Share

Positif

last update Last Updated: 2023-06-21 05:57:26

#Sepupu _dari_Kampung

Bab 6

Positif

Neni memejamkan matanya. Dadanya berdebar-debar. Di tangannya ada sebuah testpack yang sudah terpakai. Neni sangat tegang untuk mengetahui hasilnya.

Sengaja dia dan pacarnya, Ega, menyewa kamar hotel hanya untuk melakukan tes kehamilan ini. Neni merasa bingung harus melakukan tes di mana. Kalau di rumah, takut ketahuan Ibunya. Kalau di tempat kontrakan Ega, banyak temannya, karena Ega mengontrak rumah patungan dengan beberapa teman kampusnya.

Pelan, Neni membuka mata. Sorotnya langsung tertuju pada benda putih yang dia pegang. Nafas Neni memburu, tubuhnya bergetar menatap garis dua terpampang di benda putih itu.

"Dua garis ... Positif ..."

Lemas badan Neni. Huhuhu gadis itu menangis sesenggukan. Kebingungan menguasai pikiran gadis belia itu. Bagaimana dia harus bilang pada orang tuanya? "Pasti Mama sama Papa marah! Aduh gimana ini?" Neni menggigit bibirnya.

"Ega!"

Keluar dari toilet, Neni memanggil kekasihnya yang sedang rebahan dan menonton televisi. Ega menoleh sekilas, kemudian kembali menatap televisi. Remote control ada di atas perutnya.

Neni duduk di tepi ranjang, tepat menghadap Ega. Buk! Tangan Neni memukul paha Ega. Lelaki muda itu meringis, kemudian pindah pada posisi duduk di kasur.

"Kenapa?" Kening Ega mengerut.

"Aku hamil, Ga!" Neni menunjukkan testpack dengan dua garis ke muka Ega. Kekasihnya itu melotot pada benda putih di depannya.

"Kok bisa?!" Ega terkejut.

"Ya bisa dong! Aku perempuan, kamu laki-laki, kita udah berhubungan badan, gimana sih?" Neni berujar kesal. Ega ini bego atau pura-pura bego? Batinnya jengkel.

"M_maksudku, kan kita baru beberapa kali melakukannya. Nggak setiap hari juga!" Ega masih sangsi.

"Mana kutahu! Mungkin saat itu aku sedang subur, dan kondisi kamu lagi fit, Ga!"

"Terus gimana?" Ega menatap Neni melongo.

"Ya kamu harus tanggung jawab."

"Maksudnya?"

"Kita menikah, oon!" Neni mendelik.

Ega terdiam, pun Neni. Keduanya sedang larut dalam pikiran masing-masing. Ini adalah kesalahan fatal. Mereka belum menikah tapi sudah berhubungan terlalu jauh.

Cinta di usia muda menghadirkan hasrat yang menggelora. Kedua insan dimabuk asmara tak berpikir panjang melakukan perbuatan zina. Apa akibat yang akan terjadi, pikir nanti.

Seperti Ega dan Neni. Meradukan cinta dalam kehangatan, meski belum saatnya. Sekarang, mereka menuai akibatnya. Sama-sama masih kuliah. Keuangan masih disokong orang tua, bagaimana bila mendadak punya anak?

Belum lagi mencari cara untuk berterus terang kepada keluarga. Amarah dan murka orang tua, pasti akan mereka dapatkan. Terutama Neni. Sebagai pihak perempuan, pasti lebih dirugikan.

Aib berdua, tapi laki-laki lebih beruntung. Lelaki brengsek, bisa saja kabur setelah mengetahui pasangan non halalnya hamil. Kalau perempuan mau menyembunyikan aib bagaimana? Perut yang membesar, tidak dapat ditutupi. Cemooh akan dia dapat. Mempermalukan keluarga? Sudah jelas!

"A_aku belum siap menikah, Nen ..." Ucap Ega lirih. Neni menoleh, dilihatnya Ega tertunduk lesu.

"Kau pikir aku siap? Aku bingung banget. Aku takut sama Papaku," bibir Neni bergumam. Hening ...

"Kita harus cari jalan lain." Ega beringsut mendekat pada Neni, lelaki itu merapatkan tubuh pada kekasihnya. Tangan Ega, melingkar di bahu Neni.

"Maksudmu?" Suara Neni datar.

"Sudah berapa lama kamu telat?"

"Aku lupa pastinya. Mungkin sekitar dua mingguannya," jawab Neni. Gadis itu membaringkan kepalanya di bahu Ega. Air mata Neni menetes. Sepertinya dia sedang menyesali semua yang terjadi.

"Bagaimana kalau kita gugurkan saja anak itu?" Ucap Ega tak disangka sangka. Neni auto terkejut. Ditariknya kepala menjauh dari bahu Ega. 'ngomong apa Ega ini, kok tega sekali. Ini kan anaknya'

"Menggugurkan kandungan? Gila kamu!" Neni mendorong tubuh Ega kuat. Rasa kesalnya memuncak. 'enak sekali dia, mau lepas tanggung jawab!' nggak bisa!

