Di tengah perjalanan, Romi menyuruh berhenti di mini market untuk membeli cemilan ditemani oleh Irwan. Zimba tidak PD ikut keluar dengan pakaian laki-laki. Suasana mereka berdua pun semakin canggung, Morgan mengalihkan pembicaraan.
“Kamu tinggal di mana Zim?” “Aku ngekost!” Jawab Zimba dengan datar. Zimba tidak tahu akan dirinya selalu salah tingkah dan canggung di hadapan Morgan. Jarak tempuh ke Mall hanya 30 menit, berhubung macet mereka menghabiskan waktu untuk sampai 45 menit. Sepanjang perjalanan mereka bertiga bergurau kecuali Morgan yang hanya fokus menyetir dan sesekali memperhatikan Zimba dari kaca spion mobil dalam. Romi membantu Zimba membuka botol minumannya di pandangan Morgan mereka berdua sangat romantis. Morgan sengaja tiba-tiba ngerem mobilnya membuat Zimba hampir kejedot. Sepanjang perjalanan Romi memarahi abangnya. Sesampainya di mall mereka langsung mencari pakaian untuk Zimba. Romi menyuruh Zimba mencoba pakaian yang dia pilih di ruang ganti. Pada saat Zimba memasuki ruang ganti tersebut, tangan seseorang meraihnya untuk masuk ke dalam. Morgan menukar baju pilihannya untuk dipakai Zimba. Zimba telanjang bulat di hadapan Morgan menyuruh Morgan memakaian bra dan celana dalamnya. Zimba mengulurkan tanganya untuk meraba puting Zimba. Morgan dari belakang memeluk Zimba menghadap kaca, tangan kiri meremas payudara Zimba, tangan kanan meraba buah rambutan Zimba. Romi memasuki ruang ganti memanggil Zimba. Adegan mereka pun tergantung. Zimba menyahut supaya ditunggu di luar saja. “Kenapa lama sekali Zim?” “Tadi antre Rom.” Jawab Zimba terbata-bata. “Irwan sudah memesan makanan kita. Btw kenapa kamu tidak memakai baju yang aku pilih?” “Sedikit terbuka Rom, jadi aku lebih memilih ini.” “Sepertinya tadi kau ngk ada bawa baju yang lain?” Tanya Romi kebingungan. “Tadi ada pembeli mungkin kelupaan membawanya kembali jadi aku mencobanya ternyata cocok sama ku.” Jawab Zimba untuk menarik perhatian Romi dari kecurigaanya. Setelah selesai membayar pakaian Zimba. Mereka langsung samperin Irwan yang sudah memesan sushi untuk makan siang. Romi menelpon untuk menanyakan keberadaan abangnya di mana. Morgan tidak sengaja mengangkat telpon adiknya. Sudah merasa kelaparan mereka bertiga duluan makan, 10 menit kemudian abangnya menghampiri mereka. Romi yang cuek tidak marah karena sudah mengerti tingkah abangnya setiap diajak ke Mall pasti selalu lain arah. Kaki Morgan menyentuh-nyentuh kaki Zimba dari bawah meja. Mata Irwan melotot terbengong melihat Morgan yang ternyata salah sasaran. Romi melihat ke bawah meja. Romi sangat panik dan tidak percaya akan tingkah abangnya. Sushi nyangkut di tenggorokan Romi membuatnya tersedak. Romi membayangkan kalua abangnya suka dengan Irwan. Zimba hanya tersipu melihat suasana itu. Morgan mencari alasan kalua kakinya sedang gatal dan tidak sengaja akan hal itu. Zimba mengajak mereka untuk bermain Time Zone. Kehebohan Romi dan Irwan semakin membara dengan ajakan Zimba. Morgan hanya mengangguk kepalanya untuk ikut bergabung. Zimba pun menarik tangan Morgan untuk masuk ikut ke dalam. Zimba mengajak bermain street basketball yang kalah naik stroller coaster 4 kali putaran. Romi menyuruh abangnya masuk ke tim Zimba karena Romi tau abangnya