Zimba melepas hpnya dari charger. Zimba tidak mendengar dari tadi ada notif wa. Setelah Zimba membaca pesan yang masuk, ia segera keluar melihat ke depan kostnya. Zimba tidak menduga barang yang dibeli Romi sebanyak itu. Zimba tersipu ketika melihat pembalut yang Romi beli dua pack tidak terpakai karena Zimba tidak memakai pantyliner.
Zimba melanjutkan belajar untuk membahas mater-materi mata kuliah untuk besok. Tidak terasa waktu hingga pukul 22.30 wib, Zimba pergi ke kamar mandi gosok gigi dan cuci muka. Zimba duduk di atas meja rias memakai skincare. Pada saat mematikan lampu Zimba teringat akan flashdisknya. Zimba menghidupkan lampunya kembali mengecek semua tas tidak ada juga. Melihat di kantong celananya juga tidak ada. Terakhir Zimba melihat di tas laptop tidak ada juga. Zimba mengingat-ingat kembali ternyata ketinggalan di kamar Morgan. Zimba menelpon Morgan lewat wa nomornya tidak aktif. Mencoba menghubungi dari telpon biasa juga tidak aktif. Zimba sangat malu jika Morgan melihat semua isi dari fd itu. Zimba sangat berharap Morgan tidak mengetahui letak fd itu berada. Zimba sudah sangat merasa ngantuk membaringkan tubuhnya di atas Kasur. Dari luar terdengar seseorang mengetuk pintunya dia sangat berharap itu Morgan. Zimba mengintip dari kaca jendela ternyata orang yang membuat Zimba selalu jengkel. Zimba sangat berat hati membuka pintu itu, jika Zimba berpura-pura tidak membukan pintu akan menggangu tetangganya. Zimba langsung tiduran sama sekali tidak menyapa kakak tirinya. Zimba membiarkan kakaknya berbuat apa di kostnya sesuka hati. Zimba sudah capek berurusan dengan kakaknya. Tiga kali sebulan Zimba pasti berpinda-pindah kost karena sering berantam dengan kakak tirinya, sekarang Zimba mencoba untuk bersabar diam karena sudah capek di fase itu saja. Ratna kakak tirinya mencari dompet Zimba melihat uang tinggal Rp 150.000 mengambil semua lalu mencampakkan dompet itu ke kepala Zimba saat tiduran. Zimba merasa kesakitan tetapi tetap diam. Setiap kali kakak tirinya datang ke kost Zimba hanya untuk meminta duit, jika tidak diberikan Ratna akan mengamuk. Ratna sering memukul dan menjambak Zimba. Ibu kostnya dulu sering mengusirnya karena mengganggu tetangga kamarnya. Ratna melihat barang-barang yang dibeli Morgan membuatnya curiga, pikirnya Zimba tidak pernah belanja sebanyak ini. Ratna berpikir uang yang ditransfer orang tuanya di foya-foyakan Zimba. Ratna menarik selimut lalu menjambak rambut Zimba. “Hei kau tidak usah pura-pura tidur.” Lanjut ucap Ratna menyumpal mulut Zimba. “Kau anak dan Ibu mu tidak tau diri! Menumpang di kehidupan keluarga ku karena kehadiran kalian hidup ku menjadi wanita malam. Semua penghasilan Ayah ku hanya untuk uang kuliah mu.” Ratna meletakkan hp nya di atas meja memaksa Zimba membuka pakaiannya. Zimba melawan berhasil melarikan diri ke kamar mandi. Ratna yang menggedor-gedor pintu itu. Zimba menghidupkan keran air supaya tidak mendengar makian kakaknya. Zimba menangis meratapi nasibnya yang pilu ketika hatinya mencoba ingin berdamai tetapi cobaan itu selalu menghampirinya. Zimba anak tunggal yang selalu dimanja oleh Ibunya dulu. Semua berubah 100% setelah Ibunya menikah lagi. Zimba yang sekarang banyak menanggung beban. Ketika SMA