"Tenang dulu, Nen ..." Ega menatap lurus kekasihnya. Untuk saat ini, pikiran Ega hanya satu. Bagaimana caranya dia tidak menikahi Neni secepat itu. Ega masih ingin menikmati masa mudanya lebih lama. Usianya baru dua puluh, terlalu muda untuk menjadi seorang ayah.

"Masalahnya kan ada di situ," Ega menunjuk perut Neni, " kamu telat, Nen. Kalau sudah dukeluarin, kan selesai itu masalah. Kita bisa pacaran lagi, nyelesain kuliah, bekerja, baru menikah. Betul nggak?" Ega menganggukkan kepalanya. Neni masih menatapnya tajam. Gadis itu geram setengah mati rupanya. Mulut Ega ini lemes banget. Menggugurkan kandungan tidak semudah mulut bicara. Salah-salah, nyawa bisa melayang.

"Kita akan cari cara teraman, Nen. Kamu tidak akan apa-apa, percaya lah. Aku sayang sama kamu ..." Seperti tahu apa yang sedang dipikirkan Neni, Ega berusaha meyakinkan gadisnya. Bahwa semua akan baik-baik saja.

Neni berpikir, omongan Ega ada benarnya juga. Kalau dia hamil, masalahnya panjang. Tapi, kalau digugurkan, semuanya selesai. Dia bisa menjalani hidup dengan normal lagi. 'Mama dan Papa tak perlu tahu. Ini rahasia.'

Dengan menghela nafas berat, Neni pun mengangguk. Dia setuju dengan usulan Ega. Senyum lega Ega mengembang. Sekali rengkuh, tubuh Neni, kembali dalam dekapannya. Mereka, menghabiskan hari ini di dalam kamar hotel.

Memang bejad!

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sepupu dari Kampung    End// Bahagia untuk Riri

    #Sepupu _dari_KampungBab 50Bahagia untuk RiriDi sebuah hotel yang tidak begitu mewah, dua orang berbadan atletis dan berpostur tinggi tampak mendatangi. Keduanya berpakaian sama yaitu setelah jas dan celana berwarna hitam. Rambut mereka disisir rapi semua hingga menampakkan wajah yang tampan. Dua perempuan penjaga resepsionis berdiri menyambut. Mereka bertanya tanya siapa sebenarnya tamu yang tak biasa ini. Dinar yang kebetulan incharge siang ini tiba-tiba merasa was-was. "Selamat siang ada yang bisa dibantu?" Anita menyapa dengan ramah. Anton mendekat ke meja resepsionis. "Kami detektif swasta, sedang mencari informasi. Mohon Anda berdua menjawab pertanyaan kami dengan jujur," kata Anton dengan suara tegas. Anita dan Dinar berdiri sejajar dengan tegang, mereka sempat saling menatap tadi. Lewat pandangan mata, Dinar dan Anita seperti saling bertanya, "ada apa?""Apakah orang ini pernah menginap di hotel ini?" Arman menunjukkan foto wajah Vivian. Anita dan Dinar mendekat dan m

  • Sepupu dari Kampung    Tak ada ampun

    #Sepupu _dari_KampungBab 49Pembalasan segera datang Vivian berlari dan terus berlari. Dia telah dibebaskan oleh anak buah Arman dan dilepas begitu saja di jalanan yang sepi. Tanpa berbekal hp dan tas dan tentu saja uang Vivian hanya diberikan kunci mobilnya saja. Sedangkan jarak dia diturunkan ke mobilnya masih sekitar enam kilo lagi. Vivian mengumpat sepanjang jalan. Paling tidak empat jam lagi dengan jalan kaki Vivian baru akan sampai di mobilnya. "Sialan kau Arman!" Hih! Vivian mengumpat dengan mengepalkan tangan. Dia kesal dengan anak buah Arman yang tidak berperikemanusiaan ini. "Aku dilepas seperti binatang! Semoga mobilmu selalu bau taik kau Arman gila!" Vivian mengomel sendiri sepanjang jalan. Sebenarnya dia sendiri yang seperti orang gila. Berjalan sambil mengomel dan pakai baju mini kurang bahan. Orang-orang yang melewatinya pun tertawa. Bahkan ada yang memberi suara klakson besar dan membuat Vivian melompat kaget. Sampai di mobilnya Vivian langsung tancap gas. Dia la

