Share

Bab 6

Author: Arseno
Sekretaris wanita yang sejak tadi mendampingi akhirnya sadar dari keterkejutannya. Ia menutup mulutnya, lalu dengan suara bergetar bergumam, “Kejang… muntah darah… pernapasan terengah… Bukankah ini artinya sebentar lagi nyawa beliau bisa melayang?!”

Ia langsung menudingkan jarinya ke arah Tania dan berteriak penuh kemarahan, “Semua gara-gara kamu! Ini salahmu! Dia sudah bilang jangan sembarangan mengobati, tapi kamu masih keras kepala. Sekarang lihatlah! Semua gejala yang kamu abaikan benar-benar terjadi pada Bu Fransisca! Kalau sampai sesuatu yang buruk menimpa beliau, Crystal Group tidak akan pernah melepaskanmu begitu saja!”

Kata-kata itu membuat wajah Tania seketika memucat. Ia tahu betul, Crystal Group adalah raksasa finansial di Provinsi Grimstone, dengan pengaruh yang bahkan pejabat sekalipun segan. Ia seorang dokter kecil di pos kesehatan desa, mana mungkin mampu menanggung murka mereka?

“Aku… aku tidak… bukan aku... Aku tidak tahu apa-apa… bukan salahku….” ucapnya dengan nada ketakutan.

Tania panik, kedua tangannya terangkat gemetar seolah berusaha melepaskan diri dari tuduhan.

Orang-orang yang sejak tadi mengerumuni pun ikut mundur beberapa langkah, takut terseret tanggung jawab. Namun di saat semua menjauh, justru Federico maju dengan mantap.

Ia merogoh saku, mengeluarkan jarum akupuntur peraknya, lalu tanpa ragu menusukkannya ke titik bagian dada Fransisca.

“Lihat! Kalian semua jadi saksi!” Tania berseru dengan wajah lega, seakan menemukan jalan keluar. “Itu Federico! Dia yang menusuk pasien dengan jarumnya! Aku tidak melakukan apa pun! Kalau sampai pasien mati, semua tanggung jawab ada padanya, bukan aku!”

Ia mengulangnya dengan suara keras, bahkan melemparkan tatapan menghina ke arah Federico sambil menyeringai. “Anak ini memang suka cari muka. Mari kita lihat kali ini bagaimana ia menanggung akibatnya.”

“Pasien sudah sekarat, dan dia malah asal-asalan menusukkan jarum! Kalau sampai mati, biarlah dia yang menanggung semua!” Tania tertawa getir, seolah menunggu momen Federico jatuh.

Namun Federico tidak menggubrisnya. Ia hanya memejamkan mata, kedua jarinya menekan jarum, pikirannya sepenuhnya terserap pada ilmu Tabib Sakti Langit yang diwarisinya.

Gerakan tangannya cepat, presisi, dan penuh keyakinan.

Jarum-jarum menusuk bagaikan aliran air yang mengalir tanpa henti. Hingga akhirnya, sebuah jarum panjang menembus titik akupuntur di perut bawah Fransisca.

Tiba-tiba terdengar suara “Ughk!” Fransisca terbatuk keras, semburan darah hitam pekat keluar dari mulutnya.

Beberapa detik kemudian, matanya yang tadinya tertutup rapat terbuka kembali. Wajah yang sebelumnya membiru kini perlahan memerah, memulihkan pesona aslinya yang anggun.

“Ka… kau… yang menyelamatkanku. Terima kasih, anak muda…” Suara Fransisca serak, namun penuh ketulusan. Ia bahkan berusaha bangkit untuk memberi hormat kepada Federico.

Semua orang yang menyaksikan adegan itu terperangah, mata mereka membelalak tak percaya. “Dia… benar-benar hidup kembali! Ini mustahil… tapi aku melihatnya dengan mata kepala sendiri!"

"Sejak kapan Federico punya kemampuan sehebat ini? Ilmunya lebih hebat daripada dokter yang sekolah bertahun-tahun!”

"Ini menakjubkan!"

Komentar kagum mengalir dari kerumunan, membuat wajah Tania semakin kelam.

Kesempatan emas itu seharusnya miliknya. Kesempatan untuk mendapatkan perhatian Crystal Group. Namun kini, semuanya direbut Federico, bahkan membuat dirinya terlihat seperti seorang dokter tak berguna.

Tania merasa seolah pipinya ditampar berkali-kali, meski Federico sama sekali tidak meliriknya.