Zimba dan Ratna pernah ngekost bersama-sama. Ratna yang dulu sangat baik kepada Zimba tetapi karena pergaulannya sangat bebas sifatnya berubah. Semenjak Zimba masuk Kuliah Ratna sangat iri sementara Ratna tidak tamat SMA karena dipecat dari tiga sekolah. Setiap hari Ratna pulang ke kost pukul 12.00 malam terkadang 02.00 pagi. Ratna selalu menyuruh Zimba untuk merahasiakan kepada orang tua mereka. Ratna sering tidak masuk ke sekolah alasan sakit. Ratna sering membawa cowok secara bergantian ke kost mereka. Zimba juga sering tidur di bawah tempat tidur karena kakaknya tidur bareng dengan laki-lakinya di kasur. Setiap malam Zimba sudah tidak heran lagi melihat kakaknya selalu berhubungan intim. Hampir setiap hari Zimba melihat yang seperti itu. Seiring berjalanya waktu, Ratna ketahuan oleh gurunya ngedugem di bar. Kemarahan Ratna kepada Zimba saat mendengar info itu dikasih tau oleh adiknya ke guru. Ratna sangat malu karena semua satu sekolah mendengar berita keburukannya. Zimba bergegas pulang ke kost karena mendengar gosip-gosip tentang kakaknya. Zimba melihat mobil ayahnya sudah terparkir di depan kost mereka. Zimba sangat khawatir kepada kakaknya. Pada saat Zimba masuk ke dalam Ibunya langsung menamparinya dan menyalahkan Zimba sudah menyebarkan informasi buruk tentang kakaknya. Tamparan itu seharusnya bukan untuk dirinya tetapi untuk kakaknya. Zimba sangat tidak mengerti melihat situasi itu. Zimba ingin menjelaskan semuanya tetapi kakaknya terus berpura-pura menangis membuat alasan untuk menjatuhkan adiknya sendiri. Semenjak kejadian itu Zimba jarang pulang ke rumah orang tuanya. Ratna sudah dipindahkan ke sekolah lain begitu juga Ratna tidak satu kost lagi dengan Zimba. Sebulan kemudian Zimba tetap menjalani aktivitasnya belajar dan belajar. Zimba setiap semester selalu mendapatkan juara satu. Sepulang dari sekolah Zimba dikejutkan oleh dua pria yang menyekapnya di kost. Zimba dipaksa membuka semua pakaiannya lalu memperkosanya. Zimba sangat kecewa dan terpukul saat dua pria itu merusak tubuhnya Ratna ikut serta memvideo. Semua itu sudah direncanakan Ratna untuk menghasilkan uang dengan cara menjual Zimba lewat video pornonya. Zimba menceritakan semua itu kepada ibunya agar dituntut ke pengadilan tetapi ibunya malah tidak percaya dan menyuruh Zimba untuk tetap diam saja karena itu akan merusak hubungan kekeluargaan mereka. Semenjak masalah itu muncul Zimba tidak pernah menginjak rumah orang tuanya hingga sekarang Zimba sudah kuliah. Zimba hanya memberikan kabar lewat telepon saja. Setelah kakaknya sudah pergi dari kost. Zimba keluar dari kamar mandi. Zimba melihat belanjaan yang dibeli Morgan sebagian dibawa oleh kakaknya. Zimba mengelus-elus dadanya saat membereskan kembali barang-barang yang diberantakin oleh kakaknya. Tetangga kost Zimba mengetuk pintu kamarnya. Zimba meminta maaf atas kejadian itu tetapi Sita tetangganya sangat baik. Sita hanya melihat keadaan Zimba. Sita menyuruh Zimba agar pindah kamar ke ujung karena di sana sedikit tertutup. Jika kakaknya datang kembali tidak akan mengetahui keberadaannya. Zimba mengatakan kamar itu masih berisi. Sita melihat kemarin orang yang menempatinya sudah pindah. Zimba pun langsung mengkonfirmasi kepada Ibu