Share

Hamil

"Hentikan itu!" Aku merebut pisau dari tangan Yumi, melempar benda itu ke dinding, menghasilkan bunyi benturan kecil di sana. Yumi kaget dan tak menyangka aku datang di waktu yang tepat. Saat masuk tadi, aku mendapati pintu rumah dalam keadaan terbuka, kemudian kudengar suara bercakap-cakap kecil, sempat kukira Laura datang kembali, ternayata Yumi yang menatap dirinya di depan cermin. 

"Kau gila ...." Kuguncang bahu Yumi, matanya kosong. Lalu detik kemudian, dia menangis.

"Kenapa kau cegah aku? Kenapa kau lempar pisaunya? Aku baru saja menemukan cara agar penderitaaanku berakhir." Yumi merosot, namun dia kembali merangkak memungut pisau itu. Sia-sia, benda tajam tersebut lebih dulu ketendang.

Aku merasakan emosi dan kebingungan, tanpa pikir panjang, kupanggul dia ke luar kamar, tak mengacuhkan rontaan Yumi.

Apakah selain aneh, memiliki kelainan, aku juga menikahi wanita sakit jiwa? Yang berniat mengakhiri hidupnya dengan alasan yang tak jelas.

"Turunkan aku!" Dia meronta kembali.

Kulempar dia ke atas sofa, napasku terasa sesak. Lelah dengan semua keanehan Yumi. Wanita itu menaikkan kedua kakinya, menekuk dan memeluk lututnya sendiri sambil menangis.

Kuberi dia waktu selama beberapa menit untuk menumpahkan tangisnya sendiri yang terdengar menyayat hati. Dia bagaikan anak yang kehilangan Ibunya, menangis seakan takkan bisa melihat matahari esok pagi.

Setelah menunggu cukup lama, kulihat tak ada niat Yumi untuk berhenti. Aku duduk di sampingnya, menarik salah satu tangannya yang memeluk lututnya itu. 

"Bicaralah! Aku akan mendengarkanmu, apa yang membebanimu, apa yang membuatmu sampai senekad ini, katakan! Jangan kau pendam sendiri."

Yumi mengusap kasar air matanya. Dia menatapku dengan matanya yang basah. Rambutnya yang berantakan, wajahnya yang sembab, serta hidungnya yang memerah, membuat dia terlihat menyedihkan.

"Aku sakit, hampir mati .... Tinggalkan aku, ceraikan aku! Supaya kau senang, supaya kau bahagia, aku hanya wanita hina yang tak pantas bersamamu!"

Yumi berteriak. Rasanya, ingin kutelepon mertuaku malam ini, Yumi berubah menjadi wanita aneh. Baru kali ini aku menghadapi tingkahnya yang tak terduga.

"Yumi, tenang! Tenang! Bicara pelan-pelan, aku akan mendengarkanmu."

Yumi menurunkan kakinya. Kemudian dia merengsek ke sisiku. Satu tangannya berada di bahuku dan satu lagi di dadaku. Dia bahkan menekan dadaku agak keras dengan telunjuknya, seakan-akan kukunya yang panjang menancap di sana dan membuatku meringis.

"Siapa yang telah mengisi hatimu, Mas? Apakah aku? Tidak, kan? Tak ada yang bisa kuharapkan dari pernikahan ini, tak ada yang bisa kau temukan dariku, selain kecewa dan rasa sakit. Berhentilah!"

Yumi menunduk, lalu bahunya terguncang. Aku hanya menatapnya tanpa berniat apa-apa.

Siapa yang mengisi hatiku? Aku sendiri tak tahu, karena masih kosong tak berpenghuni.

***

Dua bulan kami kembali hidup bagaikan orang asing, bahkan kami saat ini sudah berpisah kamar. Yumi tetap menjalankan tugasnya seperti biasanya, memasak, mencuci dan membereskan rumah. Aku juga menjalankan tanggung jawabku, memberi dia uang belanja.

Kami tak tahu, bagaimana masa depan kami, setelah percobaan bunuh diri itu, Yumi semakin mengambil jarak denganku. Dia jauh lebih pendiam dari pada sebelumnya. Setiap kumenggali isi hatinya, dia menghindar.

"Mas ...."

Kami tengah makan malam bersama. Biasanya hanya bunyi dentingan piring dan sendok yang beradu. Kali ini, Yumi memulai percakapan.

"Aku tak mau mengikat Mas selamanya. Jika Mas tertarik dengan wanita lain, Mas katakan saja padaku, aku akan melepaskan Mas. Masalah anak, aku akan membesarkannya sendiri."

Uhuk! Aku tersedak, rasa panas terasa di tenggorokan dan hidungku. Buru-buru Yumi menyodorkan air putih ke hadapanku.

Setelah beberapa teguk, rasa panas mulai berkurang. Kutatap Yumi, memastikan pendengaranku tidak salah.

"Anak?"

Yumi diam sejenak, lalu menjawab, " Aku hamil."

Aku terperangah. Inikah jawaban doa-doaku? Saat aku merasa pernikahan aneh ini tak memiliki masa depan, Tuhan malah memberi alasan bagiku untuk bertahan, yaitu segumpal darah yang ada di rahim Yumi. Anak kami.

Ternyata, kisah kami baru dimulai.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
ni'matul jannah
syukurlah..yumi hamil... semoga kedepannya yumi lebih terbuka.
goodnovel comment avatar
Tukang nulis
seru uy . tapi bookmark dl lah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status