Federico hanya menatap Fransisca dengan tenang, lalu berkata pelan, “Jangan berterima kasih dulu, Nona Fransisca. Aku hanya membangunkanmu. Racun di dalam tubuhmu belum sepenuhnya hilang."

"Karena penanganan sebelumnya sempat salah, dan sudah lewat lumayan banyak waktu, sebagian racun sudah menyebar ke jantung dan paru-paru. Jarum akupunktur saja tidak cukup. Aku harus menggunakan metode lain untuk mengeluarkannya.”

"Harus pakai jarum, ditambah dengan dorongan dari luar, baru bisa dikeluarkan sepenuhnya."

Fransisca menegang, mata beningnya menatap penuh cemas. “Maksudmu… apa? Katakan saja. Aku akan menuruti apa pun syaratnya!”

Federico menganggukkan kepala, suaranya dalam, “Selain jarum, sisa racun harus dikeluarkan dengan cara dihisap melalui mulut. Tapi sebelumnya, aku harus menemukan titik gigitan atau luka awalnya.”

Federico terhenti sejenak, lalu alisnya mengernyit pelan. "Kalau aku tidak salah lihat, kau harusnya kena gigitan ular. Coba pikirkan baik-baik, apa sebelumnya kau pernah digigit ular di perjalanan?"

Fransisca menggigit bibirnya. Ia mencoba mengingat dengan seksama, lalu menggeleng. “Sepertinya tidak… aku sangat hati-hati di sepanjang jalan. Tidak ada ular, dan aku juga tidak merasakan sakit pada tangan maupun kaki.”

Untuk meyakinkan, ia bahkan melepas sepatunya, memperlihatkan kaki indahnya yang putih mulus. Sama sekali tidak ada luka. "Kalau pernah digigit, pasti akan sakit, lagian lihat, tidak ada luka sama sekali."

Federico mengernyit. “Kalau bukan di tangan dan kaki, berarti luka ada di tempat lain. Pikirkan lagi.”

Fransisca menggigit bibir bawahnya, berpikir sejenak, lalu tubuhnya bergetar halus. Wajahnya mendadak memerah. “Tidak mungkin… masa iya di… situ…”

Kata-katanya menggantung, suaranya semakin kecil hingga hampir tak terdengar.

Federico yang melihat gelagat itu langsung sadar mungkin dia tidak leluasa berkata jujur di depan umum. Jadi dia segera menoleh pada Tania. “Tolong kosongkan ruangan. Aku butuh tempat yang tenang dan privat untuk melanjutkan pengobatan.”

Tania tak berani membantah Fransisca, jadi ia dan sekretaris itu mengusir kerumunan keluar. Kini, di ruang kecil pos kesehatan desa itu hanya tersisa Federico dan Fransisca berdua.

Dengan suara lembut, Federico berkata, “Sekarang hanya ada kita berdua. Kau bisa jujur padaku.”

Fransisca menggigit bibirnya, wajahnya dipenuhi rasa canggung. Ia tahu, saat ini bukan waktunya untuk bersikap malu-malu, sehingga hanya bisa menundukkan kepala, suaranya lirih nyaris tak terdengar, “Waktu itu... di jalan... tiba-tiba aku merasa... ingin buang air kecil...”

Ia berhenti sejenak, lalu berdeham kecil sebelum melanjutkan, “Jadi... aku lari ke tempat yang penuh semak... lalu jongkok sebentar untuk... ya, untuk itu...”

Begitu kata-kata itu keluar, pipi Fransisca langsung merona. Ia memberanikan diri melirik Federico, namun pria itu tetap berwajah serius, suaranya tegas dan dalam, “Lalu bagaimana?”

“Lalu... lalu...” Fransisca semakin gelisah, napasnya tercekat. Ia batuk kecil untuk menutupi rasa malunya, kemudian berbisik, “Waktu itu... saat aku jongkok... rasanya seperti ada sesuatu yang menusukku...”

Ia buru-buru menambahkan, “Aku pikir itu cuma rumput yang agak tinggi, jadi pas aku jongkok, ya... tersentuh dan terasa menusuk... Cuma sakit sebentar saja... tapi setelah itu malah jadi agak gatal dan kesemutan. Itu... itu bukan karena digigit ular berbisa, kan?”

