LOGINHari pernikahan semakin dekat, tetapi Raisa merasa Aksa terlalu sibuk sampai tidak ada waktu untuk fitting baju pengantin. "Ngikutin kamu aja, pasti pas, tubuhku nggak melar, kalau kamu baru perlu banget, soalnya kayaknya nambah chubby." "Tetep dong, harus dicoba dulu, kalau tiba-tiba nggak pas kan masih ada waktu dibenerin. Kamu tuh mau nikah kaya nggak niat banget." "Cuma masalah baju nggak usah heboh, kamu bisa datang dulu kan sama mama, aku tuh sibuk Raisa. Kamu ngertiin aku dong, tidak harus ke mana-mana berdua juga." Padahal baru ketemu setelah hampir satu minggu tidak bersua, tanggapannya tetap datar seperti ini. Raisa merasa Aksa tidak serius menikahinya. Padahal awalnya dia juga yang ngajak, kenapa jadi terkesan Raisa yang memaksa. Undangan sudah disebar, gedung resepsi juga sudah dipesan. Hari H tinggal menunggu hari, tetapi kenapa mendadak hati Raisa bimbang sekali. "Kamu ke butik dulu, nanti aku nyusul juga bisa. Nggak usah wara-wiri ke kantor. Belum jadi istri, n
Apa pun yang pernah terjadi di antara mereka sudah berlalu, saatnya hari ini menata lembaran baru. Masa lalu mereka memang kelam, tetapi setidaknya sekarang keduanya sama-sama memperbaiki untuk hidup lebih baik lagi. Apalagi sekarang ada Zea yang akan menjadi penyemangat cinta mereka. "Jangan seperti ini, kalau tiba-tiba ada Zea gimana?" Nada yang tengah sibuk di dapur kaget saat Saga langsung memeluknya dari belakang. "Palingan tanya, ayah sama Bunda lagi ngapain? Gitu keknya, terus mantengin kaya polisi kecil."Nada tengah menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga. Sementara Saga kebagian nimbrung dan ngrecokin saja. "Aku bantuin sayang, ini diapain?""Dikupas, terus dipotong dadu. Mau aku rebus soalnya, sama jagungnya juga.""Oke, ini terlalu mudah," jawab Saga membantunya. "Bunda, mau susu," pinta Zea menemui ibunya di dapur sembari menggendong bonekanya. "Ya, bentar, minta tolong ayah dulu buatin susunya." Nada sedang repot menyisir ayam yang hendak dimarinasi agar nanti m
"Sebenarnya itu sudah dari seminggu yang lalu Mas, jangan marah dulu. Aku nggak tahu maksudnya apaan tapi itu kiriman dari Aksa," jelas Nada tak menutupi lagi. Dari kemarin mau cerita ini takut banget Saga marah, ternyata beneran suaminya semarah ini. Bodohnya kenapa Nada malah lupa gegara kemarin sempat sakit, seharusnya dia buang saja sejak awal. Kalau sudah begini, wajar suaminya mencurigai. "Astaghfirullah ... hal kaya gini kok nggak ngomong. Sembarangan banget tuh cowok maunya apa sih. Kamu juga kenapa malah disimpen, niat mau buat kenang-kenangan," omel pria itu geram sendiri. Bisa-bisanya daleman mantan disimpan di rumahnya. "Aku nggak nyimpen, kemarin lupa, Mas tenang aja, aku nggak mungkin curang," jelas Nada setenang mungkin. Bagaimana dia bisa tenang, berani sekali kirim barang seperti ini pada istri orang. Siapa pun pasangan normal pasti akan meradang. Apalagi ada balon rasa-rasanya. "Oke nggak nyimpen, terus kenapa nggak ngomong. Udah dari seminggu yang lalu. Ka
"Masya Allah tabarakallah ... adik cantik, maaf kalau El nakal ya. Ini anaknya udah mau minta maaf nih," ucap Mom Ayra berjongkok mensejajarkan tubuh Zea. El kecil padahal sudah mau meminta maaf, tetapi malah Zea yang malu-malu mau. Memberengut sembari bersedekap dada, ujungnya ngumpet dibalik punggung ibunya. "Sayang, ini loh El-nya udah mau minta maaf," bujuk Bunda Nada pada putrinya. "Nggak mau," jawab Zea menggeleng pelan. Masih ngumpet dibalik tubuh ibundanya. "Mam, dia yang nggak mau," adu El tak mendapat respon baik dari dedek Zea. El yang jahil malah mengintip menggodanya, jadinya Zea semakin erat memeluk ibunya. "El, jangan digituin, kamu nih kalau dibilangin malah kesenengan." "El nggak nakal loh, cuma ini Zea-nya yang malu. Abang El udah ya," kata Bunda Nada tersenyum menginterupsi keduanya. "Aduh ... maaf ya Zea, El suka iseng." Mam Ayra sampai melotot ke arahnya. "Tidak apa, besok juga akur lagi." Bunda Nada menanggapi dengan senyuman, begitu pun deng
"Pelan-pelan Mas," lirih Nada memejam. Entah ini perasaan Nada saja atau bagaimana, suaminya sepertinya malam ini terlalu bersemangat hingga membuatnya sedikit kewalahan mengimbanginya. Apakah karena efek cemburu juga, jadi sedikit brutal. Atau memang karena baru absen sepekan makanya begini. "Maaf, apa aku menyakitimu?" tanya pria itu menatap lembut. Nada menggeleng, kembali memejam merasakan hujamam cinta darinya. Malam ini keduanya melakukan dengan penuh semangat dan lama. Sampai Nada nampak kesulitan berjalan paginya. Wanita itu kaget sendiri kala melihat gambar dirinya di cermin, banyak sekali sisa-sisa gemes suaminya semalam. Dia baru menyadari pagi ini ketika hendak membersihkan diri. Sepertinya Nada juga terlalu terlena menikmatinya. "Mandi Mas, gantian sana!" titah Nada setelah keluar dari bilik kamar mandi menemukan suaminya masih berbaring malas di ranjang. "Ya, tunggu aku Dek, kita jamaah," jawab Saga sedikit terlambat. Pagi ini tubuhnya begitu ringan dan nyaman. Efe
"Maaf ya, tadi lumayan antri, ini pesanan kamu sayang," ucap Saga mengingat tadi lama. Pria itu dari rumah ibunya langsung pulang mengingat sudah malam dan meninggalkan istrinya di rumah yang sedang tidak enak badan sendirian. Dia hanya mampir membeli pesanan Nada, tetapi berhubung antri jadinya lama. "Aku pikir ke mana, lama banget," keluh Nada masih mengganjal perasaannya. Gegara kiriman keramat tadi Nada jadi parnoan. "Ayo makan dulu, Zea mau nggak!" tawar pria itu mengingat putrinya baru selesai makan di rumah neneknya. "Nggak, kenyang Yah," tolak anak itu menggeleng sembari beranjak. Zea sudah makan dan berganti pakaian. Di sana Zea sangat diurusin, jadi tidak usah khawatir sama sekali kalau anaknya kenapa-napa. Oma Zee sangat menyayangi Zea dari lahir. "Zea sudah makan?" tanya Nada memastikan. "Sudah, tadi pas aku datang lagi disuapin mama. Malah tadi nggak mau pulang, tapi nanti takutnya kamu kepikiran. Besok kalau kamu masih belum vit biar mama yang jemput lagi, ng