kostnya. Zimba kembali istirahat karena besok masih harus cepat bangun pergi ke kampus. keesokan harinya Zimba sudah bangun pukul tengah enam untuk memasak bekalnya ke kampus. Zimba langsung cepat-cepat mandi dan merias wajahnya karena ia trauma dengan terlambat. Zimba memutuskan naik angkot tetapi ia teringat duitnya sudah habis. Zimba memutuskan untuk berjalan kaki saja. Romi menghentikan mobilnya untuk menyuruh Zimba masuk ke dalam. Ketika Zimba membuka mobilnya ternyata ada Morgan di dalam mengantarkan adiknya ke kampus. .........Zimba termenung seandainya Morgan hadir pasti akan semakin seru lagi. Sampai kapan kerinduannya itu terus tertahan. Zimba tidak sadar sudah meminum beberapa gelas sampai kepalanya sudah mulai pusing. Irwan dan Romi masih asyik berjoget. Ini kesempatan besar untuk pria gatal itu menggodanya. Zimba tidak memberontak tetapi tertelan dengan godaan pria licik itu. "Kamu lagi kesepian yah???" Kata pria itu menyodorkan minuman ke Zimba. "Kamu????? Kamu siapa????" Zimba sudah mabuk. "Aku di sini mau menolong mu." Pria itu mengajak Zimba ke tempat lain. "Kita ke mana?" "Ke tempat paling nyaman." Pria itu membawa ke tempat khusus di mana para laki-laki dan wanita sedang mabuk-mabukan dan juga bermain-main kuda-kudaan. Pintu terbuka. Kumpulan mereka sangat terpana, kali ini mangsanya berbeda sangat mulus, cantik dan montok. Zimba diletakkan di tengah para laki-laki untuk menggodanya diajak minum sampai benar-benar mabuk jika bisa sampai pingsan. Berjalannya acara salah sa
Zimba merasakan belaian itu di seluruh tubuhnya. Nafsu Zimba sangat berapi-api ia juga membalas belaian itu ke Morgan. Mereka beradu cumbu mesra. Saatnya mereka akan beradu adegan. Bunyi-bunyi itu sangat nyaring terdengar. Zimba membuka matanya ternyata semua itu hanya mimpi. Zimba sangat berharap itu semua nyata. Zimba mengelus-elus wajah Morgan lewat ponselnya untuk melepas kerinduan. Untuk memulai aktivitasnya Zimba mandi terlebih dahulu. Kebiasaan di kostnya dulu setiap hari libur selalu merapikan tempat tidurnya. Zimba sudah terbiasa walau tinggal di rumah Morgan tetap jiwa itu melekat. Pagi yang cerah sangat cocok memasak pancake. Zimba mencari semua bahan-bahan yang dibutuhkan di kulkas dan lemari. Zimba mengerjakan semua dari pada mengajak mereka berdua nanti malah menambah pekerjaan lagi. Sedikit melelehkan tetapi Zimba sangat senang dalam hal memasak. Setelah pencakenya matang Zimba melanjutkan membuat susu. Semua sudah kelar Zimba membangunkan Romi dan Irwan. Mer
Ibu Bob sangat berharap Zimba berjodoh dengan anaknya. Sampai sekarang Ibunya masih salah paham terhadap Zimba dan Bob. Ibunya berpikir mereka pacaran. “Kapan kalian berdua minta restu sama Ibu? Selagi Ibu masih hidup.”“Restu apa mama? Tanya Bob.(Ibunya melirik ke Zimba.)“Mama jangan salah paham. Kami hanya sebatas teman saja.”“Ibu sudah ada calon menantu yang lain. He he he he.” Zimba tertawa supaya tidak tegang.“Siapa?”(Bob sudah membuat gerak-gerik untuk tidak diceritakan tentang pacarnya akan tetapi Zimba tetap membahasnya.)“Bob belum mengenalinya sama Ibu?” Lanjut Zimba.“Belum. siapa nak?.”"Ada Bu. Mahasiswa kam..." Bob menyumpal mulut Zimba untuk tidak melanjutkan perkataannya."Yah sudah tidak usah dilanjut." Ibunya menghentikan mereka.Bob masih belum ingin memperkenalkan pacarnya ke orang tuanya. Bob tidak ingin memberikan kekecewaan yang menurut dia itu masih dini untuk diberitahukan. Bob ingin orang tuanya hanya memandang kefokusannya dalam proses kuliah.....Mer