pasti tidak ahli dengan hal itu. Jika bergabung dengan Irwan mereka berdua akan jelas kalah. Sebelum pulang ke kampus teman-teman satu kelas mereka sudah sering bermain ke tempat itu. Keseriusan mereka dalam bermain membuat keringatnya mulai bertamu. Romi yang selalu menyepelakan abangnya yang pendiam ternyata sangat ahli dalam hal permainan tersebut. Poin dari tim Zimba lebih banyak. Romi tidak mau kalah mengajak bermain sekali lagi. Romi memilih jenis permainan yang sulit, tidak sesuai dengan passion abangnya yaitu bowling. Ternyata poin tim Zimba yang selalu banyak. Sebelum permainan final mereka bermain capit boneka dulu. Permainan ini ahlinya adalah Romi. Setiap kali bermain, Zimba selalu mendapatkan boneka gratis dari Romi. Romi dan Morgan sangat bersaing bermain capit boneka. Romi mendapatkan tiga boneka. Morgan tidak mendapat apa-apa. Romi memberikan semuanya kepada Zimba. Irwan yang manja ikut juga cemburu karena tidak dapat apa-apa. Zimba pun memberikan satu boneka. Morgan menarik semua boneka itu dan memberikan kepada Irwan. Romi menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka bertiga. Permainan babak terakhir mereka mulai. Hukuman itu bukan hanya untuk Irwan dan Romi. Zimba juga ikut mengajak Morgan untuk ikut naik stroller coaster. Roda sudah mulai berputar secara berlahan-lahan jantung Zimba seakan-akan mau copot setelah roda meluncur ke bawah. Morgan memegang tangan Zimba dengan erat. Irwan mual-mual tidak sanggup lagi. Permainanya hanya dua kali putaran saja. Romi membantu Irwan membawanya ke kamar mandi. Zimba dan Morgan mencari minuman untuk Irwan. Mereka beristrahat di coffee shop. Irwan yang lemas tidak sanggup lagi berjalan. Romi menyuruh Morgan membawa duluan Irwan ke dalam mobil. Romi mengajak Zimba ke Ibox. “Untuk apa kita ke sana Rom?” Berpura-pura bertanya karena sudah tau niat Romi. Zimba dan Morgan saling melirik satu sama lain. Morgan memberikan kode, tangan kirinya menghempas-hempas menyuruh Zimba pergi ikut saja dengan Romi. Irwan yang sudah merangkul tangan kanan Morgan meletakkan kepalanya ke pundaknya. Zimba dan Romi keluar dari coffee shop menuju lantai 3 tempat toko penjualan hp. Ketika mereka keluar Zimba berpapasan dengan seorang perempuan beserta gengnya. “Zimba???? Ngapain kau di sini?” Tanya perempuan rambut pirang dan seksi. Zimba hanya melihat dengan muka marah meraih tangan Romi untuk segera pergi dari tempat itu. Perempuan itu langsung menarik baju Zimba. “Dasar perempuan jalang yang tidak tau diri!” Perempuan itu membisikkan kepada Zimba memberikan seluruh transferan orang tuanya. Zimba ingin sekali menjambak rambutnya. Zimba menahan emosinya karena sama saja akan mempermalukan dirinya juga. Morgan langsung mengajak Zimba agar segera pergi meninggalkan tempat itu juga. “Sepertinya kita pernah berjumpa di bar. Kau pria culun yang minum satu gelas langsung mabuk? Hahhahaha. Aku baru ingat.” Ucap perempuan itu menyentuh pipi Morgan. “Apakah kau mau bermain dengan ku lagi?” tanya perempuan itu. Morgan langsung menghempaskan tangan perempuan itu. Mereka berempat langsung pergi meninggalkan tempat itu karena orang semakin ramai melihatnya. Mereka menuju parkiran untuk pulang ke rumah. Zimba tidak mau ikut lagi ke rumah