  • Sepupu dari Kampung    Mendukung Suami

    #Sepupu _dari_KampungBab 48Dukungan Riri untuk suaminya "Zi, sebaiknya kita selesaikan masalah ini besok saja. Ini sudah malam," kata Arman saat menyetir mobil. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam lebih. Zian bergeming, dia bernafsu ke rumah Purwanto untuk membuat perhitungan dengan istrinya. Sania telah mengakui bahwa dia ingin menghancurkan Riri istrinya. Itu tidak bisa dibiarkan. Menghancurkan Riri harus berhadapan dengan Zian. "Aku ingin semuanya beres saat ini juga!" Kata Zian bersemangat. Selangkah lagi dia akan berhasil mengungkap siapa di balik video palsu murahan yang viral itu. "Sebaiknya kamu pulang dulu, Zi. Istrimu menunggu di rumah, jangan sampai dia bertambah curiga karena kamu pulang terlambat," kata Arman lagi menasehati. Zian terdiam. Tiba-tiba dia kangen sama istrinya itu, "baiklah, antar aku pulang," kata Zian akhirnya. Arman memutar mobil dan kembali ke arah rumah Zian. Arman tidak mampir, lelaki itu langsung berpamitan pada Zian dan menjalankan lagi

  • Sepupu dari Kampung    Mereka Jahat

    #Sepupu _dari_KampungBab 47Semangat, Riri!Vivian dibawa paksa memasuki sebuah rumah oleh orang yang menculiknya. Gadis itu hanya bisa menurut karena memberontak juga percuma hanya akan menyakiti dirinya sendiri saja. Tiga orang yang menculiknya mendudukkan Vivian di sebuah kursi di sebuah ruangan luas yang kosong dan tidak ada perabotannya sama sekali. Vivian mengedarkan pandangan,"tempat apa ini, mirip sebuah kantor yang kosong." Pikirnya. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Vivian menajamkan mata untuk melihat siapa yang datang. Mata Vivian tidak berkedip menatap dua sosok pria berpostur tinggi yang menghampirinya. "Zi_Zian?" Desis Vivian sambil menelan ludah. Zian dan Arman semakin dekat. Dada Vivian berdetak tak karuan karena menyadari dirinya dalam bahaya. Tetapi bukan Vivian kalaupun tidak segera menemukan solusi untuk berkelit. Vivian dengan cepat sudah memutar otaknya apa bila Zian mencecarnya dengan pertanyaan seputar video viral. "Zian, Zian, tolongin aku!" Seru V

  • Sepupu dari Kampung    Wajah asli keluarga Budhe

    #Sepupu _dari_KampungBab 46Terbuka semuanya Agus menarik tangan Dinar menjauh dari teman-temannya. "Kalau lu tutup mulut, polisi nggak bakalan tahu, bego!" Ucapnya tepat di depan muka Dinar. Dinar tetap menatap dengan mata sedikit melebar. "Meskipun gue tutup mulut, kalau ada orang yang merasa dirugikan, dia pasti akan mengusut tuntas. Hati-hati aja lu!" Dinar melotot, "asal lu tahu, Itu orang lakinya adalah anak pengusaha properti terkenal Pak Hendri Susilo, dan dia sudah beristri. Lu tahu artinya? Perempuan bernama Vivian itu mungkin selingkuhannya!" Agus terdiam dan mikir. Dinar berjalan cepat menjauhinya. "Benar juga kata Dinar, bagaimana kalau perempuan bernama Vivian itu menjebak Suami orang? Wah! Gawat ini." Bola mata Agus bergerak memutar, seperti otaknya yang sekarang dapat memutar dengan benar.**Zian tak jenak di kantor. Sepertinya semua orang sedang mengawasi dan membicarakan tentang dirinya. Zian merasa malu dan tertampar dengan kasus ini. Menyesal telah pergi den

  • Sepupu dari Kampung    Jangan Pergi

    #Sepupu _dari_KampungBab 45Tak ada yang percaya Zian!Zian berpikir sejenak, "kenapa Papa sudah ada di rumah? Bukannya pulangnya nanti sore?"Bergegas Zian keluar dan menemui Alissa sekretarisnya. "Lisa, aku dipanggil Bapak. Tolong kamu re-schedule semua jadwal aku hari ini," kata Zian. "Baik, Pak," sahut Alissa mengangguk.Melewati deretan area meja karyawan kembali Zian menjadi pusat perhatian. Para staf perempuan bahkan ada yang tertawa tertahan. Mereka saling mrlir atau pun melempar pandangan denga kode-kode yang seolah mengolok- olok bosnya. "Ssst, body Pak Zian keren ih, hihi," ucap salah seorang staf perempuan dengan mengedipkan sebelah matanya genit kemudian semuanya terkekeh. Sungguh Zian bahkan sudah menjadi bulan bulanan netizen. Menyetir sendri pulang ke rumah Zian masih belum sadar apa yang terjadi. Lelaki itu memang jarang bahkan hampir tidak pernah bermain medsos. Main game iya tapi, sudah tidak mencandu lagi seperti jamannya kuliah. Dengan tenang Zian memarkirka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status