“Keren bangattttt.” Irwan tidak sabar membuka kotak kadonya. “Tas Hermes???” Irwan shok.“Yang ulang tahun siapa? Yang unboxing siapa?” Ibunya menarik telinga Irwan.“Iya iya Maaf mama.”“Oh iya. Ini anak pertama tante.” Memperkenalkan ke Zimba.Mereka saling salaman. Romi tidak perlu lagi karena sudah saling kenal. Jiwa kegatalan Zimba merana melihat saudara Irwan juga tak kalah dengan kagantengannya. “Kalian pasti sudah lapar kan? Tante tadi ada masak rendang sama ayam gulai.”“Tidak perlu repot-repot Tan. Kami tidak bisa lama-lama mau pergi ke rumah teman lagi. Orang tuanya lagi datang dari kampung jadi mau silaturahmi juga ke sana. Kamu ikut enggak?” Romi mengajak Irwan.“Ikutlah. Aku sekalian ke rumah Romi lagi nginap yah Ma. Tunggu dulu aku ganti baju” Irwan masuk ke dalam kamarnya.“Kalau begitu tante bungkus saja. Biasanya kamu suka rendang masakan tante.” “Iya. Tidak apa-apa Tan.”Ibu Irwan menyiapkan ke dapur. “Bagaimana pekerjaanya bang? Lancar?” Tanya Romi ke Ari abangn
Romi masih tetap membujuk Zimba agar tidak pulang.“Sampai besok saja kamu menemani aku. Nanti sore pekerja pulang karena besok libur.” Romi mengembalikan tas Zimba ke dalam kamar.“Kamu tinggal memerintahkan mereka. Sini tas ku.” Merampas tasnya.“Aku sudah bilang. Tidak perlu merasa bersalah. Pergi bukan jalan satu-satunya melupakan masalah ini. Kamu ngerti enggak??” Romi mengeluarkan sifat dewasanya.“Kamu tidak bisa pergi selama abang ku belum datang.” Tegas Romi lagi.(Zimba menangis.)“Sudah. Kamu tidak usah menangis.” Memeluk Zimba.“Hari ini kita lupakan saja Lebih baik kita memikirkan hari esok saja.” “Tumben kamu dewasa.” Zimba memukul pelan dada Romi.“Kamu istrahat saja. Nanti malam kita pergi ke rumah Irwan sekaligus ke tempat Bob.”“Ngapain ke sana?” “Mau kasih kado buat mama Irwan. Orang tua Bob kan sudah sampai, kita juga harus menyapanya. Aku mau istrahat juga yah.” Romi kembali ke kamarnya.……Sore menjelang malam pun tiba. Romi terbangun karena pembantu menggedor
Hari ini hari yang sangat membosankan. Zimba menyuguhkan susu dan roti untuk sarapan mereka. Romi sedang berenang Zimba pun membawanya ke sana. Cuaca yang gerah Zimba ingin ikut melompat ke kolam namun Zimba sedikit trauma dengan tragedi tenggelam.Romi sudah membujuk agar ikut saja nanti akan dibantu. Zimba masih tetap tidak mau. Semakin mendengar deruan air Zimba semakin ingin beranjak. Zimba pun mengganti pakaiannya ke rumah. Zimba hanya berenang di pingir-pinggir kolam yang terdangkal karena semakin ke tengah kolam akan semakin dalam. Romi memegang tangan Zimba melatihnya berenang. Pelan-pelan Romi membawa ke area terdalam kolam. Jika Zimba yang tenang tidak memikirkan hal negatif yang dapat mencelakainya semua bisa dilalui. Zimba heran kenapa dirinya bisa. Romi membanggakan dirinya semua berkat bantuannya. Zimba lagak berani sendiri berenang ehhhh masih belum jauh dirinya hampir tenggelam. Jika Romi tidak cepat menggapai tangannya bisa saja dia nyungsep.“Jangan berlagak pinta