Romi. Zimba meminta nanti diberhentikan di halte saja. Sepanjang menuju perjalanan ke halte mereka hanya diam tidak berani membuka suara tentang masalah tersebut. Zimba menunggu bus di halte. Zimba merasa sangat malu dihadapan teman-temanya dan juga merasa terpukul mendengar Morgan sudah pernah bertemu dengan perempuan itu adalah kakak tirinya sendiri. Marah dan cemburu tercampur aduk di hati Zimba. Zimba menaiki bus menuju ke kostnya. Sesampainya Zimba langsung tiduran di atas kasur karena sudah merasa sangat lelah. ......Zimba termenung seandainya Morgan hadir pasti akan semakin seru lagi. Sampai kapan kerinduannya itu terus tertahan. Zimba tidak sadar sudah meminum beberapa gelas sampai kepalanya sudah mulai pusing. Irwan dan Romi masih asyik berjoget. Ini kesempatan besar untuk pria gatal itu menggodanya. Zimba tidak memberontak tetapi tertelan dengan godaan pria licik itu. "Kamu lagi kesepian yah???" Kata pria itu menyodorkan minuman ke Zimba. "Kamu????? Kamu siapa????" Zimba sudah mabuk. "Aku di sini mau menolong mu." Pria itu mengajak Zimba ke tempat lain. "Kita ke mana?" "Ke tempat paling nyaman." Pria itu membawa ke tempat khusus di mana para laki-laki dan wanita sedang mabuk-mabukan dan juga bermain-main kuda-kudaan. Pintu terbuka. Kumpulan mereka sangat terpana, kali ini mangsanya berbeda sangat mulus, cantik dan montok. Zimba diletakkan di tengah para laki-laki untuk menggodanya diajak minum sampai benar-benar mabuk jika bisa sampai pingsan. Berjalannya acara salah sa
Zimba merasakan belaian itu di seluruh tubuhnya. Nafsu Zimba sangat berapi-api ia juga membalas belaian itu ke Morgan. Mereka beradu cumbu mesra. Saatnya mereka akan beradu adegan. Bunyi-bunyi itu sangat nyaring terdengar. Zimba membuka matanya ternyata semua itu hanya mimpi. Zimba sangat berharap itu semua nyata. Zimba mengelus-elus wajah Morgan lewat ponselnya untuk melepas kerinduan. Untuk memulai aktivitasnya Zimba mandi terlebih dahulu. Kebiasaan di kostnya dulu setiap hari libur selalu merapikan tempat tidurnya. Zimba sudah terbiasa walau tinggal di rumah Morgan tetap jiwa itu melekat. Pagi yang cerah sangat cocok memasak pancake. Zimba mencari semua bahan-bahan yang dibutuhkan di kulkas dan lemari. Zimba mengerjakan semua dari pada mengajak mereka berdua nanti malah menambah pekerjaan lagi. Sedikit melelehkan tetapi Zimba sangat senang dalam hal memasak. Setelah pencakenya matang Zimba melanjutkan membuat susu. Semua sudah kelar Zimba membangunkan Romi dan Irwan. Mer
Ibu Bob sangat berharap Zimba berjodoh dengan anaknya. Sampai sekarang Ibunya masih salah paham terhadap Zimba dan Bob. Ibunya berpikir mereka pacaran. “Kapan kalian berdua minta restu sama Ibu? Selagi Ibu masih hidup.”“Restu apa mama? Tanya Bob.(Ibunya melirik ke Zimba.)“Mama jangan salah paham. Kami hanya sebatas teman saja.”“Ibu sudah ada calon menantu yang lain. He he he he.” Zimba tertawa supaya tidak tegang.“Siapa?”(Bob sudah membuat gerak-gerik untuk tidak diceritakan tentang pacarnya akan tetapi Zimba tetap membahasnya.)“Bob belum mengenalinya sama Ibu?” Lanjut Zimba.“Belum. siapa nak?.”"Ada Bu. Mahasiswa kam..." Bob menyumpal mulut Zimba untuk tidak melanjutkan perkataannya."Yah sudah tidak usah dilanjut." Ibunya menghentikan mereka.Bob masih belum ingin memperkenalkan pacarnya ke orang tuanya. Bob tidak ingin memberikan kekecewaan yang menurut dia itu masih dini untuk diberitahukan. Bob ingin orang tuanya hanya memandang kefokusannya dalam proses kuliah.....Mer