Mendengar penjelasan itu, alis Federico semakin berkerut. Suaranya terdengar berat penuh kewaspadaan, “Tidak... justru gejala yang kamu sebutkan sangat cocok dengan tanda-tanda gigitan ular berbisa. Biasanya, gigitan ular berbisa tidak terlalu sakit, karena racunnya langsung melumpuhkan saraf di sekitar luka. Jadi... dari apa yang kamu katakan, kemungkinan besar kamu memang tergigit ular waktu jongkok di semak itu.”

“A...apa?!” wajah Fransisca langsung pucat, matanya membesar karena panik. “Sungguh? Kalau begitu... apakah harus... harus diisap keluar?”

Federico terdiam sesaat, wajahnya ikut berubah kaku. Ia berdeham pelan, jelas terlihat canggung, sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Ya... racunnya harus segera disedot keluar... kalau tidak, berbahaya. Tapi...”

Ia menatapnya serius. “Untuk memastikan apakah benar itu gigitan ular... aku harus melihatnya langsung.”

“Ah!” Fransisca menjerit kecil tanpa sadar, wajahnya seketika memerah hebat. Rasa malu begitu menyesakkan, hingga ia tak berani mengangkat kepala untuk menatap Federico lagi...
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan yang Menyembuhkan   Bab 100

    Seketika, seluruh kerumunan terkejut luar biasa!Para kerabat keluarga Steven yang tadinya siap menyerang, langsung terpaku di tempat, semua terintimidasi.“Ya ampun… tadi terjadi apa? Apakah Federico benar-benar mematahkan gagang cangkul dengan tangan kosong? Kekuatan tangannya itu… terlalu mengerikan! Dia… dia kapan jadi sehebat ini?”Kerumunan gempar. Aisha melihat Federico berdiri gagah dan perkasa, hatinya dipenuhi rasa aman yang luar biasa.Bahkan Liana, ibunya, napasnya tersengal-sengal, mata memancarkan kilau kagum saat menatap Federico.Dulu, ia selalu memandang rendah Federico, si pemuda miskin, bahkan melarang putrinya terlalu dekat dengannya.Namun hari ini, semuanya berubah.Dalam waktu singkat, Federico sudah mengeluarkan delapan ratus juta untuk mereka, dan kini berhasil menakuti seluruh kerumunan seorang diri!Ini membuat semua orang harus menilai ulang pemuda ini,“Pemuda ini… dulu kenapa tidak terlihat tampan ya…?”“Tidak kusangka dia ternyata pria yang berwibawa, beg

  • Sentuhan yang Menyembuhkan   Bab 99

    “Ucapan orang tua, janji mak comblang, mahar sudah ditentukan! Aku menikahi menantuku secara sah dan resmi, membawanya ke rumah untuk malam pertama, apa urusanmu dengan itu? Kenapa harus kau campuri? Peuh!” Steven membentak dengan dingin.“Berapa harga mahar yang kamu berikan?” tanya Federico dengan dingin.“Dua puluh juta! Bagaimana? Dua puluh juta mahar? Hah! Untuk seorang wanita bekas seperti dia? Aku beri dua puluh juta, cukup untuk memberimu muka, kan?”Steven terlihat bangga, sementara Liana hanya bisa menunduk dengan pasrah mendengar itu.Steven langsung mengeluarkan selembar kartu bank dan melemparkannya ke wajah Federico, dengan nada dingin berkata, “Di sini ada empat puluh juta ribu! Uangnya, untukmu! Orangnya, untukku!”Sekali kata itu keluar, seluruh kerumunan langsung terkejut!“Astaga… empat puluh juta! Federico benar-benar murah hati!”“Gila! Sungguh gila!”“Biarpun! Terlalu dominan!”“Empat puluh juta! Berapa lama orang desa menyimpannya, belum tentu bisa terkumpul segi

  • Sentuhan yang Menyembuhkan   Bab 98

    Orang-orang di sekitar menggelengkan kepala, merasa iba pada Aisha.“Duh… lihat tatapannya, mana ada niat menaruh anaknya ke pelaminan?”“Saya rasa dia sendiri ingin loncat masuk ke pelukan Aisha dan tidak keluar!”“Bukan main, tatapannya itu, sudah menghayal Aisha dari atas sampai bawah berapa kali!”“Mana ada seorang ayah mertua melihat menantunya dengan tatapan seperti itu?”“Ini jelas niat tersembunyi, orang lain pun tahu!”“Kasihan Aisha, nanti pasti menderita…”“Apa bisa? Orang ini kan punya kekuatan keluarga besar…”“Di desa memang begitu, yang kuat menindas yang lemah…”Aisha tampak berat hati, tapi setelah berpikir sejenak, akhirnya ia mengangguk, “Demi Federico… aku mau melakukan apapun… Asal kau tidak menyusahkan Federico lagi, aku… aku setuju! Aku setuju, sekarang aku ikut kau…”Aisha menatap Steven dengan mata penuh air mata putus asa, berjalan pelan ke arah Steven.Tubuhnya yang menawan tetap memancarkan daya tarik meski dalam kesedihan.Rio menutup wajahnya yang bengkak

