasa tenang bersama Aga.Tapi, baru saja sendok Ara menyentuh bibirnya, suara melengking terdengar dari arah pintu restoran."Agaaaa!" panggil seorang gadis dengan nada manja, cukup keras hingga beberapa tamu menoleh.Ara langsung mendesah panjang, memutar bola matanya dengan ekspresi malas."Astaga, biang kerok datang juga," gumamnya ketus, jelas sekali ia tidak suka dengan kedatangan orang itu.Aga menghela napas. Senyum romantis yang tadi menghiasi wajahnya hilang seketika, berganti raut datar. Dia meremas lembut tangan Ara, mencoba menenangkan istrinya."Ngapain kamu di sini?" tanyanya dingin, tanpa basa-basi.Marsha mendengus, matanya berair. Tanpa meminta izin, ia langsung menarik kursi dan duduk di sebelah Aga, membuat beberapa tamu lain berbisik-bisik heran."Huaaa Aga, aku habis diperkosa!" teriaknya sa

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 99

    Sementara itu, di kamar yang berbeda, suasana jauh dari tawa bahagia pesta pernikahan.Terdengar suara teriakan begitu melengking memenuhi ruangan hotel yang sunyi."Huaaaaaaaaaa!" teriak seorang gadis, tubuhnya langsung meringkuk dan mengeratkan selimut menutupi dirinya. Matanya membelalak, air mata membanjiri wajahnya.Laki-laki yang tidur di sebelahnya tersentak bangun. Dengan mata masih sayu, ia mengucek wajahnya."Apa sih, berisik banget!" gumamnya setengah kesal, belum sepenuhnya sadar.Namun, seketika jantungnya berdegup keras saat sadar gadis itu—Marsha—menatapnya dengan tatapan penuh benci dan panik."Bangsattt! Apa yang kamu lakuin hah!" teriak Marsha, tubuhnya gemetar hebat.Tangannya menunjuk pria itu sambil bergetar, seolah melihat iblis di depan matanya."Kamu perkosa aku, huaaaaaa!" suaranya pecah, penuh tangis dan kemarahan.Rafi, pria yang dituduh, langsung membuka mata lebar. Seketika kantuknya hilang. Ia menatap Marsha dengan wa

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 98

    Pagi harinya, sinar matahari sudah menembus tirai kamar yang masih tertutup rapat. Ara menggeliat pelan, tubuhnya terasa pegal dan sedikit sakit. Ada rasa aneh, campuran letih sekaligus bahagia yang menyelimuti dirinya. ‘’Euughhh!’’Saat ia menoleh, ia mendapati Aga masih pulas tidur, dengan tangan kokoh yang melingkari pinggangnya dari belakang. Pelukan itu begitu hangat, seolah menolak untuk dilepaskan.Ara mengambil ponselnya dari meja samping, menyalakan layar, lalu membelalakkan mata. Jam sepuluh!“Aga,” panggil Ara pelan, suaranya masih setengah berbisik.“Hemmm,” sahut Aga malas, justru semakin memberatkan pelukannya seakan enggan dibangunkan.“Aga, bangun. Udah siang!” desak Ara sambil menoleh ke belakang.“Masih gelap, sayang,” jawab Aga setengah sadar.“Jam sepuluh, Ga!”“Masih subuh ini. Kamu lihat, masih gelap,” balasnya asal, matanya bahkan belum terbuka. Ara menghela napas berat, memutar bola matanya. “Gimana gak gelap, ho

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 97

    Waktu seolah berjalan lebih lambat ketika pintu kamar pengantin itu tertutup rapat. Suasana di luar sudah sepi, hanya ada denting samar-samar alat musik dari ballroom yang masih terdengar jauh. Namun di dalam kamar, keheningan bercampur dengan ketegangan manis menyelimuti Aga dan Ara.Ara berdiri kaku di dekat meja kecil yang penuh kelopak bunga mawar putih. Tangannya menggenggam ujung kebayanya erat-erat, wajahnya menunduk, pipinya memerah menahan rasa gugup. Ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri, begitu keras hingga seakan seluruh ruangan bisa merasakannya.Aga menatapnya tanpa berkedip. Pandangan matanya teduh, penuh cinta, sekaligus nakal yang membuat Ara semakin salah tingkah. Senyumnya perlahan merekah, dan langkah kakinya tenang mendekat ke arah sang istri.“Aga, jangan lihat aku begitu,” suara Ara bergetar, nyaris berbisik.Aga tersenyum semakin lebar, matanya tak lepas dari wajah Ara. “Kamu cantik, Ra,” ucapnya lirih, seakan ingin menegaskan bahwa kecantikan Ara buka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status