“Keren bangattttt.” Irwan tidak sabar membuka kotak kadonya. “Tas Hermes???” Irwan shok.“Yang ulang tahun siapa? Yang unboxing siapa?” Ibunya menarik telinga Irwan.“Iya iya Maaf mama.”“Oh iya. Ini anak pertama tante.” Memperkenalkan ke Zimba.Mereka saling salaman. Romi tidak perlu lagi karena sudah saling kenal. Jiwa kegatalan Zimba merana melihat saudara Irwan juga tak kalah dengan kagantengannya. “Kalian pasti sudah lapar kan? Tante tadi ada masak rendang sama ayam gulai.”“Tidak perlu repot-repot Tan. Kami tidak bisa lama-lama mau pergi ke rumah teman lagi. Orang tuanya lagi datang dari kampung jadi mau silaturahmi juga ke sana. Kamu ikut enggak?” Romi mengajak Irwan.“Ikutlah. Aku sekalian ke rumah Romi lagi nginap yah Ma. Tunggu dulu aku ganti baju” Irwan masuk ke dalam kamarnya.“Kalau begitu tante bungkus saja. Biasanya kamu suka rendang masakan tante.” “Iya. Tidak apa-apa Tan.”Ibu Irwan menyiapkan ke dapur. “Bagaimana pekerjaanya bang? Lancar?” Tanya Romi ke Ari abangn
Romi masih tetap membujuk Zimba agar tidak pulang.“Sampai besok saja kamu menemani aku. Nanti sore pekerja pulang karena besok libur.” Romi mengembalikan tas Zimba ke dalam kamar.“Kamu tinggal memerintahkan mereka. Sini tas ku.” Merampas tasnya.“Aku sudah bilang. Tidak perlu merasa bersalah. Pergi bukan jalan satu-satunya melupakan masalah ini. Kamu ngerti enggak??” Romi mengeluarkan sifat dewasanya.“Kamu tidak bisa pergi selama abang ku belum datang.” Tegas Romi lagi.(Zimba menangis.)“Sudah. Kamu tidak usah menangis.” Memeluk Zimba.“Hari ini kita lupakan saja Lebih baik kita memikirkan hari esok saja.” “Tumben kamu dewasa.” Zimba memukul pelan dada Romi.“Kamu istrahat saja. Nanti malam kita pergi ke rumah Irwan sekaligus ke tempat Bob.”“Ngapain ke sana?” “Mau kasih kado buat mama Irwan. Orang tua Bob kan sudah sampai, kita juga harus menyapanya. Aku mau istrahat juga yah.” Romi kembali ke kamarnya.……Sore menjelang malam pun tiba. Romi terbangun karena pembantu menggedor
Hari ini hari yang sangat membosankan. Zimba menyuguhkan susu dan roti untuk sarapan mereka. Romi sedang berenang Zimba pun membawanya ke sana. Cuaca yang gerah Zimba ingin ikut melompat ke kolam namun Zimba sedikit trauma dengan tragedi tenggelam.Romi sudah membujuk agar ikut saja nanti akan dibantu. Zimba masih tetap tidak mau. Semakin mendengar deruan air Zimba semakin ingin beranjak. Zimba pun mengganti pakaiannya ke rumah. Zimba hanya berenang di pingir-pinggir kolam yang terdangkal karena semakin ke tengah kolam akan semakin dalam. Romi memegang tangan Zimba melatihnya berenang. Pelan-pelan Romi membawa ke area terdalam kolam. Jika Zimba yang tenang tidak memikirkan hal negatif yang dapat mencelakainya semua bisa dilalui. Zimba heran kenapa dirinya bisa. Romi membanggakan dirinya semua berkat bantuannya. Zimba lagak berani sendiri berenang ehhhh masih belum jauh dirinya hampir tenggelam. Jika Romi tidak cepat menggapai tangannya bisa saja dia nyungsep.“Jangan berlagak pinta