  • Sentuhan yang Menyembuhkan   Bab 97

    Baru saja Steven ditampar oleh Federico, ia sempat terdiam karena terkejut oleh aura dominan Federico. Namun sekarang, kesadarannya kembali, bagaimana mungkin ia membiarkan Federico begitu saja?Warga desa yang melihat pun ikut menahan napas, sementara Liana segera maju membela Federico, “Pak Kepala Desa, tolong tenangkan diri… saya percaya Federico tadi bukan sengaja menampar Anda. Anda juga lihat kan, tadi dia sedang sibuk menyelamatkan anak perempuan saya, mungkin karena tergesa-gesa ada kesalahan… Mohon maklumi, tenangkan diri… tenangkan diri.”Steven mendengar itu hanya menghembuskan napas dingin, “Tenangkan diri?Kau mau bantu aku tenangkan diri, atau mau anakmu yang menenangkan aku? Apakah kau pikir ini disengaja? Tidak peduli! Yang jelas dia menampar wajahku! Aku hidup puluhan tahun, siapa berani bicara keras padaku di desa ini? Hari ini kau menamparku di depan orang banyak, kalau aku tidak mengurusi dengan tuntas, nanti bagaimana aku bisa bertahan di desa ini?”Steven menunjuk

  • Sentuhan yang Menyembuhkan   Bab 96

    Aisha basah kuyup, setelah batuk beberapa kali tubuhnya menggigil kedinginan.Federico segera memeluk Aisha, menggunakan kehangatannya untuk menghangatkan tubuhnya.“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau begitu bodoh hingga mencoba mengakhiri hidupmu?” tanya Federico.Selain khawatir, Federico juga menampakkan wajah penuh teguran, “Kau tahu tidak, kalau kau sampai terjadi apa-apa, aku akan sangat hancur hatinya? Ah? Kau tahu tidak, betapa berharganya dirimu bagiku? Bagaimana bisa kau melakukan ini?”Semakin Federico berbicara, semakin emosional, hingga ia tak sengaja menggenggam bahu Aisha dan menggoyangnya perlahan, membuat tubuh Aisha berombak lagi…Mendengar kepedulian Federico, hati Aisha hangat kembali, air mata pun menetes lagi.“Federico… Aisha… Kak Aisha juga tidak ingin meninggalkanmu! Tapi… tapi Aisha tidak punya pilihan… mereka memaksaku… Memaksaku…” jawab AishaAisha menceritakan semuanya pada Federico, bagaimana orang tuanya mengikatnya, memaksanya menikah dengan anak bo

  • Sentuhan yang Menyembuhkan   Bab 95

    Air sungai terus meluap dari mulut Aisha.Federico menolehkan kepala Aisha ke samping, membiarkan air mengalir keluar, lalu segera menutup mulutnya dan meniupkan napas ke dalam lagi.Begitu seterusnya, wajah Aisha tetap pucat, membuat orang-orang di sekitarnya menegang dan mengepalkan tangan.Semua orang tahu, saat ini adalah momen paling krusial. Jika resusitasi jantung-paru tidak dilakukan tepat waktu, nyawanya pasti tidak terselamatkan.Namun, ketika semua orang diam-diam berdoa untuk Aisha, Steven melangkah maju dengan wajah gelap dan berkata dingin, “Federico, kau ini anak nakal! Siapa yang memberimu izin untuk menyentuh dada menantuku, mencium bibirnya?! Kau masih punya rasa malu, ya? Cepat lepaskan dia! Kalau mau menolong, bukannya hakmu. Kalau anakku yang bodoh nggak bisa, aku sebagai mertuanya juga bisa menolong dia!Cepat minggir! Biarkan aku yang menolong!”Steven menatap dada Aisha yang bergerak-gerak, ada kilasan niat jahat di matanya.Federico tetap tidak menghiraukan ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status